Chapter 7 - Attack

18.9K 1K 17
                                    

"Rex, berikan aku informasi lengkap mengenai keluarga Lisya, dan deteksi semua cctv dari semenjak Lisya lahir hingga sekarang, 30 menit data sudah aku terima." Ucap Alex pada Rex.

"Baik ketua" ucap Rex sambil membungkuk kemudian ia berbalik dan pergi.

35 menit kemudian

Alex menunggu,hingga suara dentingan lift pun berbunyi. Muncullah Rex dengan membawa map yang kemungkinan berisikan data data yang ditunggu oleh Alex.

"Kau telat 5 menit Rex" ucap Alex

"Ma..af ketua" ucap Rex

"Akan ku urus nanti.Bagaimana? Kau mendapatkan nya Rex?" Ucap Alex sambil menatap Rex serius

"Saya mendapatkan data data mereka bertiga dengan lengkap tapi tidak dengan anak itu, sepertinya ia menutup rapat rapat informasi tentang dirinya. Saya sudah mencoba membuka akses informasi tersebut dengan bantuan beberapa anak buah tapi pertahanan yang dia buat terlalu kuat hingga saya dengan yang lain tidak berhasil membobol pertahanan yang dia buat." Ucap Rex panjang lebar sambil menunduk.ia takut ketuanya akan menghukum dirinya dengan anak buah yang lainnya karna tidak berhasil menjalankan perintah sang ketua. Hukumannya yang diberikan pun tidak tanggung tanggung jika diberikan.

Alex hanya tersenyum.

"Tak apa,kerja yang bagus. Silahkan pergi." Ucap Alex membuat Rex kaget dan memberanikan diri untuk mendongak. Rex bingung ketuanya tersenyum. Tak mau ikut campur,Rex hanya membungkuk dan mengucapkan permisi. Ia merasa sangat beruntung kali ini ketuanya sedang baik tidak memberikan hukuman. Tapi rasa bahagia itu hilang seketika ketika Alex mengucapkan kalimat yang hanya bisa diterima Rex pasrah.

"Hukuman akan tetap menantimu Rex." Ucap Alex masih dalam mode tersenyum.

"Ba..baik ketua" ucap Rex gugup dan segera memasuki lift.

Alex membaca data data keluarga tersebut termasuk menonton video yang diberikan Rex. Alex menggeram. Bagaimana bisa anak itu bertahan dalam kondisi seperti itu. Disiksa oleh keluarganya sendiri. Hingga harus mencuri makanan di supermarket hanya untuk makan. Bahkan dengan beruntung nya ia bisa menemukan laptop di tempat sampah depan rumahnya.
Alex semakin tertarik dengan anak itu. Ia akan mencoba mendapatkan nya dengan cara apapun.

Disisi lain Lisya pun sudah terbangun. Ia mengerjapkan matanya dan melihat sekelilingnya bingung. Lisya sadar ia kembali ke ruang operasi yang sama setelah ia ditembak beberapa hari yang lalu. Ia menggerakkan badannya dan sedikit meringis karna bekas lukanya sedikit sakit. Ingat hanya sedikit. Ia melihat ke meja nakas disampingnya dan melihat handphone nya tergeletak di atasnya.

Karna bosan dan malas untuk beranjak dari kasurnya Lisya hanya memainkan hp nya dan membuka aplikasi hack nya dan mengetes beberapa program yang ia buat sendiri.

Entah apa yang terpikirkan oleh Lisya. Karna rasa bosan yang tak hilang hilang ia iseng mencoba membunyikan alarm peringatan markas ini. Bagaimana Lisya tau disini ada alarm peringatan? Lisya sempat berkeliling markas ini dan mengetahui bahwa ada alarm peringatan disini.

Lisya terus mengotak atik handphone nya. Beberapa menit ia mencoba dan gagal. Ia tidak menyerah dan akhirnya ia berhasil.

"Berhasil"

Kring kring kring

Lisya terkekeh. Ia melihat dari kaca ruangan banyak orang orang mulai panik. Sampai ia melihat Alex mulai menghampiri Lisya dengan nafas ngos-ngosan dan muka yang panik.

"Cepat ikut aku ke ruangan. Bel peringatan tanda bahaya berbunyi. Disini tidak aman." Ucap Alex panik. Lisya hanya tertawa pelan membuat Alex terdiam sejenak melihat senyuman milik Lisya. Lisya yang merasa diperhatikan kembali dengan muka datarnya membuat Alex kembali dengan kesadaran nya.

Lisya [End]Where stories live. Discover now