Cerita Sang Pangeran

4 0 0
                                    

Menyambut awal yang baru, suasana di Raventyr menjadi sibuk. Orang-orang desa yang semula hilang dari pandangan, tertawan dalam rasa takut dan pengharapan sia-sia, kini mulai menggerakkan tangan dan kaki mereka kembali yang rasanya sudah mati selama berabad-abad. Mereka telah lepas dari cengkeraman Ravenholm yang jahat, dan kini mereka siap menyongsong hari baru. Minggu pertama dimulai hari di Rabu pagi. Mereka menggali lubang besar yang tadinya fondasi pavillion. Batu-batu yang besar menjadi kendala tersendiri bagi mereka. Belum lagi lubang itu begitu curam dan nyaris tak ada tanah yang bagus untuk dipijak. Kebanyakan berkerikil dan licin. Para pria yang kuat mengikat tambang ke batu pancang di sisi lubang besar tersebut, lalu membuat semacam katrol yang digunakan untuk menarik para pekerja keluar-masuk lubang. Beruntung sekali dari puing-puing pavillion tersebut mereka mendapatkan tambang, linggis, cangkul, dan benda-benda serta perkakas lain yang berbentuk aneh—mungkin hasil kriya Goblin—seperti pedang runcing bergerigi, tameng besar yang memiliki lidah, juga ada pecahan logam yang diduga berasal dari rompi tua. Beberapa benda temuan itu mereka ambil jika masih utuh, sementara yang sudah rusak mereka tumpuk menjadi satu. 

Menurut salah satu pekerja, Selwyn si Pandai Besi, atau begitulah orang-orang memanggilnya, gundukan benda itu akan dipisah lagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama kelompok benda logam, yang kedua benda-benda bukan logam, dan yang ketiga—yang paling tidak lengkap—nantinya bakal dibuang. Benda-benda logam itu akan dileburnya kembali agar menjadi logam cair yang siap ditempa menjadi senjata dan perkakas baru. 

Namun, melebihi semua benda dan logam yang mereka temukan, justru para warga desa paling amat bersyukur ketika menemukan sumber air yang berasal dari saluran bawah tanah Ravenholm pada hari kedua bekerja. Airnya tidak terlalu segar dan berbau belerang, sehingga mereka menduga air itu sebelumnya digunakan untuk mandi ritual Ravenholm. Namun apa boleh buat, mereka sudah lama sekali tidak melihat air. Sehingga begitu melihat air itu menyembur keluar, warga desa langsung berdesakan, berebut sumber air. Masing-masing dari mereka bisa jadi gila kalau Jinks si Penambang Tua tidak segera meredakan emosi mereka.

Para wanita dan anak-anak sibuk di halaman pavillion yang gersang. Mereka membersihkan rumput liar dan ilalang yang tinggi. Menggunakan kuali temuan dari puing-puing, mereka menggodok air untuk memasak makanan yang nantinya akan dikirimkan untuk para pekerja. Pekerjaan itu dimulai pada pagi hari setelah matahari setengah mengintip naik, dan berakhir sebelum petang tiba. 

Pada hari Sabtu pukul enam, segumpal salju tipis turun dan mendarat di tanah dekat puing-puing. Musim dingin sudah tiba. Pekerjaan dimulai lima menit setelah matahari terbit, sebab waktu malam yang semakin panjang mengakibatkan para pekerja takut apabila mereka nekat memulai saat hari masih gelap, mereka bisa mati karena tergelincir salju. Namun beberapa tidak peduli, dan tetap memulai pekerjaan seperti biasa. Perhitungan waktunya mungkin sedikit aneh, karena sebetulnya orang-orang di Raventyr tidak peduli dengan jam, bahkan mereka—saking lamanya dikurung Ravenholm—sampai lupa bagaimana menentukan kalender. Tapi menurut Selwyn, setelah ia membuat catatan harian mengenai kesehariannya di Raventyr di kemudian hari, dia akan mengatakan bahwa pekerjaan biasa dimulai pukul delapan, namun disebabkan badai salju di musim dingin, pekerjaan ditunda selama dua jam. Hal yang berbeda diungkapkan oleh keluarga Gardner dan keluarga Longfeather. Semua itu karena mereka benar-benar lupa dengan waktu dan hanya mengandalkan perjalanan langit matahari untuk menentukan dimulainya pekerjaan.

Tidak ada hewan di sekitar situ, kecuali mungkin Puddlepot si kelinci. Tetapi hewan cerdas tersebut sudah menjadi 'malaikat penolong' bagi mereka, sehingga tak ada alasan untuk membunuhnya meski selapar apapun. Jadi, para pemuda yang sudah tidak dibutuhkan dalam penggeledahan puing-puing diberi tugas lain, yaitu berburu di hutan sebelah utara. Seorang berjuluk Green si Pemburu yang membimbing mereka.

William Halistair Acrech, atau yang kita sebelumnya kenal dengan nama Pangeran William, atau Si Lelaki Berjubah Hitam, ikut serta bergotong royong bersama warga desa semenjak hari pertama. Mengenakan mantel dan bot bikinan Eliott si Pembuat Sepatu (yang dibuat dari sisa-sisa permadani dinding Ravenholm), bersama-sama golongan Pembuat Jebakan, yang terdiri dari anak-anak muda seusianya, juga para pemburu tua, ia mengerjakan sebuah pengungkit yang bisa diputar untuk mengangkut batu-batu besar dari puing-puing. Pengungkit itu dibuat dari dahan dan ranting panjang pohon birch yang saling dikaitkan. Batu-batu besar itu nantinya akan digunakan sebagai bahan bangunan untuk tempat tinggal baru warga desa yang semula telah musnah oleh sihir Ravenholm. (Warga yang lain sudah membuat gubuk sementara dari tongkat-tongkat kayu pada hari-hari sebelumnya.) Golongan Pemecah Batu mulai mengerjakan pekerjaan mereka pada saat matahari tergelincir satu jengkal ke ufuk barat. Tepat pada malam hari Selasa minggu kedua, badai salju menyerang. Warga Raventyr yang belum pernah mengalami badai salju lagi selama bertahun-tahun dalam tawanan, tidak tahan dengan cobaan ini. Tak sedikit dari mereka yang pingsan, depresi, bahkan panik sampai-sampai sakit keras. Pada hari Kamis, pekerjaan sudah hampir selesai. Gubuk-gubuk batu sudah berjejer rapi di sepanjang jalan Raventyr. Akan tetapi, berita duka baru saja melanda mereka. Salah seorang pekerja bernama Ted meninggal karena kecelakaan saat bekerja mengerek batu dari dasar lubang.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now