Kumpulan Fiksi Mini

Selalu Ada yang Pertama

Aku pertama kali bertemu dengannya di sebuah kafe kecil di sudut kota. Hampir semua meja penuh, menyisakan satu meja kosong. Aku meletakkan gelasku di meja itu.

Saat duduk, mataku jatuh padanya yang sedang menyapu pandang ke ruangan kafe. Tatapanya berhenti di mejaku. Ya, hanya mejaku yang terisi satu orang. Dia berjalan mendekat.

"Boleh gabung?"

Rasanya taksopan jika aku menolak permintaan itu. Aku mengangguk. Kami sibuk dengan minuman masing-masing. Dia mengkandaskan isi gelasnya dengan cepat. Tanpa bicara dia meninggalkanku. Tapi di bawah gelasnya ada kertas putih tertulis nama dan nomor telepon.

Itu kenangan pertamaku bersamanya. Beberapa hari kemudian aku kembali melakukan sesuatu untuk kali pertama. Pertama kali menelepon seorang perempuan. Pertama kali mengajak seorang perempuan makan malam dan puncaknya, kali pertama aku meminta izin untuk bertemu ayahnya.

Semula kupikir akan mudah, tapi aku salah. Ayahnya bukan seseorang yang mudah untuk ditemui. Setelah usaha yang takkenal lelah, ayah gadis itu menerimaku, membuka lebar tangannya dan aku dipeluknya erat. Saat itulah dia berbisik: jaga anakku atau urusanmu di depan tidak akan mudah!

Gadis itu tertawa saat kukisahkan rahasia kecilku dengan ayahnya. Atas permintaannya di awal pernikahan, dua minggu kami tinggal di rumah orang tuanya. Dua minggu kemudian kami tinggal di rumah orang tuaku.

Ramadan datang, aku memboyongnya ke istana kecilku. Ini menjadi ramadan pertama untuk kami berdua. Bisa kulihat bagaimana wajahnya berubah saat melewati pintu itu. Aku tidak berpikir macam-macam, tapi di pagi saat sahur, semua terjawab.

Dia duduk di meja makan menatap sayu berbagai masakan yang nyaris semuanya hitam.

"Pagi ini kita sahur roti dan susu saja. Besok kita pesan go food, bagaimana?"

Binar di matanya terpancar. Bibirnya yang semula melengkung, kini melebar. Selalu ada yang pertama untukku, begitu pula dengan perempuan yang kini ada di sisiku.

Sidoarjo, 6 Mei 2020
#Fiksi_Mini_Ramadan
#Day_13