03 •• Gara-gara Mie?

10.8K 903 47
                                    


Andrea menengok ke arah pintu sebentar, lalu mengutarakan kedatangannya. Dia menjelaskan kepada Bu Dania tentang murid baru yang diantarnya. Begitu mendapatkan penjelasan darinya, Andrea langsung mendapatkan ijin dari wali kelas itu untuk membawa Fano masuk.

"Ohh..., yaudah kamu suruh masuk aja anaknya!" Andrea bergegas menuju ke arah pintu dan mencari keberadaan Fano.

"Wihh Andrea bikin ngiler deh sumpah !"

"Aduh gusti..., nikmat mana lagi, pagi-pagi udah dapat rejeki..."

"Devon, ada ayang bebeb lo tuh!" Devon yang mendengar ucapan Roy, langsung menjitak kepala lelaki itu tanpa ampun.

"Yehhh dasar..., buat gue aja kalau gitu si Andreanya," entah kenapa, rasanya Devon pingin misuh-misuh sendiri mendengar ucapan Roy barusan.

Andrea masuk dengan menyeret Fano. Semua mata tertuju ke arah mereka berdua, termasuk Devon. Semua yang ada di dalam kelas pun langsung hening, ketika melihat mereka berdua. Apalagi posisinya Andrea memegang tangan kanan Fano dengan erat.

"Emmm ..., Ini buk anaknya, kalau begitu saya mau kembali ke kelas dulu buk," ucap Andrea pamitan. Bu Dania hanya mengangguk mendengar ucapan Andrea barusan, dan megijinkannya untuk kembali ke kelas.

Baru tiga langkah Andrea berjalan, tangan kirinya sudah diraih Fano terlebih dahulu. Andrea sebenarnya terkejut dengan tindakan lelaki itu, tetapi ia berusaha untuk menormalkan raut wajahnya. Semua mata yang melihat hal itu jelas-jelas kaget, pasalnya baru ada cowok yang mendekati Andrea dengan senekat itu. Apalagi cowok itu setampan Fano, pasti semua cewek langsung iri melihatnya.

"Sumpah kesel gue ..., masa bidadari gue dipegang-pegang orang!"

"Abang ganteng ngapain sih pake' acara pegang-pegangan sama Andrea,"

Fano yang sadar akan pembicaraan murid-murid langsung melepaskan tangan Andrea. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Makasih buat bantuannya, terus gimana perjanjian kita yang tadi?" Andrea memandang Fano dengan kebingungan. Perjanjian apa memangnya, dia tidak ingat.

DASAR OTAK LEMOT!

"Hah! perjanjian apa emangnya?" Fano menepuk dahinya sabar, gadis ini lupa atau memang pura-pura lupa. Padahal dia sendiri yang membuat perjanjian itu. Dengan sabar, Fano membisiki Andrea tentang perjanjian yang dibuatnya itu. Semua murid yang melihat itu semakin penasaran dibuatnya. Bahkan, Bu Dania yang ada disitupun tidak dihiraukan oleh Fano dan Andrea. Tidak banyak pula dari mereka yang berbisik-bisik menebak ada hubungan apa diantara mereka berdua. Hal itupun tak luput dari pandangan Devon dan sahabatnya. Devon sendiri sebenarya juga kepo apa yang dibicarakan oleh mereka berdua. Matanya tajam menatap ke arah Andrea, pikirannya menerawang ke mana arah pembicaraan itu tertuju.

Sedetik kemudian, Andrea baru ingat tentang perkataan Fano tadi.

"Ehhh ..., nggak usah nggak apa-apa kok. Santai aja, gue yakin nggak bakal dihukum. Kalau pun nanti dihukum, dengan senang hati gue ke luar dari kelas!" Andrea meninggalkan kelas Devon, lalu buru-buru masuk ke kelasnya. Fano menatap kepergian gadis itu dengan senyuman yang tidak luntur. Para gadis yang melihat pemandangan itu langsung melotot tidak percaya. Lelaki yang berdiri di depan kelas mereka itu benar-benar tampan.

Dilain sisi, Devon tidak merasa cemburu dengan apapun yang teman-temannya katakan tentang Fano dan Andrea. Buat apa dia cemburu, toh malah bagus untuknya, supaya gadis itu melupakannya.

Walaupun begitu, otak dan hatinya seakan tidak berjalan searah. Otaknya seakan baik-baik saja, sedangkan hatinya tidak.

"Yahh, gebetan gue diambil orang," ucap Roy penuh drama.

B U C I NOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz