04 •• Penolakan menyakitkan

12.1K 933 17
                                    

Dengan semangat, Andrea ingin mengantarkan minuman kepada Devon yang selesai bertanding basket. Tanpa sepengetahuan Andrea sebelumnya, tiba-tiba Fila datang membawa minuman dan handuk. Ia memandang kesal ke arah Fila. Lagi-lagi perempuan itu mengganggu usahanya untuk mendekati Devon.

Andrea meremehkan gadis itu, pasti minuman nya lah yang akan dipilih oleh Devon. Dugaan Andrea salah, Devon malah memilih minuman dari Fila. Bahkan ia sempat tersenyum ke arah gadis itu, tanpa memikirkan dirinya. Andrea yang melihat senyuman itupun semakin kalah telak.

Andrea sedikit kecewa, tetapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk mendapatkan hati Devon. Ia sedikit berbasa-basi untuk mengajak Devon istirahat bersamanya.

"Von, nanti istirahat gue yang traktir lo ya?" ucap Andrea bersemangat. Lelaki itu hanya memalingkan wajahnya dan pura-pura tidak mendengar.

"Ishhh..., Devon, gue lagi bicara sama lo tau!" ucap Andrea dengan kesal, karena sedari tadi ia seperti tidak dianggap keberadaannya oleh Devon.

"Gue istirahat sama Fila!" Devon langsung pergi dari hadapan Andrea dan menggandeng tangan Fila. Meninggalkan perempuan bertubuh tinggi itu sendiri.

"Dev, Devon!"

Tidak ada alasan lagi bagi Andrea untuk mengejar lelaki itu, dia saja sudah tidak dianggap keberadaannya, apalagi yang ia harapkan dari lelaki itu. Berharap Devon akan merubah pikirannya? atau berbalik memilih pergi dengan Andrea? Tetapi itu semua hanya halusinasi Andrea saja bukan? Devon tidak akan mungkin mau bersamanya.

Benar-benar lucu bukan? Andrea yang berjuang, tapi orang lain yang disayang. Apakah perjuangan Andrea selama setahun ini nggak ada artinya bagi Devon? Apakah rasa peduli Andrea selama ini hanya candaan bagi Devon? Atau, Andrea memang seperti parasit bagi kehidupan Devon?

Saat Andrea merasa sakit, bukan Devon yang selalu ada. Tetapi, saat gadis itu sakit, kenapa Devon selalu ada untuknya.

Segini sakitnya ya diabaikan oleh orang yang kita sayang?

Andrea meneteskan air matanya. Ia juga tidak tau kenapa dia bisa secengeng ini. Padahal, menurut orang lain, Andrea merupakan cewek kuat. Dasar Andrea lemah? atau mungkin Andrea kurang sadar diri?

"Lo nggak boleh nangis Andrea,"

"Lo harus tunjukin kalau Andrea itu benar-benar cewek yang kuat!"

"Ck. Bodo amat sama usia. Hati gue sakit banget rasanya?"

"Gini ya, rasanya mencintai tanpa bisa memiliki?"

"Ambyar mak hati Andrea!"

"Gue boleh ketawa gila nggak sih?"

Andrea juga belum meninggalkan lapangan basket itu sejak kepergian Devon dan Fila tadi. Kakinya sulit beranjak dari tempat yang menyakitkan itu. Roy dan Pian yang melihat Andrea termenung sebenarnya kasihan. Mereka berdua paham betul, Andrea seperti itu gara-gara sahabatnya. Namun, mereka berdua tidak tau harus berbuat apa.

Apa kata Sinta benar? Haruskah ia melepas Devon? Tetapi tidak mudah melepas lelaki yang sudah menjadi pangerannya itu.

Tanpa Andrea sadari, seorang lelaki sudah mengamatinya dari jauh. Dia adalah Fano. Lelaki itu sudah mengetahui kalau Andrea suka Devon. Sebelumnya, Fano mendengar desas-desus antara Andrea dan teman sekelasnya itu. Tanpa Fano sadari, kakinya sudah mengajaknya melangkah menuju ke arah Andrea berdiri.

"Ngapain panas-panasan di sini?" Andrea yang mendengar suara itu justru kaget. Andrea menoleh ke arah sumber suara itu.

"Emm..., gue lagi cari hawa aja. Bosen di kelas mulu!" padahal dalam hati, Andrea pengen banget misuh-misuh karena Devon meninggalkannya. Ia hanya tidak mau berbagi kesedihannya kepada orang lain. Dia tidak ingin orang lain menjadi kasihan kepadanya hanya gara-gara cinta. Andrea sendiri tidak ingin menjadikan masalahnya sebagai beban orang lain juga. Lebih baik ia memendam rasa sakitnya itu sendiri, walaupun dia sebenarnya tidak mampu melakukannya sendiri.

B U C I NWhere stories live. Discover now