Kuntilanak

1.2K 145 16
                                    

Aku memohon dengan sungguh-sungguh agar dibebaskan dari beban berat ini, sambil mengulang-ulangan bacaan sujud. Pundak ini mulai terasa ringan. Bergegas aku bangkit dan melakukan tahiyat akhir.

"Lu sujud lama amat, Dan?" tanya Bimo, pelan.

"Malahan bagus kalau sujud terakhir itu dilamain," sahut Handeka.

"Nah, tuh Handeka tau." Aku tak mau bicara yang sebenarnya.

Selesai salat, kami diminta tidak kembali ke asrama, karena akan ada kajian sembari menunggu waktu isya. Kajian kali ini sudah pasti bertemakan ramadhan yang akan dimulai besok.

Ramadhan pertamaku setelah kepergian ayah. Ramadhan pertamaku di luar rumah. Ada rasa senang, akhirnya bisa merasakan nuansa ramadhan seperti dulu. Ada rasa sedih, karena memikirkan ibu yang sendirian di rumah.

Selesai kajian, kami melakukan salat Isya. Salat kali ini bisa dibilang berjalan lancar, hanya kaki saja yang kesemutan. Setelah salat, kami diperbolehkan kembali ke kamar.

"Bapak gak pulang?" tanyaku pada Pak Dimas yang ikut berjalan ke asrama putra.

"Besok, bapak pulang. Udah lama gak saur di sini," balas Pak Dimas.

Sesampainya di kamar, aku langsung membaring tubuh di atas kasur. Tubuh ini terasa kurang nyaman. Pegal dan sedikit demam.

"Baru jam segini masa udah tidur, Dan," ucap Bimo.

"Gua gak enak badan," balasku sambil menarik selimut.

"Tuhkan, jangan bilang bentar lagi kejang-kejang."

"Kagak, Bim. Badan gua cuman pegel-pegel aja, kayanya gara-gara tidur seharian."

"Oh iya, lu beneran ada di rumah tadi siang?" tanya Handeka.

"Ada. Lagi tidur di kamar."

"Kenapa nyokap lu bilang lagi gak ada di rumah, ya?" tanya Bimo.

"Lu kaya gak tau nyokap gua aja."

"Gua sempet bilang ke Bimo, kok aneh banget. Masa lu pergi gak pake motor kesayangan," ucap Handeka.

"Huuh. Gua mau coba nanya lagi ke nyokap lu tapi kagak berani. Serem dijampi-jampi jadi kodok," sahut Bimo.

"Itu gua tidur gara-gara dijampi dia, Bim."

"Serem banget nyokap lu," ucap Bimo.

"Terus kok lu bisa sampe ke sini. Gimana ceritanya?" tanya Handeka.

"Panjang ceritanya."

"Ceritain dong. Gua penasaran," pinta Bimo.

Aku menceritakan semuanya. "Berarti secara gak langsung bokap lu nyuruh tobat tuh, Dan," komentar Handeka.

"Kayanya sih gitu. Niat banget soalnya dateng dari kuburan buat bangunin anaknya," sahut Bimo.

Aku melempar bantal ke arah Bimo, "Lu kalau ngomong kagak diayak dulu."

"Lu kira pasir bekas eek kucing diayak," sahut Bimo. Kini giliran guling yang terbang ke wajahnya.

"Gua cuman penasaran kenapa nyokap lu bilang bahaya," ucap Handeka.

Bimo melemparkan guling dan bantal ke arahku. "Bener tuh. Sekarang lu ada efek aneh-aneh, gak?" tanyanya.

"Aman sih." Aku masih belum mau menceritakan kejadian saat sujud tadi.

"Hmm, yaudah. Terus lu mau tidur?"

"Kagak jadi kayanya." Gara-gara obrolan tadi, demamku mendadak hilang.

IBUKU DUKUNWhere stories live. Discover now