Kesurupan

1.4K 156 10
                                    

Aku tak bisa berhenti tertawa saat memikirkan teman-temanku yang tadi mukbang ludah pocong. Seandainya mereka tau, mungkin bakal muntah berjamaah.

Bim! Bim!

Bunyi klakson angkot memekakan telinga. "MAJU WOY!" teriaknya.

"SABAR!" sahutku dengan nada yang sama. Perasaan saat tadi pulang jalan ini masih lancar jaya. Kenapa sekarang tiba-tiba macet total begini?

"Pak, kenapa macet gini, ya?" Aku bertanya pada orang yang sedang berjalan kaki.

"Ada tabrakan di depan," balasnya, berlalu ke arah gang sempit di pinggir jalan. Tanpa berpikir panjang, aku mengikutinya. Tak mau terlalu lama terjebak macet.

"Pak, ini bisa tembus ke jalan Taruna, gak?" tanyaku.

"Bisa," balasnya.

"Makasih, Pak." Aku melewati gang sempit ini. Meski harus beberapa kali menerima makian warga karena suasa knalpot yang cempreng.

Setibanya di jalan Taruna, bergegas menuju Warung Mak Iroh. Berharap jimat itu masih ada di sana. Warungnya sudah tutup, Mak Iroh pun tidak terlihat.

Aku menekan klakson beberapa kali, tapi tak ada jawaban dari dalam rumah. Terpaksa langsung mencarinya saja tanpa meminta izin terlebih dulu.

Aku turun dari motor lalu masuk ke warungnya, melihat ke kolong meja. Bersih! Jimat itu sudah tidak ada. Gawat, ibu pasti akan marah besar. Bisa-bisa ia memberi hukuman tidur di kuburan.

"NGAPAIN LU!" Suara cempreng khas Mak Iroh terdengar meggelegar.

Duk!

Kepala ini terbentuk ujung meja karena kaget. "Nyari lele," balasku sekenanya.

"Mana ada lele di bawah meja! Hayo lu mau maling, ya!"

"Ini Idan, Mak." Aku berdiri sembari menunjukan wajah tampan.

"Oh, ELU! Lagian magrib gini nungging di bawah meja. Untung gak emak teriakin Babi Nyepet."

"Ya kali, Mak. Muka seganteng ini dikira Babi Nyepet."

"Terus lu ngapain ngejogrok di situ?"

"Nyari bungkusan, Mak."

"Bungkusan apaan?"

"Bungkusan kecil warna item."

"Plastik?"

"Bukan, Mak. Tapi dari kain item."

"Oh yang entuuu ...."

"Ada, Mak?"

"Kagak ada!"

"Lah terus yang entu maskudnya apa?"

"Tadi temen lu balik lagi ke sini, terus ambil entu bungkusan."

"Siapa namanya, Mak?"

"Duh, emak kagak inget namanya."

"Ciri-cirinya gimana?"

"Rambutnya cepak."

"Semuanya temen saya cepak, Mak! Ciri-ciri lain gimana?"

"Tinggi, agak gemuk, pake tas emping."

"Tas Emping?"

"Merah jambu."

"Oh itu pasti si Bimo." Bimo satu-satu anak gank yang menggunakan tas berwarna merah muda.

"Nah bener, si Bemo."

"Yaudah, Mak. Saya pulang dulu."

"Langsung pulang! Magrib gini gak baek keluyuran, ntar digondol Kuntilanak."

IBUKU DUKUNWhere stories live. Discover now