Chapter 9 - Twins

18.4K 1K 42
                                    

"Kau bukan Alex...." Alex terkejut dengan penuturan Lisya.

"Matamu...matamu bewarna coklat" sambungnya

"Me..memang kenapa kalau mataku bewarna coklat? Bukannya memang warna mataku seperti itu?" Tuturnya

"Gaya bahasa mu juga berbeda. Terkesan lebih....entahlah" "dan warna mata Alex juga berwarna hitam,bukan coklat."

"Aku Alex bukan yang lain!!" Ucapnya sedikit membentak.

"Alex mempunyai kepribadian ganda?dan itu kau bukan?" "Alex tidak seperti ini, kau terkesan lebih pemarah dan emosional. Apa karna masa lalu mu?" Ucapan frontal Lisya membuat Alex marah. Lebih tepatnya orang lain yang berada di tubuh Alex.

"KAU!!!JANGAN PERNAH MEMBICARAKAN ITU!!" Alex tiba tiba mencekik leher Lisya dan memojokkannya ke tembok hingga kakinya tidak lagi menapak di lantai.

Lisya yang tidak siap tidak bisa apa apa. Lisya sangat ingin melawan,tapi entah mengapa tubuhnya menolak dan membiarkan lehernya tetap tercekik.

Lisya sudah hampir kehabisan napas. Pandangan nya memburam.

"ARGHHH" Alex memegang kepalanya menahan sakit.

Brugh

Lisya terjatuh. Ia memegang lehernya yang terasa sakit.

Uhuk uhuk uhuk

Alex memukul kepalanya sendiri menahan sakit. Memori masa lalunya kembali berputar. Alex yang asli pun ikut merasakan sakitnya.

Flashback

"Hahahaha. Dasar anak bodoh, lemah, kau itu tak lebih berharga dari sampah. Dasar tak berguna." Ucap salah satu dari 3 anak lainnya sambil menendang kepala Alex. Alex sedikit meringis.

"Huhu...sakit ya? Mau ku obati?" ucap anak lainnya pura pura sedih dan dengan sengaja ikut menendang kepala Alex yang mulai berdarah.

"Ups, tidak sengaja. Hhh" Ucapnya sambil mengelus luka di kepala Alex, dimana itu semakin membuat Alex kesakitan.

"Hey, apa yang kau lakukan? Darahnya begitu menjijikkan, apa kau tak merasa jijik?" Ucap anak terakhir yang sedari tadi hanya terdiam sambil mengamati kelakuan saudara-saudaranya tersebut.

"Aku malas membersihkannya, tapi-" Tak lama ia menjambak rambut Alex dan di hadapkan tepat ke tangan yang sudah dilumuri darah tersebut.

"Jilat." Ucapnya membuat Alex membulatkan matanya. Ia masih rela jika dirinya disiksa seperti biasanya. Tapi tidak untuk ini, benar-benar menjijikkan menurutnya.

"KUBILANG JILAT!!! APA KAU TAK BISA MENDENGAR HUH?!!" Teriaknya sambil menambah cengkramannya pada rambut Alex. Alex hanya terdiam dan melamun, ia tak bisa apa-apa lagi, berbicara pun ia sudah tidak sanggup.

Lamunan Alex buyar kala jari-jari milik saudaranya dipaksakan masuk kedalam mulutnya, Alex terbatuk sambil mengernyit menahan jijik. Mulutnya sudah dipenuhi dengan darah.

Saudaranya tersenyum puas dan mengeluarkan jarinya dari mulut Alex. Ia mendongakkan kepala Alex memaksa Alex untuk menelan seluruh cairan merah tersebut. Mau tak mau Alex menelannya dan tanpa diduga ia kembali mengeluarkan cairan tersebut karena tubuhnya menolak.

"Jika itu maumu, akan kubantu kau untuk mengeluarkan seluruh cairan di tubuhmu."

Perutnya ditendang oleh saudaranya dengan keras. Membuat darah keluar dari mulutnya. Alex masih terdiam menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Lisya [End]Där berättelser lever. Upptäck nu