24 •• Rencana part 1

9K 627 29
                                    

Kalau Andrea disuruh untuk menyebutkan siapa orang yang paling gila selama hidupnya, ia pasti akan menjawab.

Gara. Gara. Dan Gara.

Lelaki itu sama sekali tidak merasa bersalah setelah mempermalukan Andrea di sekolah. Dia masih menatap Andrea dengan pandangan khasnya, cengar-cengir. Gadis itu sampai menggeram menatap pria di hadapannya itu. Dengan kesal, Andrea menyeruput milkshake yang ia pesan beberapa menit yang lalu.

DASAR BANGSAT! GUE GOROK LO GAR KALAU NGGAK MAU SUJUD DI KAKI GUE!

Gara menatap ke arah Andrea yang masih kesal melihatnya. Lelaki itu malah sibuk memandangi gadis di depannya ini dengan tersenyum kekeh.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Gila ya lo?" tanya Andrea yang bergidik ngeri melihat Gara tersenyum terus  sejak tadi. Lelaki itu malah terus menampilkan cengiran mautnya sambil melihat ke arah Andrea, "gue mau bantuin lo deketin Devon!" Andrea jelas saja langsung melotot tajam mendengar nama Devon disebutkan.

"Maksud lo apaan sih pake' nyeret-nyeret nama Devon! Lo punya dendam sama dia? Atau ada yang lo rencanain?" Gara menggeleng pelan, dia bingung harus berbicara dari arah mana dulu, "Kak Vita pernah cerita ke gue, kalau lo suka sama cowok yang namanya Devon, tapi disia-siain kan? Gue tau Devon, karena Devon yang sekolah di SMA Mentari itu cuma satu namanya, betulkan?" Andrea mengangguk, "nah..., Devon yang gue kenal itu orangnya baik dulu. Entah kenapa setahun ini dia jadi berubah, semakin kasar dan dingin. Gue tau itu semua gara-gara lo! Devon itu orangnya keras kepala, susah banget kalau mau ngomong baik-baik sama dia, tetapi gue tau dia itu juga baik," sambung Gara. Andrea terus menyimak cerita lelaki itu dengan seksama.

"Terus hubungannya apa Gara-ndong! Lo jangan ribet-ribet deh, tinggal kasih tau tujuan lo itu apa?" Gara menghela napas kesal, gadis didepannya itu memang tidak sabaran, "gue mau kita pura-pura deket! Tapi cuma pura-pura! Kita lihat dulu, sejauh mana Devon nanggapinnya, kalau dia kesal, tandanya dia suka sama lo juga. Kalau dia biasa aja, artinya lo harus mundur An," gadis itu mencerna ucapan Gara barusan, pura-pura deket sama Gara? Oh no! Deket sehari saja dia pusing tujuh keliling, apalagi setiap hari. Eh kalau dipikir-pikir sih boleh juga idenya si Garandong. Lumayan lah bisa mepet cogan.

"Lo yakin itu?" lelaki itu mangut-mangut percaya diri, "gue yakin, soalnya pas di lapangan basket aja, tatapannya udah kaya' monster An! Gue yakin dia pasti cemburu!" Andrea menatap Gara terkejut. "Jadi,  pas kejadian di lapangan itu rencana lo?" Gara mengangguk lebih mantap kali ini.

Tepukan keras mendarat di kepala lelaki itu dengan mulus. Gara yang mendapatkan serangan seperti itu terkejut bukan main. "Rasain lo! Udah berani ngerjain gue sekarang ya?! Untungnya, gue belum kelepasan buat nonjok pipi lo di lapangan! Biar sekalian fans lo itu kasian ngelihat idolanya jadi bonyok nggak ganteng lagi!" Gara hanya terkekeh.

"Terus kalau lo juga suka sama gue gimana? Gue repot nanti jadinya!" ucap Andrea dengan polosnya. Gara yang mendengar penuturan dari gadis itu langsung tertawa terbahak-bahak, "kenapa lo? Lo kumat nggak waras?" dengan cepat, lelaki itu berusaha menormalkan lagi sikapnya.

"Gue udah punya pacar kali!" Andrea memelototkan matanya terkejut, "dia masih sekolah di Aussie, kita udah tunangan juga. Kalaupun dia tau gue deket sama lo, dia nggak bakal mutusin gue tiba-tiba. Dia itu orangnya baik, nggak suka ambil kesimpulan sendiri. Dia juga udah kenal gue dari kecil, sifat-sifat gue pun dia hapal semua. Jadi, kalaupun gue bohong, dia pasti langsung tau." Andrea membayangkan dengan kagum siapa gadis itu. Beruntungnya lelaki itu mendapatkan gadis sebaik cinderella. Namun, perempuan itu tidak beruntung mendapatkan pacar titisan anak Grandong.

"Terus kenapa anak-anak ngiranya lo jomblo?" Gara mengedikkan bahunya tidak peduli, "mungkin gue nggak pernah kenalin dia ke publik. Anggapan orang kan ada-ada saja An, kaya' lo nggak punya fans aja," Andrea mulai paham.

B U C I Nजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें