Chapter 14 - Alone

14.4K 820 28
                                    

"Anak sialan!! Berapa lama dia gak pulang?!! Rumah jadi berantakan gini siapa yang beresin?!!! Tikus busuknya juga belum dibuang!!" Ucap Erlanda

"Awas aja kalau pulang!!" Sambungnya

Kring kring kring

Bunyi telepon milik Erlanda pun berbunyi.

"Halo" ucap seseorang di seberang sana

"Hm? Bagaimana sudah ketemu?" Ucap Erlanda

"Maaf tuan,kami tidak dapat menemukan dia,kami sudah mengecek hampir seluruh cctv di kota tapi kami masih belum dapat informasi nya." Ucap seseorang disana dengan sedikit gugup.

"Sialan!! Hanya menemukan seorang anak saja kau tidak becus!!" Ucap Erlanda dengan nada tinggi.

"Tapi tuan saya memiliki seorang kenalan seorang pemimpin gangster. Mungkin itu bisa membantu tuan untuk mendapatkan informasi lebih tentang anak itu. Tapi mungkin bayaran yang diberikan bisa lima kali lipat lebih banyak dari yang tuan berikan padaku." Erlanda terdiam dia menyunggingkan senyum miringnya.

"Beritahu aku siapa dia" ucap Erlanda

"Tapi kau harus membayarku tiga kali lipat untuk informasi ini"

"Deal"

"Mac Stevanio" ucap seseorang tersebut

"Mac Stevanio?" Ucap Erlanda mengulang perkataan seseorang tersebut.

"Iya itu namanya, nomor nya akan aku berikan padamu setelah kau mengirim ku uang tiga kali lipat dari biasanya"

"Terima kasih Vero hari ini juga uangnya akan ku kirim ke rekening mu, sampaikan salam ku pada kembaranmu" ucap Erlanda pada Vero.

"Akan ku sampaikan"

Tut Tut Tut

Telepon di matikan secara sepihak oleh Vero. Erlanda tak mempermasalahkan itu. Ia tersenyum miring dan mulai mengetikkan nominal uang sebesar 15juta pada layar monitor yang ada di depannya.

Terkirim sudah uang sebesar 15 juta. Tak lama kemudian suara handphone berdenting menandakan ada pesan masuk.

"16********"-Vero

***

"Huh,masih 12 km lagi kita akan sampai" ucap Alex sambil mengelap keringat di dahinya.

"Sudah jam 12 kita makan dulu" ucap Lisya

"Okey, seperti biasa aku yang berburu kau yang mencari kayunya" ucap Alex mulai menyiapkan sniper nya.

Alex dan Lisya pun mulai mencari bahan bahan untuk makan siang hari ini.

30 menit sudah Lisya menunggu tapi Alex belum juga balik dari kegiatannya.

Perasaan Lisya mulai tidak enak. Ia mulai sedikit takut jika Alex kenapa-kenapa nantinya.

Lisya melamun sejenak.

"Duh kan ada handphone,kenapa tidak aku cari lewat radar saja" ucap Lisya sambil menepuk jidatnya.

Lisya mulai mengotak atik hpnya dan mulai melacak keberadaan Alex.

"500 meter dari sini. Tapi kenapa tanda nya bergerak perlahan sekali."

Lisya semakin khawatir, perasaannya semakin tidak karuan. Lisya mulai berlari secepat mungkin menuju tanda tersebut.

400m

200m

100m

50m

Lisya mendengar suara rintihan memanggil namanya.

"ALEX!!" Teriak Lisya kaget melihat keadaan Alex dengan muka yang pucat dan kaki yang penuh darah.

"Lisya.." Ucap Alex dengan nada dingin

"Kau kenapa?" Ucap Lisya khawatir dan mulai melihat keadaan kaki Alex.

"Kau digigit ular?!!!" Ucap Lisya sedikit panik

Alex hanya diam membuat Lisya bingung.
Lisya meneliti baik baik mata Alex.

"Axel?" Tanya Lisya

"Hm,cepat bawa Alex sebelum terlambat" ucap Axel setelahnya tubuh Alex terjatuh ke tubuh Lisya.

"Lex? Alex? Bertahanlah!!" Alex sudah tak sadarkan diri.

"Tak ada waktu lagi" Lisya mulai mengeluarkan handphone nya dan mulai menelpon Rex untuk menjemputnya dengan helikopter dan membawakan dokter untuk mengobati Alex.

Ia tak peduli jika mereka akan ketahuan oleh Mac,yang terpenting sekarang adalah keadaan Alex. Ia mulai membawa Alex ke tempat yang aman.

1 jam sudah Lisya menunggu ia sudah berusaha mungkin menahan racun ular tersebut tersebar ke tubuh Alex.

Lisya terus menerus mengecek keadaan jantung Alex,tidak ada perbedaan memang,tapi sesekali jantung Alex berhenti berdetak dan beberapa detik kemudian kembali berdetak lagi,dan itu membuat Lisya khawatir.

1 jam berlalu ia mulai mendengar suara helikopter. Lisya melihat helikopter tepat berada diatasnya.

"LISYA!! CEPAT NAIK!! SEBELUM KEBERADAAN KITA TERLACAK!!"

Lisya dengan cepat memegang tali yang sudah dijatuhkan dari helikopter tersebut sambil menggendong Alex yang berada di punggungnya.

Lisya sudah berhasil naik ke helikopter, setelahnya ia dengan cepat menidurkan Alex untuk segera ditangani dokter.

Dor dor dor

"Kita ketahuan" ucap Rex pada Lisya

Dor

Tembakan tersebut membuat Helikopternya sedikit oleng. Lisya yang masih berada di pinggir pintu pun terpeleset membuat ia harus terjatuh dari helikopter.

Tali yang masih bergelantung pun segera Lisya pegang.

Dor

Akhh

Tangan Lisya tertembak membuat pegangannya terlepas dan tubuhnya pun terjatuh ke tanah. Rex yang melihatnya pun panik.

Tapi Lisya tak boleh egois, keselamatan Alex dan orang lain di helikopter tersebut lebih penting daripada keadaannya saat ini.

"REX PERGI,AKU AKAN MENYUSUL" teriak Lisya pada Rex

"-mungkin" lanjut nya dalam batin

Lisya melihat Rex yang mengacak rambutnya frustasi. Helikopter mulai menjauh. Lisya segera mengambil perlengkapan yang sempat ia tinggalkan dan segera mungkin untuk bersembunyi.

Lisya berlari sekitar 200 meter dari tempat sebelumnya. Ia menemukan pohon yang cukup rimbun. Ia menaiki pohon tersebut walaupun sedikit kesusahan karena tangannya yang terluka.

"Ck,peluru apa itu,kenapa begitu pedih di tangan" ucap Lisya masih berusaha menaikki pohon.

Akhh

Lisya kembali terjatuh. Ia berusaha sekuat mungkin untuk naik walaupun darah terus mengucur dari tangannya.

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki seseorang membuat Lisya waspada. Ia bersembunyi di balik pohon walaupun kemungkinan untuk tidak ketahuan pasti sedikit karena ia meninggalkan jejak darah di tanah.

Suara langkah kaki tersebut semakin mendekat. Lisya segera mengambil pisau dibalik jaketnya,belum sempat ia mengambilnya, seseorang membekapnya dari belakang.

Mmphh

***

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang