07 •• Cewek Murahan

11.2K 788 32
                                    

Andrea menyandarkan tubuhnya di kursi balkon. Dia menatap ke arah langit yang diliputi kegelapan. Pikirannya tertuju ke kejadian tadi siang, sungguh memilukan sekali nasibnya. Diibaratkan saja, seperti orang yang terjatuh lalu tertimpa tangga.

Andrea menatap nanar langit malam ini, apa dia sebegitu buruk dimata Devon? hingga lelaki itu terus saja menolaknya.

Apakah lelaki itu benar-benar menutup hati untuknya?

Bahkan dia tidak bisa melihat ketulusan yang terpancar di mata Andrea.

"Kesannya kenapa gue jadi kaya' cewek murahan yang nggak laku ya?" Andrea tertawa miris memikirkan apa yang sudah ia lakukan selama ini untuk mengambil hati Devon.

"Mikirin apa sih dek?"

Andrea terkejut dengan suara Levin di belakangnya.

"Bukan apa-apa...."

"Temenin gue ke kafe yuk dek!"

"Tumben banget mau ke kafe? Gue curiga pasti ada sesuatu di balik sesuatu?"

Levin langsung menampilkan cengiran khasnya.

"Gue mau pdkt!"

"What! Are you crazy brother?"
"Yaudah dong dek, biasa aja. Sekali-kali kek liat kakak seneng," ucap Levin cemberut.

"Terus gue dijadiin obat nyamuk gitu?"

"Tenang aja, nanti ada imbalannya kok!"

"Hufttt.., oke. Close from my bedroom!"

Levin berjalan keluar kamar Andrea dengan senyum mengembang.

~BUCIN~

Suasana kafe malam ini tidak terlalu ramai menurut Andrea. Andrea mengikuti Levin dengan memandang ke kanan kiri. Cukup mewah kafe itu menurutnya. Dekorasi minimalis dan sedikit sentuhan aesthetic membuat kafe itu bisa dibilang instagramable.

"Mau duduk di mana sih bang?"
Levin terus berjalan menuju lantai dua tanpa menjawab pertanyaan Andrea.

Sampainya di lantai dua, Andrea sedikit terkejut dengan pemandangan yang menyuguhkan jalanan kota di malam hari. Indah, itulah yang dirasakan Andrea saat ini. Andrea sendiri baru tau, jika kafe ini tidak jauh dari rumahnya. Maklum, dia tidak suka menghambur-hamburkan uang hanya demi hal yang tidak penting. Seperti nongkrong malam ini, jika dia tidak diajak Levin kesini ia nggak bakal sudi keluar malam kaya' gini.

"Kenapa bengong? takjub? nggak pernah ke kafe sih!"

Pengunjung yang mendengar ucapan Levin tadi langsung menoleh ke arah Andrea.

Andrea yang mendengar ucapan Levin langsung menatap tajam dengan kode ancaman.

Levin somplak, awas aja ya nanti kalau udah di rumah, gue cincang lo sampai halus. Batin Andrea dalam hati.

"Gebetan lo mana sih bang? perasaan nggak datang-datang deh?"

"Masih di parkiran tadi gue WA!" jawab Levin sambil memainkan ponselnya.

"Cantik nggak orangnya?"

"Cantik dong!" jawab Levin tersenyum bangga.

Lima menit kemudian...

"Itu dia!" ucap Levin sambil mengangkat tangan kanannya.

Andrea yang menoleh ke arah cewek itu benar-benar syok. Dia sudah tidak bisa berucap lagi saat ini. Ia ingin sekali mengumpat ke arah perempuan yang sedang duduk di hadapannya sejak lima detik yang lalu itu.

B U C I NDär berättelser lever. Upptäck nu