Chapter 1 - Markas

28.8K 1.5K 23
                                    

Jleb

Akhh

Pisau menusuk tepat ke kaki Vano. Menembus sepatu mahal yang saat ini sedang ia pakai. Membuat ia terpaksa melepaskan genggamannya dari rambut Lisya.

"SIALAN!!" Vano menatap Lisya yang hanya terdiam sambil menunduk. Ini adalah suatu kejadian yang aneh, Lisya tidak pernah meluapkan rasa kesalnya kepada siapapun, apalagi hingga menusuk kakinya seperti tadi.

Tapi Vano yang sudah terlampau emosi kembali membalasnya dengan menampar Lisya, tapi anehnya tidak ada ringisan apapun yang keluar dari mulutnya. Bahkan saat ia menyeretnya dengan kasar dengan pecahan beling yang masih setia menancap di tubuhnya pun Lisya hanya terdiam dan itu sedikit membuat Vano takut.

Vano membawa Lisya ke kamarnya dan sepertinya keluar sebentar untuk mengambil sesuatu.

Sedangkan Lisya, ia masih dalam posisinya. Sadar, hanya saja ia terdiam seperti patung.

Krek

Vano kembali dalam 15 menit, ia menatap Lisya dalam diam. Bingung mengapa Lisya tidak bergerak sejak ia tinggalkan 15 menit yang lalu.

Ia menatap cambuk yang ada di tangannya, mencoba mengetes sesuatu.

Ctass

Ia menyambuk tubuh Lisya, tapi ia lagi-lagi tidak bergerak atau bahkan sekedar meringis untuk menahan rasa sakit.

Vano mendekati Lisya dan mulai menjambak rambutnya agar mendongak, dan Lisya hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

'sialan'

Vano sendiri bahkan tidak sanggup berbicara ketika melihat tatapan yang Lisya berikan untuknya.

Ia melepas genggaman dari rambut Lisya dan mulai melakukan hal yang sejak tadi ingin ia lakukan.

Cring cring

Perhatian Lisya mulai teralihkan dan ia melirik apa yang ia dengar untuk memastikan sesuatu.

Sial, rantai lagi.

Lisya hanya bisa pasrah melihatnya, Vano dengan kasar mulai merantai satu persatu tangan dan kaki Lisya dan menghubungkannya dengan besi yang sudah terpasang sejak lama di kamar tersebut.

"Aku tahu kau paling tidak suka dengan hukuman yang satu ini." Ucap Vano berbisik di telinga Lisya.

Vano tertawa dan mulai mengambil cambuk yang tergeletak di lantai.

Ctass

Dan selama seminggu itulah Lisya dikurung dan disiksa disana tanpa bisa bergerak kemanapun. Makan dan minum juga mereka berikan hanya jika mereka mau.

Untuk itulah mengapa Lisya membenci hukuman yang satu ini, karena ia tidak akan bisa pergi kemana-mana dengan rantai yang mengekang tubuhnya dengan sangat kuat.

***

Beberapa tahun pun berlalu masih dengan penyiksaan yang menyakitkan.

Tapi seiring berjalannya waktu bagi seorang Lisya penyiksaan itu tidak lagi terasa menyakitkan. Hanya fisik, tidak dengan hati.

Bagaimana pun juga ia tetap seorang perempuan, sudah kodratnya mereka memiliki perasaan yang sensitif.

Lisya yang sekarang tidak lagi seperti Lisya yang dulu.

Lisya yang sekarang tidak mudah menangis.

Lisya yang sekarang tidak selemah dulu.

Tetapi dengan perubahan itu membuat Lisya makin dibenci keluarganya.

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang