07. Lebih Dari Yang Terlihat

221 60 11
                                    

Kalau ada manusia paling menderita di dunia, maka Arimbi pantas mendapat penobatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau ada manusia paling menderita di dunia, maka Arimbi pantas mendapat penobatan. Tidak pernah terpikir olehnya, memerankan anak tengah, sebegini njelimetnya. Laskar, bujang pertama saja sudah cukup berat diimbangi tingkahnya. Usianya 25 sekarang, sedang giat-giatnya membentuk tubuh. Jadi tentara tidak keren kalau badannya kerempeng—kata Laskar di suatu kesempatan. Sementara si bungsu, Sayudha, ibaratnya sebuah antonim dari Laskar. Arimbi sebagai satu-satunya kaum wanita yang sering terjebak diantara dua bersaudaranya, bukan cuma sekali merasakan ingin keluar dari rentetan nama di atas kertas laminating kartu keluarganya.

Laskar, si gila olahraga dan Sayudha yang gila rebahan. Laskar, yang pengalaman soal cintanya nol besar dan Sayudha yang berpotensi besar menerima banyak cinta dari sekumpulan manusia-manusia yang menggemarinya. Dua hal itu saja sudah sering memicu bentrok. Arimbi malas menengahinya apalagi kalau Sayudha menjerit keras manakala tungkainya diseret si Abang untuk berkeliling kota menunggangi kakinya sendiri.

Sabtu ini, Laskar mendekam dalam asrama pelatihannya. Biasanya, orang itu rajin menanti gadis-gadis Sayudha dari balik jendela sebatas untuk memilih mana satu yang kiranya pantas ia sematkan gelar sebagai istrinya nanti. Laskar tidak ada di rumah saat ini. Orang-orang yang biasanya menanti muka bantal Sayudha pagi hari pun tidak nampak di penglihatan Arimbi sejauh ini.

Dunia hampir kiamat kah?

"Kamu kena karma? Popularitasmu menurun drastis? Tumben nggak ada satu pun orang yang nunggu kamu keluar." Arimbi yang baru menarik tirai jendela, menyambut sinar matahari dengan matanya yang menyipit, mengajukan tanya pada adiknya yang baru saja keluar dari tempatnya tidur semalaman.

"Masih pagi, jangan berisik Mbing. Persediaan rumputnya habis makanya cerewet?"

Arimbi, yang julukannya kambing (diciptakan oleh Laskar dan dilestarikan oleh Sayudha), mendesis kasar nyaris mengumpat.

"Kamu belum pernah dipukul pakai paku bumi?" Kakinya melangkah tergopoh-gopoh sebatas untuk mendaratkan pukulannya pada kepala si bungsu.

"Sakit!" Sayudha protes besar-besaran selepas mengerang keras. Tangan kanannya hampir membalas balik apa yang barusan diperbuat kakak keduanya.

"Cemen, lemah." Arimbi mencibir sembari menjulurkan lidahnya, berniat meledek. "Kalah sama cewek yang kemarin. Harga dirimu nggak merasa dilukai? Dia bahkan nggak jerit sama sekali padahal kepalanya kebentur dinding."

Sayudha tidak tertarik menimpali sementara Arimbi asyik menjalin konversasi dengan dirinya sendiri.

"Beberapa hari yang lalu ada cewek-cewek berantem depan rumah. Itu mungkin yang bikin mereka nggak balik ke sini lagi ya?"

Meet Me At The WindowWhere stories live. Discover now