17 •• Di mana Kak Mia?

9.2K 708 1
                                    

•••
Perasaan yang paling aku benci itu cuma satu dan nggak ada saingannya. Kalau kamu bertanya itu apa? Jawabanku ketika aku belajar mengikhlaskan, dengan mudahnya kamu malah meminta ijin untuk mulai masuk ke dalamnya lagi
••••

"Sinta! Balikin nggak novel gue! Jangan bikin gue kesel ya Sin, atau lo bakal nyesel gue aduin ke Parno!" Sinta yang diancam seperti itu oleh Andrea pun tidak peduli.

Jarang-jarang ia bisa menjahili sahabatnya yang notabe nya tidak suka dengan novel itu. Kalau dia sendiri sih jangan ditanya lagi. Bahkan, novel yang belum lama ia beli ini ada sekitar lima novel. Itu semua berisi cerita halu yang tidak lain adalah Anak sultan, Bad boy, ice prince, CEO hottest, ataupun kadang bercerita tentang cinta yang tidak direstui. Kalau Andrea pikir, uang sebanyak itu akan sia-sia jika dibuat untuk membeli novel yang Andrea tidak tau isinya itu.

"Sejak kapan lo rajin baca novel? Ketularan gue kan lo, hayo... ngaku nggak?" Andrea malas jika meladeni Sinta yang sudah seperti ini.

"Bukannya seneng sahabatnya udah ada peningkatan, eh situ malah ganti yang syirik!" ucapan Andrea yang menusuk Itu membuat Sinta sedikit merasa bersalah. Lalu, ia memberikan kembali novel itu kepada sang empunya.

"Yee..., sorry. Lagian kan langka banget gitu, seorang Andrea tiba-tiba jadi rajin," Andrea hanya memutar bola matanya malas. Walaupun begitu, ia tidak pernah marah kepada Sinta. Hanya Sinta lah yang selalu ada di sampingnya. Orang yang tidak pernah pergi walaupun saat Andrea dalam kondisi terpuruk sekalipun. Ia sungguh bersyukur memiliki sahabat seperti Sinta.

"Sin, mau tau kabar baik nggak lo?" Sinta langsung saja mengernyitkan dahinya, supaya Andrea cepet berbicara.

"Gue keterima jadi model itu!" lima kata itu sukses membuat Sinta tak bergeming sedikit pun. Andrea yang merasa sahabatnya itu hanya diam saja, memutuskan untuk menjitak dahinya.

"Aww..., sakit bego! Gue daritadi masih penghayatan malah lo maen jitak seenak dengkul aja!"

"Lagian ya Sin, siapa suruh pake' acara penghayatan segala. Gue aja yang keterima cuma bersikap B aja tuh!" Sinta gemas sendiri melihat tingkah Andrea itu. Bagaimana ia bisa biasa saja sedangkan sahabatnya itu keterima jadi model majalah.

"Tau nggak An, gue jadi makin bangga ngelihat lo bisa ngelakuin apapun sendiri. Kalau ayah, bunda, sama Levin tau lo udah se mandiri ini, mereka pasti bangga banget," Andrea tersenyum miris mendengar penuturan dari Sinta, boro-boro bangga, anak sendiri saja tidak pernah dianggap. Kalau memang dari dulu mereka sudah menjadi keluarga harmonis, Andrea mungkin tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk bahagia bersama mereka.

"Gue kaya' nya udah nggak punya keluarga deh Sin, mereka itu nggak pernah nganggep kalau gue ada diantara mereka!" Sinta menghela napas pasrah. Bagaimanapun juga, sahabatnya itu butuh yang namanaya keluarga, tetapi kenapa malah keluarganya sendiri mencampakkannya, apa mereka pikir anak itu bukan manusia?

Oh ayolah, pikiran bodoh apa itu yang ada dalam otak Sinta. Sebenarnya gadis itu tidak ingin melihat sahabatnya selalu menangis ketika teringat mereka, tetapi dia sendiri bingung, kenapa ia tidak bisa menghentikan itu.

"Lo yang sabar ya..., tau nggak kenapa Tuhan selalu menyiptakan rasa sedih dan bahagia beriringan?" ucap Sinta sambil menenangkan sahabatnya itu. Andrea yang ditanya pun hanya diam tidak menjawab.

"Supaya Tuhan bisa menguji makhluknya, untuk tetap bersyukur menghargai waktu yang diberikan. Mungkin dari sebagian orang berpikir kalau rasa sedih dan bahagia itu hanya sebatas takdir, tetapi bukan itu yang dimaksud tuhan. Supaya..., setiap orang benar-benar menghargai waktu setiap pertemuan antara makhluknya. Lo sendiri sering lihat kan, banyak orang yang merasa bahagia setiap harinya, tetapi tidak semua orang menyadari jika esoknya, mereka harus benar-benar pergi dan tidak akan pernah bisa kembali," perkataan Sinta barusan, benar-benar menyentil hatinya yang sudah beku itu. Seketika, dada Andrea melengos jatuh.

B U C I NWo Geschichten leben. Entdecke jetzt