Kumpulan Fiksi Mini

Tawa Bahagia Mereka

Sebelum pindah ke kota S, aku dan suami tinggal di kota J. Kantornya membuka cabang baru, sehingga lima tahun lalu kami menjadi penduduk kota S. Anak-anak saat itu masih kecil sehingga belum terlalu merepotkan mengurus segala urusan mereka.

"Ma, liburan ini kita enggak ke mana-mana?"

"Sebentar lagi puasa, bagaimana kalau kita latihan puasa di rumah?"

Gana tumbuh menjadi anak yang mudah bosan, berbeda dengan Gani yang lebih tenang dalam segala hal. Aku tidak pernah bermasalah dengan Gani, berbeda dengan Gana. Saat di sekolah, dia sering membuatku dipanggil untuk menerima keluhan bagaimana Gana sering mengganggu teman-temannya.

Seperti biasa, perlu usaha lebih membuat Gana turun dari tempat tidurnya. Sementara Gani sudah berjalan menuju papanya yang menunggu di pintu, Gana menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Gana, kalau puasa tahun ini tidak ada yang bolong, kita liburan."

Selimut tersibak, wajah bulat Gana dengan senyum usilnya membuatku ingin sekali mencubitnya. Sahur kedua dan selanjutnya lebih mudah.

Tapi aku semakin dibuat repot saat siang. Gana hampir setiap jam menagih janjiku. Papanya kadang membantu menjelaskan. Dia diam, tapi tidak lama, karena beberapa jam kemudian dia akan mulai merengek kembali.
***
Akhirnya hari berubah tenang saat suamiku pulang dengan membawa mainan baru. Semula aku tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya dengan barang-barang berserakan itu. Gana dan Gani tampak riang membantu papanya.

Aku sibuk di dapur menyiapkan menu berbuka. Dari dapur teriakan Gana dan Gani terdengar.

"Ayo ... ayo ... salip ... salip!"

Rasa penasaran membawa kakiku melangkah ke ruang tengah, tempat mereka merakit peralatan tadi. Di sana sirkuit mini dengan mobil-mobil kecil berlarian diikuti sorakan Gana dan Gani.

Aku rasa mereka lupa hari ini berpuasa. Semoga sirkuit itu juga membuat Gana lupa pada liburan yang selalu ditagihnya.

Sidoarjo, 3 Mei 2020
#Fiksi_Mini_Ramadan
#Day_10