Chapter 2 - Follow

22.5K 1.2K 2
                                    

Lisya pun keluar dari markas dan segera menuju mobil yang ia curi tersebut untuk kembali pulang kerumahnya.

Perjalanan panjang dan perjuangan yang Lisya tempuh ternyata membuahkan hasil.

Dalam perjalanan pulang pun Lisya masih tidak menyangka ia bisa masuk dalam gangster yang pernah ia tonton dulu.

Hari sudah hampir malam, Lisya yang tidak ingin menyia-nyiakan waktu bebasnya pun memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar menggunakan mobilnya.

Ia merogoh sesuatu dari kantong bajunya dan ia pun tersenyum.

100 dollar. Kemampuan mencurinya ternyata sangat berguna disaat-saat seperti ini.

Ia berjalan menuju pusat kota untuk membeli barang-barang yang ia inginkan, termasuk makanan-makanan kaleng untuk stock makanan di dalam kamarnya nanti.

Ia menikmati berbagai macam makanan yang ia ingin makan di pusat kota tersebut.

Sampai saatnya ia berdiri di depan toko perlengkapan senjata sebagai tujuan akhir dari perjalanan ia kemari.

Lisya mengeratkan topi dan hoodie yang ia pasang di tubuhnya.

Ia mulai masuk melihat-lihat berbagai macam senjata disana, merasa terkagum-kagum karena ini pertama kalinya ia melihat senjata yang selama ini ia inginkan terpampang nyata dihadapannya.

Lisya bertanya basa-basi kepada penjual disana yang tentu ia tahu kalau ia tidak akan bisa membeli senjata di toko tersebut karena uangnya tidak akan cukup.

Kembali lagi, bermodalkan kepandaiannya untuk mencuri. Ia mengelabui penjual disana dan menyembunyikan beberapa senjata di dalam kantong hoodienya.

Mudah memang, tapi sekarang yang harus ia khawatirkan adalah melewati sensor alarm yang ada di toko tersebut. Mau tidak mau ia harus langsung berlari dan masuk ke mobil yang berada tepat di depan toko tersebut untuk kabur.

Lisya menarik napasnya dalam-dalam, pertama kali dalam hidupnya ia mencuri di tempat yang se rawan ini.

Apalagi polisi kota benar-benar berbeda dengan polisi yang ada di daerahnya.

Lisya mengambil ancang-ancang untuk berlari dan-

Beep beep beep

Sial, semua orang saat ini melihat ke arahnya.

Saat ingin masuk ke dalam mobilnya, polisi tepat berada di depan mobilnya. Tapi polisi tersebut belum menyadari bahwa ia pelaku yang mereka cari.

Lisya segera berlari untuk bersembunyi, ia masuk ke dalam gang sempit dan menaiki tangga disana untuk sampai ke atap sebuah gedung.

Ia bersembunyi sambil memperhatikan mobilnya dari atas.

Tanpa Lisya sadari, seorang lelaki yang sejak tadi berada di atap gedung tersebut tengah memperhatikannya.

Lisya terlampau panik hingga tidak menyadari hal tersebut.

Lelaki tersebut terus memperhatikan kegiatan Lisya yang berusaha menyembunyikan dirinya dari kejaran polisi dengan lekat.

10 menit berlalu, melihat keadaan sudah sedikit aman Lisya buru-buru turun dari atap gedung tersebut dan berlari ke mobilnya.

Bersamaan dengan itu lelaki tersebut ikut berdiri dan turun dari gedung tersebut dan pergi entah kemana dengan senyum misteriusnya.

***

Brum

Lisya tersenyum senang, ia dengan cepat melajukan mobilnya dengan rasa bahagia karena ia telah berhasil mendapatkan senjata yang sejak lama ia inginkan.

Butuh waktu sedikit lama untuk sampai ke rumahnya, ia menikmati musik yang mengalun sambil memainkan senjata-senjata yang ia dapatkan di tangannya.

dan sesuatu yang janggal terjadi, ia melihat lewat spion tengah mobil nya dan melihat seseorang tengah mengikutinya.

Lisya tersenyum sinis.

Ia bisa melihat bahwa Alex si ketua gangster itu sedang mengikutinya.

Flashback

Setelah Lisya hilang dari pandangan nya. Alex segera memanggil orang kepercayaannya.

"Rex siapkan mobil untuk mengikuti anak itu"

"Baik ketua" ucap Rex sambil membungkuk

"Tak akan kubiarkan kau pergi sendirian tanpa pengawasan ku" ucap Alex sambil tersenyum

"Ketua. Mobil sudah siap mari saya antar kan" ucap Rex

Alex pun menoleh pada suara tersebut

"Tidak perlu aku akan berkendara sendiri" ucap Alex

"Apa ketua yakin? Diluar sana banyak sekali musuh yang mengincar anda ketua."
Ucap Rex khawatir

Benar juga. Tidak mungkin dia pergi sendiri. Sedangkan banyak sekali musuh musuh dia diluar sana yang berusaha ingin membunuhnya. Pikir Alex.

" Oke. Tapi aku tetap ingin berkendara sendiri. Kau dengan yang lain mengawasi dari jauh saja." Suruh Alex

"Baik ketua" Rex pun pergi untuk melaksanakan tugasnya.

Flashback off

"Mau bermain main rupanya" ucap Lisya sambil tersenyum sinis

Brum Brum Brum

Lisya pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. Untung saja Lisya mengambil mobil yang bagus.

Lisya dengan cepat mengendarai mobilnya tersebut karena ia tidak mau Alex mengetahui dimana ia tinggal. Walaupun itu tidak mungkin, karena ia yakin Alex pasti tau beberapa informasi tentang nya. Tapi entahlah, ia hanya ingin bersenang-senang.

Lisya mengendarai mobilnya menuju arah lain dengan cepat agar Alex kehilangan jejak.

Ia melirik spion mobilnya dan Alex sudah tidak ada dibelakang mobilnya lagi.

Lisya pun tersenyum bangga segera melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Disisi lain

"Arghhh" Alex menggeram karena dia kehilangan jejak Lisya. Mobil yang ia bawa tidak cukup kencang, ia tidak mengira Lisya akan mengetahui bahwa ia mengikutinya sejak tadi.

Alex pun mengeluarkan teleponnya.

Dan Alex pun menelepon orang kepercayaannya.

"Rex. Tetap awasi dia pastikan dia tetap selamat" ucap Alex

"Baik ketua"

Alex pun mematikan teleponnya dan berbalik arah menuju markasnya kembali.

Sial ia baru menyadari bahwa ia sudah bertingkah aneh untuk mengikuti Lisya kemanapun ia pergi tadi.

Ia bahkan rela untuk membayar senjata yang Lisya curi tadi hanya karena ia tidak ingin Lisya dicari oleh polisi.

Padahal jika Lisya mau, Alex akan memberikan senjata yang lebih bagus daripada yang Lisya curi.

Lisya masih dalam perjalanan pulang sambil mendengarkan musik dan bernyanyi-nyanyi di mobilnya.

Saat lagi santai santainya Lisya mendengarkan musik tiba-tiba.

***

Lisya [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat