Still Movin On

56 4 2
                                    

Hari Minggu bukan berarti libur bagi Rio.

Dia menyebutnya hari 'bebersih' alias melakukan semua hal yang tak bisa dilakukannya di hari-hari biasa.

Menyapu, mengepel lantai, menguras akuarium.

Kasihan kalau melimpahkan semua tanggung jawab pada Bi Yani. Tahun ini, usianya sudah genap enam puluh. Sempat Rio terpikir untuk mempekerjakan pengurus rumah tangga yang lebih muda, tapi belum apa-apa dia sudah kuatir duluan.

Bagaimana kalau anak-anaknya diculik? Modus penculik yang menyamar jadi ART kan banyak.

Belum lagi kalau timbul gossip di antara ibu-ibu komplek. Temanya 'Skandal Duda dan ART pribadinya'. Waduh! Sudah macam cerita FTV.

Tak ada jalan lain selain berusaha tabah. Sekarang, Rio sedang membungkuk di kamar mandi, menyikat kaca akuarium. Anak-anaknya sedang berkumpul di ruang tengah, membongkar belanjaan kemarin.

"Papa, makasih banyak. Bajunya bagus. Aku sukaaa!"

Nahya sengaja berteriak supaya terdengar papanya di belakang. Rio tertawa kecil dan balas teriak, "Sama-samaaa!"

Dia bersyukur ada Ayla yang membantunya kemarin. Selamanya, selera lelaki tak bisa dibandingkan dengan mata wanita. Sosok Ayla yang anggun dan baik hati terbayang, memunculkan buncahan perasaan sayang yang sempat terkubur dalam-dalam. Tak ayal mengukirkan senyuman di bibirnya. Kehadiran gadis itu sungguh bak oase di episode tandus kehidupannya sekarang.

Namun, tak lama kemudian angannya tersaput kabut realita. Ayla belum tentu akan jadi miliknya. Mimik wajahnya langsung berubah tegang memikirkan kemungkinan pahit itu.

Tak boleh terbawa perasaan! Rio mengultimatum diri. Dia tak siap kecewa lagi.

Tugas Rio selesai. Kini, dia mengangkat akuarium itu kembali ke ruang keluarga. Mencoba tidak heran melihat ruang keluarga tak ubahnya pasar senggol. Penuh sampah plastik, keresek, camilan, mainan dan baju-baju berserakan.

Nahya dan Navya masih asyik mencoba baju sambil saling mengomentari, sedangkan Silva duduk di pojokan, anteng bermain dengan boneka Barbie.

Rasa gembira dan puas memenuhi hati Rio. Serasa kerja kerasnya terbayar kontan. Dia lalu duduk di sofa, memperhatikan aktivitas buah hatinya sekalian istirahat.

Tiba-tiba ponsel Navya berdering.

"Mama vicall!" jeritnya, gembira.

Kontan Nahya ikut menghampiri saudarinya. Si bungsu tak mau ketinggalan. "Horeee, ada Mamaaa....!"

Rio mengerling sekilas. Acuh tak acuh, diambilnya remote TV lalu menyalakannya. Kecuali ada hal sangat penting, dia hampir tak pernah menjalin komunikasi dengan mantan istrinya lagi.

"Mamaaaa, kenapa jadi jarang vi call, sibuk, ya?"

"Maah, aku kangeen!"

"Kapan Mama pulang?"

Terdengar tawa seorang wanita di layar ponsel. Seraut wajah manis berjilbab cerah tersenyum hangat. "Satu-satu, dong, jangan rebutan. Mama bingung jawabnya. Gimana kabar kalian?"

Rio hanya separo mendengarkan dari kejauhan. Dia beranjak, bermaksud mengambil minuman di dapur ketika Sliva terdengar melaporkan kejadian kemarin pada Maya.

"Mah, kemarin aku sama Papa jalan-jalan ke Mall, bareng Tante cantik."

Nahya dan Navya serempak diam, memandangi adik bungsu mereka.

"Oya? Sama Tante Miska, temen kantor Papa?"

Maya mengerutkan dahi.

"Bukan. Namanya Tante Ayla!"

Until The End (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now