05. Sejuta Hati Kamu Terima

324 77 16
                                    

Sudah sampai sejauh manakah kiranya Kiyesa tahu perihal Sayudha?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah sampai sejauh manakah kiranya Kiyesa tahu perihal Sayudha?

Kalau kata orang yang sedang merakit cantik jembatan asmaralokanya, titik berpaku Kiyesa saat ini belum ada apa-apanya. Tapi ini bukan masa saling mengerti sebab Kiyesa ingin meraih sebuah hati. Dia masih Sayudha, anak pentolan yang tinggalnya baru genap seminggu di rumah nomor 11-nya yang baru. Selebihnya Kiyesa tidak tahu-menahu, dan bukannya dia memang tidak seharusnya mencari tahu?

Satu kali waktu itu, Kiyesa pernah tidak sengaja mempertimbangkan sesuatu. Mungkin kalau diharuskan menyertakan sebuah judul, bunyinya begini, berapa kali Sayudha sudah memberi? Lalu bersama tiga jarinya yang terangkat, Kiyesa tahu jawabannya. Jaket yang pernah ia terima sebab Sayudha yang begitu mengertinya soal carut-marut perasaannya. Roti moka yang pernah ia terima dengan senyum paling manis dari si laki-laki semampai. Juga bolu pelangi yang sudah tidak lagi tersisa remah-remahnya sebab Kiyesa begitu menggemarinya. Kapanpun itu, akan tiba waktunya sebagai sebuah pembalasan atas murah hatinya seorang Sayudha.

Kiyesa melakukannya hari ini. Ini hari Minggu, hari spesial mengenai rasa terimakasih terbesarnya untuk Sayudha. Tergenggam semangkuk penuh sup telur yang Kiyesa nobatkan sebagai hal favorit keduanya selepas Britney Spears. Sejujurnya, ini bukan murni acara balas budinya untuk Sayudha. Benar untuknya, tapi bukan darinya. Sup telur yang asapnya masih membumbung ini diracik hangat oleh ibunya, yang mana artinya, balas budi ini didalangi oleh ibunya, bukan dirinya.

Hari Minggu mungkin jadwalnya istirahat juga untuk si nona matahari. Pukul sepuluh pagi, belum ada sinar hangat yang menyiram buminya. Segerombol awan di langit sana, menyandera mataharinya, membungkus bumi dengan mendung yang merundung. Tapi coba lihat, siapa yang menanti dengan setia meski cuaca sedang tidak mau bersahabat dengan manusianya hari ini?

Kiyesa mengerutkan kening. Pikirnya, mungkin Sayudha atau salah satu penghuni rumah nomor 11 itu tengah menggelar acara hari ini. Masuk akal menurut Kiyesa kalau sekumpulan gadis-gadis di depan sana adalah tamu undangan Sayudha. Sebentar, Kiyesa masih butuh waktu untuk menganalisa. Kenapa tamu undangannya hanya satu kaum? Acara semacam apa yang digelar oleh seorang kaum laki-laki dengan undangan yang ia sebar rata pada kaum wanita?

Kiyesa yang merasa gentar bila dilimpahi banyak atensi, memutar tumitnya. Urung bertamu untuk membalas bolu pelangi yang Sayudha beri malam kemarin. Kakinya melangkah balik, masuk ke dalam rumahnya sementara ibunya terbingung-bingung.

"Mama punya nomor teleponnya rumah nomor 11?"

Ibunya mengangguk. Kendati putrinya menjumpai rentetan tanda tanya lewat pancar mata sang Ibu, dia abai seolah-olah tidak pernah mengerti soal rasa bingung yang menimpa ibunya.

"Ada di laci bawah televisi," Sahutnya dengan atensi yang terus bersambung mengamati anaknya. Kiyesa mungkin diburu sesuatu sampai-sampai gerak tangannya begitu cepat, menarik laci, mencuri buku telepon lantas mengurung dirinya di dalam kamar.

Meet Me At The WindowWhere stories live. Discover now