Chapter 11- Lost

16.2K 886 27
                                    

Lisya mengerjapkan matanya,kepalanya sedikit pusing karena pukulan itu. Ia melihat ke sekeliling nya. Gelap,hanya ada sebuah bohlam diatas kepalanya untuk penerangan.

Ia berusaha menggerakkan tangan dan kakinya. Diikat. Semuanya diikat begitupun mulutnya yang ditutupi lakban hitam membuatnya tidak bisa berbicara.

Ting

Sebuah lampu juga menyala tepat di depannya. Lisya terkejut, ia melihat seorang laki-laki tepat dihadapannya, banyak darah dan luka lebam di sekujur tubuhnya. Hanya saja kepala orang tersebut ditutupi oleh kain hitam membuat wajahnya tidak terlihat.

Tapi postur tubuh itu, postur tubuh yang ia kenali. Alex? Kenapa dia? Lisya menggeram, ini pasti ulah para orang orang yang menyerang markas.

"Sudah cukup melihatnya, hm?" Ucap seseorang dalam kegelapan. Lisya bisa melihatnya walaupun hanya sebatas siluet. Perlahan Lisya membuka ikatan ditangannya. Ikatan yang sepertinya tidak sesulit yang ia bayangkan.

"Apa kau sudah tau siapa yang ada di depan mu?"

"..." Lisya hanya diam.

"Oh iya, aku lupa membuka lakban yang ada di mulutmu" ucapnya sambil terkekeh. Perlahan siluet itu mendekat ke arah Lisya membuat Lisya makin melihat jelas orang yang ada di depannya.

Lisya sedikit terkejut melihat orang yang ada di depannya. Ia pernah melihatnya. Orang itu,orang yang sama yang menghalangi jalannya ketika pulang dan berakhir dengan menembak perutnya. Dia Mac, Lisya mendengar nya samar samar ketika Alex menolongnya.

Mac mulai membuka lakban yang menutupi mulut Lisya dengan keras.

Srekk

"Apa kabar pecundang" ucap Lisya tenang

"Pecundang? Kau bilang apa?" Ucap Mac

"Kau tuli? Aku bilang kau pecundang!!"

Plak

Mac menampar pipi Lisya dengan cukup keras hingga sudut bibir nya mengeluarkan darah.

"Ck, menampar? Kita bisa bertarung one by one di arena jika gelar pecundang tak ingin kau pakai menjadi nama tengahmu." ucap Lisya menantang. Sementara talinya? Hanya satu gerakan saja talinya akan terlepas.

"Terserah kau bilang aku apa. Aku tak peduli." "Lihatlah pemandangan di depanmu itu indah bukan?"

"Indah? Segitu kau bilang indah? Kau bahkan lebih buruk dari penjahat manapun. Benar-benar klasik." Ucapan Lisya membuat Mac emosi.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku juga melakukan nya padamu?" Ucapnya dengan smrik di wajahnya.

"Bodoh!! Mana mungkin aku merasa tersakiti hanya dengan perlakuan mu yang seperti itu." ucapan Lisya membuat Mac semakin emosi.

"Kalau begitu, bagaimana dengan tubuh mu? Apakah aku boleh..." Ucapnya sambil menyeringai dan mulai mendekati Lisya.

Awalnya Lisya sedikit panik,tapi mengingat tali di tangannya sudah melonggar. Ini kesempatan Lisya untuk kabur.

'Dasar mafia mesum' batin Lisya menggerutu.

Lisya membuat mukanya seolah olah ketakutan saat Mac mendekatinya.

"Ketakutan,hm?" Ucap Mac sambil mengelus pipi Lisya.

Lisya mulai membuka ikatan di tangannya, dalam satu gerakan Lisya memukul pipi Mac dengan keras membuat Mac terjungkal ke belakang dengan sudut bibirnya yang berdarah.

