Chapter 17 - Who?

13.2K 844 45
                                    

Seminggu sudah berlalu

Alex masih belum berubah,Laura masih tetap ia anggap seperti istrinya sendiri. Sedangkan Lisya,ia sudah lama menghilang bagai ditelan bumi,Rex sudah mengerahkan seluruh anggotanya untuk mencari Lisya. Tetapi tetap saja, secuil informasi pun tidak pernah Rex dapatkan.

"ARGHHH,KALIAN SEMUA BODOH!!!HANYA MENCARI SEORANG ANAK SAJA TIDAK BISA!" Teriak Rex emosi

Sedangkan mereka hanya bisa menunduk diam,baru kali ini tuan mereka bisa semarah ini.

"Maaf tu-"

Dor

Rex menembak tepat dikepala orang tersebut.

"Sudah berapa kali kubilang,jangan ada yang berbicara" ucap Rex tenang tapi tetap datar.

Mereka hanya bisa diam,sambil menatap mayat temannya yang sudah tergeletak di lantai.

"Cari lagi,jangan pernah kembali sebelum kalian menemukannya" ucap Rex setelahnya pergi.

Rex pergi ke ruangan pribadinya,ia duduk di balkon sambil menatap pepohonan yang ada di depannya.

"Kau sudah kuanggap seperti adik sendiri Lisya,aku sudah mengerti apa yang kau maksud. Tapi kenapa ketika aku datang kau tak pernah muncul." ucap Rex sedih

Bless

Sebuah anak panah tepat mengenai tembok yang ada di belakang Rex. Rex terkejut,dengan cepat ia memincingkan mata melihat seseorang tengah berlari diantara pepohonan setelahnya menghilang.

Rex melihat panah yang tertancap di tembok nya. Sebuah kertas tergulung tepat di panah tersebut.

Rex mengambil panah tersebut dan membuka kertas yang tergulung disana.
Ia membukanya dan Rex cukup terkejut dengan tulisannya.

"Aku tidak menghilang Rex,aku disini selalu mengawasi kau,Alex dan anggota yang lainnya. Jangan khawatirkan aku,aku baik baik saja. Jangan cepat emosi,kasian anak buahmu menjadi sasaran kemarahan mu. Terima kasih telah menganggap ku sebagai adikmu. Aku sudah mengerti tentang keadaan Alex dan Laura yang tak kau ketahui. Aku akan mengirimkan panah dan surat ini ketika memang perlu dan aku akan kembali jika memang sudah waktunya. Aku sengaja menggunakan panah agak keberadaan ku tak bisa kau lacak. Jaga diri baik baik,setelah ini aku akan mengirimkan sebuah panah dan surat lagi untuk Alex dan pastikan hanya Alex yang membacanya.

Aku mempercayakannya padamu, Rex

Tertanda
Lisya

Rex tersenyum,ia senang sekaligus sedih. Senang karena akhirnya ia tau bahwa keadaan Lisya baik baik saja,tapi ia juga sedih bagaimana caranya ia membalas pesan yang dikirim Lisya. Rex ingin menanyakan banyak pertanyaan untuk Lisya.

Bless

Sebuah anak panah melesat tepat ditembok dan dititik yang sama.

"Untuk Alex ya?" Tanya Rex pada diri sendiri. Jika sendiri memang Rex Akan memanggil Alex dengan namanya. Tapi jika sedang berhadapan dengan Alex tentu saja ia akan memanggilnya dengan "ketua"

Rex menyimpan surat tersebut untuk ia berikan pada Alex esok hari. Rex mulai berdiri dari duduknya dan mulai duduk di tepi balkon sambil menatap langit sore yang terpampang jelas dihadapannya. Belum lagi udara segar yang dihasilkan dari pohon pohon yang ada disekitar markas membuat Rex ingin memejamkan mata untuk menikmatinya.

Rex baru saja ingin memejamkan matanya tiba tiba.

"REX!!REX!!!" Teriak Laura dengan kencangnya membuat Rex hanya bisa menghela napas pasrah.

Rex segera berjalan keluar ruangan untuk menemui Laura.

Rex terkejut melihat Laura dengan pakaian yang benar benar seksi. Dress berwarna merah terang setengah paha,dengan belahan dada yang benar benar terbuka. Belum lagi lipstik merah darah dipadukan dengan blush on tebal di pipinya membuat Rex yang melihatnya bergidik jijik.

"Ada apa nyonya Laura?" Ucap Rex sambil menunduk 90°. Jujur saja,ia tak mau melakukan ini tapi mau bagaimana lagi?

"Kau!!sudah berapa kali kubilang!! Panggil aku nyonya besar!!NYO-NYA BE-SAR!! kau paham?" "Aku sudah menjadi istri dari Alex dan kau tak berhak memanggil namaku!!" Ucap Laura dengan bangganya

"Baik maaf nyonya besar" ucap Rex sambil menahan amarahnya.

"Hm"

"Antar aku ke mall dengan dua bodyguard yang akan mengawalku nanti. Aku juga meminta black card untuk berbelanja disana nanti. Aku perlu membeli baju lagi,baju yang ini terlalu tertutup" ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Ba..ik nyonya besar"

***

"Nyonya,sampai kapan nyonya akan menghilang seperti ini?"

"Sudah kubilang panggil aku Lisya saja,Lin" ucap Lisya sambil menghembuskan nafas pelan.

"Maaf nyonya tap-"

"ALINA" bentak Lisya halus memperingatkan.

"Ma..af Li..sya" ucap Alina sambil menunduk

"Huft,aku tak tahu semakin hari mereka semakin romantis walaupun aku tahu Alex hanya-"

dor

"NYONYA AWAS!!"

Alina mendorong Lisya secara tiba tiba membuat Lisya terkejut.

"Kita pergi" ucap Lisya pelan

Alina hanya mengangguk pelan,mereka segera bersiap untuk pergi.

"Kau yang berkendara biar aku yang melacak" ucap Lisya pada Alina

Alina mengangguk cepat dan segera menyalakan mobil milik Lisya dan tentu saja mengubah bentuk dan plat mobilnya agar tak ketahuan.

Brum Brum

"Cepat jalan" ucap Lisya

Sudah cukup jauh Lisya dan Alina berkendara. Keadaan sekitar pun sudah aman.

"Alina,suruh yang lain berjaga di apartemen *** sisanya mengawasi markas" ucap Lisya pada Alina.

"Baik" ucap Alina dan mulai mengabari anggota yang lain,tentu saja sebelumnya ia menghentikan mobilnya terlebih dahulu.

"Sudah Lisya, semua keadaan sudah terkendali" ucap Alina

"Bagus,pastikan semuanya aman termasuk markas"

"Baik Lisya" ucap Alina dan Lisya hanya tersenyum kecil.

***
Pendek ya? Hp Thor kemaren kemaren rusak dan baru sempet ngetik ceritanya lagi sekarang jadi mungkin agak random ceritanya.

Semoga tetep suka ya!!

Tengkyu ;)

Lisya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang