Act 008: Part 3

17 3 0
                                    

"Memangnya siapa kamu melarangku dekat dengannya? Lagi pula dia hanya setengah. Apa yang membahayakan dari cowok itu?"

Kepala Nick serasa dipukul oleh palu berkali-kali. Suara Jessie di luar samar-samar terdengar ke dalam yang membangunkannya dari tidur singkat. Seingatnya dia baru bisa tidur ketika langit sudah berubah menjadi biru tua, dan kini tergantikan oleh biru yang lebih cerah.

Tentu saja dia belum mengenakan pakaian. Ketika akhirnya sadar dia buru-buru mencari pakaian dan terbirit-birit ke kamar mandi. Namun belum sampai satu detik dia keluar lagi untuk mengambil ponselnya dan kembali masuk.

Tiba-tiba saja darah di dalam kepala Nick mendidih dengan suhu sangat tinggi. Ingatan semalam tak henti-hentinya berputar dalam benaknya. Sebetulnya dia tidak membenci itu, hanya saja terasa berlebihan seolah tubuhnya tidak sanggup menerima fakta yang terjadi. Rasanya dia ingin meninju wajahnya sebanyak mungkin.

Namun dadanya terasa hangat. Hangat yang menyenangkan .... Ibarat berada di depan perapian ketika badai salju tengah melanda di luar rumah. Tangannya perlahan menyentuh bekas gigit yang berada di lehernya. Perih jika disentuh, tapi hatinya telah melambung tinggi.

Dan perasaan itu dia tolak mentah-mentah. Aku jadi menjijikkan begini, batinnya berkata.

"Nick, kamu sudah bangun?" Jessie memanggil, sepertinya sudah di dalam apartemen.

"Ah, iya," jawab Nick malu-malu.

"Kurasa kamu harus cepat pergi dari sini," kata Jessie.

Ucapan itu sedikit menyakiti Nick walau dia mengelak perasaan itu. "Kenapa?"

"Sam .... Dia membenci Mata Merah dan tidak sudi kalau aku berteman denganmu. Sekarang dia sedang dalam perjalanan dan aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan padamu. Temperamennya sangat buruk."

Pada saat ini Nick memikirkan apakah Jessie sudah mengetahui tujuan Nick mendekatinya atau belum. Tapi mendengar Sam hanya tidak menyukainya karena dia seorang Mata Merah kemungkinan sudah menjadi bukti cukup jelas bahwa rahasianya masih aman. Kecuali cowok itu memerintah Jessie untuk tutup mulut. Saat ini otak Nick sangat lamban sehingga tidak bisa menentukan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

"Sam itu," kata Nick, "makhluk apa dia?"

"Bangsa iblis," Jessie menjawab, sembari itu dia membereskan barang-barang karena terdengar ribut.

Gawat pikir Nick. Bangsa iblis punya kekuatan cukup mengerikan yang bahkan harus ditangani oleh beberapa Mata Merah ketika mereka sedang mengamuk. Mereka pun terkenal selalu berbuat jahat—entah apakah itu hanya stigma di kalangan masyarakat atau memang kenyataannya begitu. Pada detik ini Nick pun setuju dengan Jessie, dia harus segera kabur dari sini.

Sampai ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah notifikasi dari Ferus menghentikannya dari berpikir keras.

"Di mana kamu? Entah kenapa aku diajak pergi oleh Sam! Apa yang terjadi?"

Sebuah bogem mentah seakan menghardik perut Nick. Ferus pasti dijadikan sandera oleh Sam supaya Nick mau mengikuti kata-katanya. Gugup yang meliputi menyebabkan keringat mengalir deras pada kening Nick. Dia pun membalas pesan itu dengan tangan gemetar.

"Tenang. Dia akan membawamu ke apartemen Jessie di mana aku berada. Aku akan menyelamatkanmu."

Nick pun segera menyudahi urusannya di kamar mandi. Keluar dengan pakaian lengkap sementara Jessie sudah menunggunya, duduk gelisah di kasur. Di saat yang tidak tepat seperti ini ketika mata mereka bertemu, Nick teringat kembali apa saja yang mereka lakukan kemarin. Kelihatannya Jessie pun demikian sampai keduanya saling membuang muka.

Eyes of the Damned [2018]Where stories live. Discover now