25. Galaxy Ko.

2.1K 417 26
                                    

"Kak, ada yang mau daftar bazar lagi nih." Perempuan yang lagi sibuk membereskan boneka-boneka terpaksa menghentikan aksinya dan mengampiri Lami yang udah menyodorkan ponsel ke arahnya.

"Waduh, slot kita udah penuh buat besok. Apa dia gak baca Story yang aku bikin semalam?" heran perempuan bermata bulat itu.

"Gak tau deh, ku-date banget ya orangnya. Masa gak nge-follow akun kita?"

"Kamu pikir semua orang harus ngikutin akun kita, Lam?" Lami menggeleng. "Ya udah, kamu bilang aja dengan baik kalau kita udah penuh. Bilang yang sopan dan juga jangan lupa minta maaf dulu sebelumnya."

"Siap, Bos!" Lami bergaya hormat seolah dia adalah prajurit yang menuruti perintah raja.

"Jangan lupa juga bilang terima kasih mau berpartisipasi, sekalian ajak dia buat hadir di festival besok." Lami mengangguk mengerti melanjutkan mengetik sebaris pesan untuk orang yang telat banget mendaftar itu.

Perempuan yang diajak bicara sama Lami kembali meneruskan kegiatannya yang tertunda. Sesekali ia juga mengintstruksi kepada teman-teman yang usianya sebaya dengan Lami.

Sementara Lami kembali menghias poster-poster yang dibuatnya. Tangannya sungguh lihai menghias pernak-pernik untuk perlengkapan festival besok. Ketika ingin menempel hiasan terakhir, ponsel bersama tiba-tiba bergetar dan membuatnya sedikit geram.

"Eh ini orang tadi ngapain nelpon?" Lami hanya menatap ponsel yang menyala dan menampilkan nomor tadi yang mengirim kan pesan. "Kak Eunha, orang yang tadi nelpon," lapor dia pada perempuan yang dari tadi paling sibuk itu.

"Ya udah, kamu angkat aja. Aku mau naro ini." Eunha menunjukan beberapa boneka di kardus.

Lami yang ditinggal Eunha begitu aja terpaksa menggeser tanda hijau pada layar dan mengangkat telepon itu.

"Halo, selamat sore. Ada yang bisa kami bantu?" ucap Lami sebagai sapaan.

"Kamu... orang yang tadi?" Jawaban dingin dari laki-laki di seberang membuat Lami sempat mengerutkan kening, sebelum akhirnya merubah raut jadi malas setelah mengingat suara ini, suara dari orang yang tadi bertemu dia di depan kafe. "Halo? Masih ada orang di sana?"

Cewek berwajah manis itu tersentak, "Oh iya... Bapak yang tadi siang di kafe itu, kan?"

"Saya mau ngomong sama ketua kamu."

"Maaf, tapi dia sedang sibuk. Bapak ingin bicara apa? Nanti saya sampaikan." Meskipun kesal, Lami tetap berusaha menormalkan nada bicaranya. Kak Eunha selalu ngajarin dia hal kesopanan, dan dia gak mau ngelawan Eunha.

"Bener?"

"Iya."

"Hubungi saya jika dia sudah selesai."

"Baik, Pak." Setelah itu sambungan terputus.

Gak lama kemudian, Eunha masuk lagi ke ruangan tempat Lami menghias poster. Dia melihat hasil karya dari orang yang sudah dianggap sebagai adik sambil berdecak kagum.

"Kakak udah selesai?" tanya Lami, dia gak enak sih mau bilang ke Eunha kalau disuruh telepon kalau si Eunha belum selesai pekerjaannya.

"Udah, itu di belakang lagi beres-beres. Terus barang-barang lagi diangkut sama Kak Chunji," jelas Eunha. "Kamu sendiri gimana udah selesai?"

"Tinggal bikin hiasan buat stand kita." Lami sibuk menggunting origami-origami menjadi bentuk bintang. Sejak acara festival besok akan dilaksanakan, Lami yang kerja sendiri masalah hias-menghias gini. Dia sendiri yang minta, kadang dibantu sama anak-anak yang lain sih. Tapi hampir 70% yang kerja itu Lami dan semua orang puas sama hasil kerja anak itu.

Choco Milk ✓Where stories live. Discover now