03. Bintang Redup Malam Ini

361 93 32
                                    

Hei Sayudha, Kiyesa menanti kepulanganmu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Hei Sayudha, Kiyesa menanti kepulanganmu.

Desir angin senja itu menggelitik di rungu Sayudha. Begitu saja, hatinya merasa diburu-buru. Destinasi terakhirnya hari ini tinggal satu—toko sewa komik. Hari ini tiba tenggat waktu dimana Slam Dunk yang ia pinjam minggu lalu, mesti kembali ke rumahnya paling lambat pukul 6 sore. Seharusnya, Sayudha bisa saja mampir barang sekejap mengantarkan pulang komik pinjamannya lalu ia tinggal pulang ke rumah setelahnya. Tapi entah bagaimana, sesuatu terasa seperti terus saja mendesaknya. Sayudha yang merasa janggal dengan perasaan ini dan takut kalau-kalau dia melupakan sesuatu di rumahnya, berbelok masuk ke jalan pulangnya alih-alih bergerak lurus sampai ke toko sewa komik favoritnya.

Ayun tungkai kakinya melambat manakala dijumpainya Kiyesa dengan jaket miliknya yang saat ini tergenggam erat di tangannya, seolah-olah menyampaikan pada tuan pemiliknya bahwa dia sudah tidak lagi membutuhkan jaketnya.

Kiyesa ikut menoleh lantas ketika Sayudha tertangkap dalam jelaga kelamnya, dia tersenyum kecil sembari melambaikan tangannya. Sayudha belum sempat membuka mulutnya, Kiyesa lebih dulu mengudarakan suaranya yang entah bagaimana mengundang seulas senyum darinya. Gadis ini—biasanya Sayudha lebih dulu yang berperan untuk membuka konversasi namun kali ini Kiyesa menggantikan perannya. Sebatas hal sepele begitu tapi terasa manis untuk Sayudha.

"Makasih jaketnya."

Kendati jumlahnya dua kata singkat yang hanya ia sampaikan, Sayudha terus saja tersenyum.

"Sama-sama." Seonggok kain yang sempat berpindah tangan, pada akhirnya kembali dengan sedia kala ke tangan tuannya. "Kenapa kamu berdiri di sini? Rumahmu nggak jauh, kamu bisa kembaliin ini tanpa harus nunggu kayak gini. Gimana kalau aku pulangnya terlambat?"

"Nggak bisa. Musibah besar kalau Mama tahu."

Sayudha tidak sepenuhnya mengerti dimana letak kesalahannya yang berakibat fatal sampai berhasil merubah suasana hati sang ratu rumah nomor 7. Bentuknya hanya sebuah jaket yang bahkan ia dapat tanpa harus menguras dompetnya, tidak bernilai dan tidak sebegitu berharganya.

"Nunggu lama? Maaf."

Kiyesa menggeleng ribut, menolak mentah-mentah pinta maaf dari Sayudha seolah dia seharusnya tidak begitu.

"Nggak, kenapa minta maaf?! Aku nunggu di sini karena inisitiatifku sendiri, bukan kamu yang minta." Kiyesa yang sampai keliru menata intonasinya, berimbas pada Sayudha yang sedikit terkejut. "A-ah, maaf. Kaget ya?"

Sayudha terkekeh manakala Kiyesa meringis canggung.

"Nggak masalah, dasarnya aku yang gampang kaget."

Kiyesa menunduk, tahu kalau dia tengah berdiri di bawah payung senja yang kian dekat waktunya dengan jadwal purna tugasnya matahari. Kaki kanannya mengetuk tanah dengan benak yang berantakan penuh kata-kata. Sedari dulu, yang namanya Kiyesa, selalu saja merasa terbebani dengan perasaan enggan termasuk dalam merangkai kata sederhana untuk menyudahi konversasi singkat ini.

Meet Me At The WindowOnde histórias criam vida. Descubra agora