Sarapan Bubur

1.3K 156 18
                                    

Sudah hampir satu jam, aku menghabiskan waktu dengan menonton video youtube. Namun, ibu belum pulang juga. Semoga saja ia tidak pulang larut malam, karena mata ini sudah mengantuk.

Kuintip obrolan di grup WhatsApp.

[Mana nih si Idan kagak nongol-nongol @aidan] @bimo men-tag namaku. Aku berpura-pura tak melihatnya.

[Centangnya udah biru kok. Berarti dia udah baca] @agus

[Woy, @aidan Jangan pura-pura gak liar!] @bimo

[Ngambek kayanya boss besar kita. Berarti malem ini gagal gak nongkrong di markas] @Fahmi

[Libur dulu, soalnya @aidan mau ngelatih pocong buat tinju] @handeka

[Tangannya aja diiket gimana bisa tinju!] @bimo

[Wkwkwkwkwkwk] @handeka

Aku mendengus kesal, "Liat aja besok gua jitak atu-atu," gumamku sembari menutup aplikasi WhatsApp. Tak lama, terdengar suara pintu depan terbuka. "Bu?" panggilku dengan suara kencang.

"Ya?" sahut Ibu, lalu menghampiriku di kamar. "Pak RT udah ke sini?"

"Udah," balasku.

"Terus uangnya mana?" Ibu berdiri di ujung kasur sembari mengulurkan tangan.

"Itu!" Aku menunjuk meja belajar.

Ibu mengambil uang itu dan menghitungnya, "Kok kurang?"

"Jatah preman!" Aku menatapnya dengan senyuman mengembang.

"Tapi gak 500rb juga, Ai!"

Aku bangkit, lalu duduk di ujung kasur. "Sekali-kali, Bu. Aku baru tau kalau jualan jimat itu cuannya gede."

"Berarti itu untuk seminggu!" Ibu melangkah ke luar kamar.

Aku mengejarnya, "Ya ampun ke anak satu-satunya aja pelit banget. Padahal itu duit cuman modal keliling pemakaman doang."

Ibu menoleh dan menunjukan dua bola matanya yang besar, "Kamu pikir keliling pemakaman itu gak capek apa? Belum lagi harus nyari Pocong yang mau diajak kerjasama. Untung ketemu si Otong."

"Yaudah, buat tiga hari deh. Deal or No Deal?" Aku meraih tangannya, lalu mengecupnya berkali-kali.

"Deal." Ibu menepis tanganku lalu pergi ke kamar.

Aku masih mengikutinya, "Bu, aku boleh nanya sesuatu, gak?"

"Nanya apaan?" balasnya sembari memasukan uang ke laci lemari.

"Jimat yang paling mahal yang pernah ibu jual berapa harganya?" Jujur aku menjadi penasaran dengan masalah perjimatan.

"Hmm, kayanya dua puluh juta." Ibu membuka pintu lemari.

"Terus duitnya mana? Kok kagak bagi-bagi!"

"Emang kamu kira uang dari mana bisa beli dua motor." Ibu membuka laci dan menaruh uang dari Pak RT.

"Oh, jadi motor itu dari hasil jualan jimat, kirain hasil nyantet orang."

"Ibu udah jarang nyantet orang, Ai. Resikonya terlalu gede, mending jualan jimat aja." Ibu menutup laci dan pintu lemari.

"Jualan jimat juga udah lumayan banget, Bu. Kenapa semua jimatnya gak ibu jual aja?" Aku tau kalau di laci lemari satunya lagi ada banyak jimat.

"Jualan jimat itu gak gampang, Ai. Kudu ada yang mesen dulu, baru nanti ibu cariin yang cocok."

"Unboxing jimatnya dong, Bu!"

"Unboxing itu apaan?" Ibu tampak bingung.

"Maksudnya dijelasin jimat-jimat yang ibu punya."

IBUKU DUKUNWhere stories live. Discover now