"Ck, sialan" gumam Mac

Ia berdiri sambil mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Sementara Lisya perlahan mengambil pisau dari balik jaketnya. Jaket? Ia rasa Mac juga bodoh seperti Alex. Jaket yang ia pakai masih terpasang di tubuhnya.

Lisya mengarahkan pisaunya ke arah Mac. Mac yang melihatnya langsung terkejut dan beringsut mundur.

Lisya yang melihatnya sedikit bingung. Mata Mac terus tertuju pada pisau yang ada di tangannya. Matanya menunjukkan ketakutan yang amat sangat,keringat dingin keluar dari wajahnya.

"Ja..jangan, jangan mendekat. Jauhkan pisau itu dari sini. BUANG!! BUANG BENDA ITU!!!" teriak Mac secara tiba tiba membuat Lisya sedikit terkejut.

Lisya tidak menghiraukan nya,ia semakin mendekat membuat Mac semakin beringsut mundur.

"Ja..jangan kumohon buang benda itu" lirih Mac

"Memang ada apa dengan benda ini?" Ucap Lisya sambil menyeringai. Ia tahu Mac sepertinya mengalami trauma dengan pisau.

"Aku akan jauhkan benda ini. Tapi kau harus menyuruh anak buahmu pergi dari sini" "Biarkan kami keluar"

"Ba..ik" Mac mengeluarkan handphone nya dan mulai mengetikkan pesan untuk anak buahnya.

"Su..sudah" ucap Mac. Tapi Lisya masih belum yakin dengan ucapannya.

"Coba lihat pesanmu" Mac pun menunjukkan isi pesannya pada tangan kanannya untuk segera membubarkan anak buahnya yang berjaga di depan ruangan.

"Okey bagus" ucap Lisya dan mulai mengambil balok kayu yang tergeletak di lantai.

"Ka..kau mau apa dengan benda itu?" Tanya Mac sambil menatap kayu yang dipegang Lisya.

"Hanya membuatmu pingsan sesaat, Aku tak yakin kau akan benar benar membiarkan Aku dan Alex keluar." Ucap Lisya

"Ta..pi-"

Bugh

Ia sudah lebih dulu memukul kepala Mac. Waktunya tak banyak,ia harus segera pergi dari sini.

Ia berjalan ke arah Alex. Ia sedikit meringis ketika kain hitam tersebut dibuka, wajah Alex terlihat sudah tidak berbentuk. Luka lebam dan darah terlihat sangat jelas disana.

"Lex..Alex..sadarlah. Tak mungkin aku yang menggendong mu keluar kan?" " Lex...Alex..." Ucap Lisya menggoyangkan badan Alex terus menerus dan sesekali menepuk pipinya.

Tak ada pilihan lain. Lisya berjalan perlahan mendekati pintu dengan Alex yang ia gendong ala bridal style. Lucu memang, perempuan yang mengangkat seorang lelaki. Tubuh Alex yang lebih besar dan lebih berat darinya membuat Ia lebih susah untuk berjalan.

'Sepi syukurlah' batin Lisya

Setelah beberapa waktu Lisya mencari jalan keluar,akhirnya ia sampai di gerbang keluar. Ia melihat penjaga yang berjaga disana.

"BUKA!" Teriak Lisya pada penjaga itu.

Secara tiba tiba penjaga tersebut mengeluarkan senjata dan langsung mengarahkan nya pada Lisya. Lisya yang melihatnya sedikit terkejut. Lisya perlahan lahan berjalan mundur.

"JANGAN BERGERAK ATAU KAU KUTEMBAK" Ucap penjaga tersebut

Lisya tidak menghiraukan nya dan tetap berjalan mundur.

Dorrr

Akhh

***
Chapternya pendek? Entahlah,otak Thor gak bisa mikir lagi. Mungkin chapter chapter selanjutnya bakal lebih panjang lagi dari ini. Mungkin ya,masih mungkin.

Anggep aja ini gantinya chapter kemaren yang sampe 1500+ kata.

Tengkyu guys

Lisya [End]Where stories live. Discover now