21 •• Sakit tapi tak berdarah

9.6K 685 5
                                    

°°°°
Ketahuilah, Tuhan lebih menyukai makhluk yang diuji. Daripada makhluk yang bahagia tapi tidak pernah diberi ujian.

°°°°

"Andrea, nanti istirahat temenin gue ke kelas Fano bentar ya, mau ngasih bekal soalnya!" Andrea mengangguk pasrah menerima ajakan sahabatnya itu.

Sejak hubungan Andrea dan Devon yang merenggang beberapa minggu lalu, membuat gadis itu semakin tidak semangat menjalani hari-harinya ke sekolah.

Ditambah lagi, Fila yang awalnya se kelas dengan dia harus pindah kelas menjadi duabelas IPA satu, kelas Devon berada. Andrea sendiri juga tidak tau apa yang membuat gadis itu pindah.

"Eh lo tau nggak, Minggu depan bakal ada lomba yang diadain di sekolah kita! Berita hebohnya, sekolah kita bakal tanding basket minggu depan sama SMA Kebangsaan! Gila nggak tuh! Mana cowoknya SMA Kebangsaan pada cool-cool lagi, ganteng juga sih! Apalagi yang main basket tahun lalu, idihhh mantap!" Andrea mengernyitkan kening. SMA Kebangsaan kan sekolahnya Gara, apa lelaki itu juga bakal ikut datang ke sekolahannya jadi penonton? Kalau iya, mampus dong Andrea.

"Sin, Sin... Gue mau tanya, setiap lomba basket gue nggak nonton kan, nah... Pas tanding itu ada penonton dari SMA Kebangsaan nya nggak?" tanya Andrea dengan cemas. Sinta yang ditanya langsung tersenyum mengangguk. Raut wajah Andrea sontak langsung berubah seketika.

"Mati gue! Tuhan, cabut nyawa Andrea sekarang juga!"

"Kenapa lo An? Ada masalah?" Andrea langsung mengangguk dan menggigit jari tangannya keras.

"Masalahnya ya ada di sekolah itu Sin!" Sinta yang mendengar Andrea berteriak keras jelas-jelas terkejut.

"Kenapa sama sekolahnya?" tanya Sinta yang mulai mendesak Andrea untuk berbicara lagi.

"Ada Gara-ndong!" sahabat Andrea tersebut langsung membelalakkan matanya. Tidak percaya atas apa yang gadis cantik itu katakan.

~BUCIN~

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Dua gadis itu sudah berada di kelas Fano semenit yang lalu.

Sinta, sahabatnya itu sibuk bermesraan dengan Fano. Melupakan atau memang malah lupa kalau Andrea sejak tadi hanya berdiri di depan mereka bingung mau ngapain.

Matanya malah tertuju ke bangku yang tidak jauh dari tempat Fano, namun bangku itu kosong. Sedangkan Pian dan Roy ada di sana sambil bercanda.

Dia ingin sekali menanyakan kabar lelaki itu kepada dua temannya, namun lagi-lagi itu semua hanya bisa ia urungkan.

Nyalinya sekarang semakin menciut kalau sudah berhubungan tentang Devon.

"Sin! Lo mau di sini aja? Gue tinggal ke kantin bentar deh kalau gitu!" Sinta ingin mencegah Andrea yang pergi, namun gadis itu terlalu cepat keluar. Jadi, mau tidak mau, dia harus berada di kelas Fano untuk sementara.

Andrea mulai berjalan ke kantin melewati koridor yang terhubung langsung dengan lapangan basket. Saat di jalan, ia mendengar beberapa bisik-bisik dari para murid yang sedang membicarakan tentang lomba basket minggu depan.

"Gue nggak sabar, lihat tim sekolah kita main ngelawan SMA Kebangsaan!" ucap cewek rambut sebahu. Lalu setelahnya, disahuti oleh gadis rambut di kucir kuda.

B U C I NWhere stories live. Discover now