Chapter 8 - Revenge

18.5K 1K 38
                                    

Lisya menaikki mobilnya dengan tenang. Ia sampai di rumahnya dengan selamat tanpa hambatan apapun.

Lisya memasuki rumahnya dengan hati-hati. Ia melihat ke sekeliling rumahnya dan terlihat sepi. Sangat sepi. Ia sempat bingung kenapa rumahnya bisa sesepi ini.

'kemana mereka semua pergi?' batin Lisya

Ia mencoba mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya disini dan ia mengingat nya. Keluarganya sempat dipukul oleh Alex membuat mereka tidak sadarkan diri.

'sekarang mereka semua ada dimana?' batinnya bertanya tanya

"Ck,untuk apa aku memperdulikan mereka. Dengan begini semua rencana akan berjalan lebih mudah." Ucapnya sambil menyunggingkan senyum sinisnya.

***

Tetapi disisi lain keluarga beranggotakan tiga orang ini sedang panik karena terbangun dengan keadaan mata tertutup, dan tangan serta kaki yang diikat. Belum lagi bau anyir darah yang membuat mereka mual.

"Erlanda? Resta? Vano?" Suara bass milik seseorang membuat mereka terlonjak kaget,dan ya mereka adalah keluarga Lisya. Tanpa Lisya ketahui Alex menculik mereka bertiga untuk melakukan balas dendam.

Bukan hanya balas dendam karena menyakiti Lisya. Tapi karena Erlanda membuat perusahaannya mengalami kerugian. Walaupun nominalnya tidak terlalu besar, tapi pengkhianat tetaplah pengkhianat.

"Siapa kamu?!!" Ucap Erlanda sedikit membentak.

"Hhh, kalian tidak perlu tau siapa saya. Hanya saja perlakuan kalian menyiksa anak perempuan kalian membuat saya sedikit geram." Ucap Alex

"Penyiksaanku tidak ada hubungannya denganmu. Itu urusan kami dan kau tak berhak ikut campur urusan kami." Ucap Erlanda

"Oh jelas itu urusan saya!!!Karena Lisya sekarang milik saya dan tak akan saya biarkan kalian menyakiti nya!!!" Ucap Alex emosi.

"Milikmu? Ck. Anak bodoh sepertinya tak pantas dimiliki siapa siapa. Apa kau buta,hah?" Ucap Erlanda dengan santai.

"Bodoh? Buta? Sepertinya gelar itu lebih pantas dimiliki oleh kalian. Keluarga mana yang menyiksa keluarganya sendiri? Alasan kalian menyiksa Lisya tidak masuk akal sama sekali. Hanya karena kejadian masa lalu yang kalian sama sekali belum tau kebenaran nya dan seenaknya menuduh Lisya sebagai pelakunya." Ucap Alex

"Lisya itu pembunuh dan kami melihatnya dengan mata kepala kami sendiri bahwa Lisya yang membunuhnya." Ucap Resta yang sedari tadi hanya terdiam dan menyimak.

"Lisya.bukan.pembunuh." ucap Alex penuh penekanan.

"Apa buktinya jika Lisya tidak membunuhnya?" Kali ini Vano yang bersuara.

"..." Alex hanya diam. Sebenarnya ia mencoba mengakses cctv yang ada di tempat kejadian beberapa tahun lalu. Tapi saat ia ingin mengakses nya yang terlihat hanya blackscreen. Sepertinya seseorang telah mengambil data cctv tersebut.

"Kau tak bisa menjawabnya bukan? Pembunuh tetaplah pembunuh." Ucap Vano sambil tersenyum angkuh.

"Lisya bukan pembunuh. Suatu saat kalian akan tau kebenarannya." Ucap Alex

"Rex, lakukan tugasmu." Sambungnya.Rex hanya mengangguk. Alex keluar ruangan tersebut dan saat Alex menutup pintu,suara yang sangat ia sukai mulai berirama. Suara teriakan kesakitan. Alex tersenyum dan kembali ke ruangannya,membiarkan mereka tersiksa di dalam sana.

***

Disisi lain Lisya memulai rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang dan mungkin ini saat yang tepat untuk melakukan nya. Lisya berfikir mungkin keluarganya sedang liburan ke luar negeri untuk jangka waktu yang lama.

