Ramadan di Selubung Pandemi

108 0 0
                                    

Aku pikir perasaan semua orang sama, saat ini. Bahagia sekaligus sedih. Ah, sejak kapan dua rasa itu bisa disatukan? Sepertinya sejak saat ini. Coba tanya teman di sampingmu. Apakah dia bahagia Ramadan tiba? Apakah dia sedih karena takbisa beribadah ke rumah Allah? Pasti dia akan jawab 'iya', untuk kedua pertanyaan itu.

Aku tidak pernah membayangkan apa lagi menginginkan keruwetan yang terjadi. Siapa yang menduga makhluk kecil yang takterlihat itu mampu mengacaukan banyak hal? Kadang, manusia dipaksa menerima, untuk hal yang tidak ia sukai.

Siapa yang suka di rumah saat dia menginginkan menikmati surya tenggelam di senja hari? Siapa yang suka tidak ke mana-mana, sementara dia harus mencari dan memenuhi kebutuhan hidup? Tapi lagi-lagi ini bukan tentang suka atau tidak. Ini lebih dari itu.

Aku tidak suka ada seseorang mendekat di saat aku ingin dia menjauh. Ada rasa takut dalam diriku pada mereka yang kutemui di luar. Kadang aku merasa dihantui perasaan takutku sendiri. Duh, semoga saat semua berakhir, aku tidak berubah menjadi manusia penakut.

"Kau tidak ke Masjid, Haya?"

"Aku tidak berani."

"Kaupun jadi penakut rupanya."

Aku hanya mengedikkan bahu, tidak peduli pendapat temanku itu. Kulihat dia masih tetap ke Masjid yang letaknya sepenggalan galah saja dari rumahku. Masjid itu tetap padat walau saf terlihat tidak rapat. Entahlah, di antara rasa gemas dalam hatiku ada dalam situasi in, aku berharap, keruwetan yang terjadi bisa segera berakhir

Aku tidak tahu apakah ada yang lebih ruwet di masa lalu dari apa yang terjadi saat ini. Aku hanya merasa bagaimana berbedanya Ramadan kali ini. Semoga doa-doa yang dilangitkan di bulan mulia--menghapus pandemi--diterima oleh-Nya, Sang Pemilik Semesta.

#Fiksi_Mini_Ramadan
#Day-1

Kumpulan Fiksi MiniWhere stories live. Discover now