Eorland Bebas

4 0 0
                                    

Merpati pos yang membawa surat balasan Rosie mengepak pergi. Rowlish menendang keras-keras tumpukan kayu bakar di dekatnya sampai berantakan.

"Terkutuklah invasi para iblis!" geramnya. "Selama ini Wye Morton hanya dijadikan sebagai tumbal bagi Penguasa Kegelapan! Hidup kita akan sia-sia belaka dalam cengkeraman Sihir Hitam gara-gara Raja Herbert yang tolol itu! Sekarang kita tahu siapa dia sebenarnya! Antek-antek Penyihir Jahat!"

"Rowlish, kita tidak bisa menyalahkan sang raja terus menerus," kata Rosie. "Pikirannya sudah dibebani oleh berbagai macam hal. Percuma saja kita mencoba meyakinkan beliau."

"Tapi, Nona Penyihir," kata Rowlish, "orang dalam mangkuk batu sudah tahu siapa dirimu! Bukankah tidak mungkin dia akan memberitahu Herbert? Rencana kita sudah gagal! Gagal total!"

"Menurutku dia tidak usah repot-repot memberitahu sang raja tentang siapa diriku," kata Rosie sambil mengulum dahan mistletoe. "Dia sudah menjatuhkan mental Abbery terlebih dahulu melalui kongkalikong dengan Raja. Mungkin rakyat Abbery tidak tahu, tapi awan mendung terus membayang-bayangi Wye Morton. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa ada yang salah dengan negeri ini. Mereka ingin membuat Abbery seperti Raventyr di bawah kekuasaan Ravenholm."

"Setelah itu mereka akan melanjutkan invasi ke seluruh Anglice," sambung Puddlepot muram. "Tak ada lagi canda, tawa, maupun sukacita. Hanya ada tangis dan harapan. Itu pun kalau kita masih percaya dengan harapan."

"Pembebasan Raja Eorland diresmikan besok pagi," kata Rosie. "Raja mengumumkannya pada saat makan malam tadi. Dia terlihat santai dan menyenangkan, seperti biasa. Tapi aku bisa membaca sorot matanya, Rowlish. Ada kegelisahan yang mendalam saat dia melihatku. Maksudku, dia melihat putrinya. Camelia. Dia harus menunaikan kewajibannya pada Sihir Hitam."

"Kasihan dia," ujar Puddlepot.

Rowlish menyalakan pipanya dan mulai merokok. "Setelah euforia ini berakhir, bersiaplah untuk mengetahui kegunaan kalung bulan sabitmu."

"Kalung?" Rosie meraba lehernya sendiri. Kalung bulan sabit palsunya masih tergantung di sana. Di liontinnya terdapat sebuah clasp kecil yang harusnya bisa dibuka.

"Ya ampun, kenapa aku tidak kepikiran dari sejak lama?" Rosie bergumam keras-keras. "Ada hal lain yang perlu kita khawatirkan, Teman-teman."

(***)

Pagi itu, Raja Herbert pergi bersama tiga serdadunya ke penjara bawah tanah. Lord Swamprose dan Rosie ikut serta. Sebetulnya pagi itu Rosie tidak berniat ikut, tapi dia sebaiknya ikut karena dia seorang putri raja dan menjadi penyebab dalam penahanan Eorland. Rosie menganggap hal itu sebagai bagian etika, walaupun bukan dia sebetulnya yang berniat kabur dari kastil. Setelah mengunjungi penjara bawah tanah Morton, Rosie mulai menganggap penjara Troll pavillion Ravenholm tak lebih dari lelucon. Kau mengerti apa yang kumaksud? Penjara sungguhan lebih mengerikan karena yang dipenjara di sana adalah jenis kita—Manusia—dan Manusia bisa bicara. Mereka bisa mengumpat, mencaci, atau menghantam-hantam jeruji besi karena stres. Troll tidak pernah melakukan semua itu. Yang mereka tahu stres itu sama dengan 'erang dan dengkur.'

"Raja Herbert dari Wye Morton datang!" serdadu mengumumkan. Sipir penjara bangkit dan memberi hormat.

"Yang Mulia, Sire," katanya.

"Aku ingin bertemu tawanan kita," kata Raja Herbert. "Tunjukkan selnya padaku."

Rosie menatap Swamprose dengan pedas. Agak aneh juga berdiri di samping orang yang tidak tahu bahwa kau bersembunyi darinya. Sipir penjara membawa mereka ke sel Eorland. Dan kalau kau masih ingat cerita sebelumnya, aku tidak perlu repot-repot menjelaskan apa yang raja itu lakukan demi mengisi waktu luangnya. Sekarang sudah ada sekitar enam puluh patung dari jerami kering di sekitar selnya. Sang raja sedang membuat yang keenam puluh satu di sudut. Tubuhnya makin kurus dari waktu ke waktu. Pakaiannya sudah kelewat besar untuk ukuran bahunya yang kecil.

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now