Kumpulan Fiksi Mini

Berakhir di Ramadan

Aku mengenalnya sembilan tahun lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di kota S. Kami akrab dengan cepat, dalam beberapa hal, kami satu pemikiran, walau dalam hal lain aku kadang takbisa memahami pilihannya.

Dia membeli rumah di kota S, pindah dari kota M. Hal ini semakin mendekatkan kami hari demi hari. Anaknya berusia 4 tahun saat itu. Dia sendiri tetap mengajar di salah satu universitas swasta di kota S.

"Duh, capek!" Dia menjatuhkan badannya di sofa.

"Belum ke rumah?"

Dia menggeleng. Ini bukan kali pertama dia mampir ke rumah saat kelelahan seperti itu. Aku bisa merasakan kelelahannya, mengajar di beberapa kampus sambil menyelesaikan kuliah di fakultas hukum, bukan pekerjaan yang ringan.

Aku prihatin dengan kondisinya, sendirian membesarkan anak dengan penghasilan hanya dari mengajar. Itu sebabnya saat dia bercerita tentang rencana untuk kembali menikah, aku sepenuhnya mendukung.

Karena suaminya tinggal di kota M, dia kembali ke kota M, rumah di kota S dijual. Kami jarang bertemu sejak itu, tidak hanya bertemu, bahkan saling memberi kabar pun dia tak.

Aku memahami kesibukannya pasti bertambah. Tapi hari itu, beberapa bulan setelah pernikahan dia berkirim pesan.

"Hilya, buka puasa bareng, yuk."

Ini undangan yang mendadak. Tapi aku menyetujui ajakannya dan kami bertemu di restoran yang sering kami kunjungi bersama sekian waktu lalu. Aku terkejut melihat kondisinya.

"Kamu sakit, Nara?"

Dia tersenyum masam. Sudah ada soto di depannya. Aku memesan soto yang sama untuk dihidangkan saat berbuka nanti.

"Aku sudah tidak bersamanya lagi. Sekarang tinggal sama Ibu."

Entah mengapa takhenti-hentinya Nara memberiku kejutan. Sambil berbuka dia menceritakan semuanya. Keputusan ini bukan mendadak. Dua bulan pernikahan, suaminya tidak seperti yang dia harapkan. Janji yang dulu terucap diingkari, bahkan tega melakukan kekerasan fisik pada anak satu-satunya. Itu tidak termaafkan.

"Semua kuakhiri pada ramadan ini."

Sidoarjo, 14 Mei 2020
#Fiksi_Mini_Ramadan
#Day_21