Lisya sudah menyiapkan bahan bahan yang telah ia siapkan di depannya.

"3 Tikus mati,3 kantong darah,3 kotak kayu,dan surat. Selesai." Ucapnya sambil tersenyum senang. Semua benda tersebut nantinya akan Lisya taruh masing-masing dikamar mereka dan salah satunya akan ia taruh di ruang keluarga beserta suratnya.

"Terror dimulai" ucapnya sambil tersenyum sinis.

***

"BERHENTI!!ARGHH!!! BRENGSEK KALIAN!!"

"HENTIKAN!!!INI SAKIT!!ARGHHH"

Srett ctass bugh

"Stop..."

Brugh

"Bawa mereka kembali ke rumahnya. Taruh mereka dikamar dan jangan sampai anak itu tau. Mengerti?!!!"

"Mengerti tuan!!!"

Skip

Lisya kaget saat sedang asyik-asyiknya tidur. Alarm di laptop nya berbunyi.

"Siapa yang masuk ke rumah ini?" Radarnya menunjukkan ada orang asing masuk bersamaan dengan keluarganya. 3 titik hijau menandakan keluarganya, dan 10 titik merah menandakan orang asing berjalan masuk ke dalam rumah.

Lisya mulai membuka pintunya dan melihat lewat celah pintu. Ia melihat keluarganya sedang di seret menuju kamarnya dengan keadaan yang mengenaskan. Beberapa orang disana cukup terkejut karena mencium bau busuk yang telah Lisya taruh di kamar dan juga ruang keluarga.

"Jaket itu..." Gumamnya

"ALEX!!!" teriaknya membuat orang-orang disana terkejut. Lisya merutuki kebodohannya.

"SIAPA DISANA?!!!" Lisya ingin sekali kabur namun sepertinya tidak ada gunanya. Akhirnya Lisya keluar dari kamarnya membuat orang-orang disana terkejut. Pasalnya mereka sudah berjanji tidak akan ketahuan oleh anak itu dan mereka tau itu siapa.

"Maaf...nona kami hanya-"

"Bawa aku ke markas" ucap Lisya

"Ta..pi"

"Ck. Ayo cepat. Kalian mau aku adukan ke ketua Alex?"

"Ja..jangan nona. Baik nona bisa ikut kami ke markas." Ucapnya dan segera berjalan keluar.

"Eh tunggu" ucap Lisya membuat semua orang menoleh padanya.

"Kenapa kalian memanggil ku nona?" Ucapnya bingung

"Kami hanya disuruh oleh tuan untuk memanggil nona begitu. Apa ada yang mau ditanyakan lagi?"

"Tidak. Ayo pergi."

Lisya dan anak buah Alex pun sampai ke markas. Lisya tanpa disuruh pun masuk ke markas dan berjalan masuk. Lisya melirik Rex yang sedang melihatnya bingung. Lisya hanya mengedikan bahunya tak peduli.

Lisya berjalan menuju ke ruang pribadi Alex memakai lift pribadinya.

Ting

Lisya pun berjalan keluar lift sambil menunduk dan saat ia mendongakkan kepalanya ia sedikit terkejut melihat Alex melihat ke arah nya dengan muka sayu.

"Kau mabuk?!!!" Ucap Lisya

"Kau bukan pembunuh nya Lisya. Bukan." Alex meracau tidak jelas sambil berjalan menuju Lisya. Lisya bingung. Ia mulai memundurkan langkahnya saat Alex mulai mendekatinya. Alex dengan sigap langsung memeluk Lisya secara tiba tiba,membuat Lisya sedikit terkejut dan memberontak.

"Diam!!" Seketika tubuh Alex terjatuh ke bawah. Lisya langsung menahan tubuh Alex dan membawanya ke sofa. Lisya menidurkan Alex disana.

Saat Lisya ingin beranjak pergi, tangan Alex dengan sigap menahan tangannya dan membuat Lisya kembali terduduk.

"Jangan pergi..." Alex pun membuka matanya membuat Lisya kaget. Lisya melihat seperti ada yang beda dengan wajah Alex.Lisya kembali meneliti muka Alex.

'Seperti ada yang beda' batinnya

"Kau bukan Alex...."

***

Lisya [End]Where stories live. Discover now