Kembalinya Sang Putri

3 0 0
                                    

Begitu matahari terbit di ufuk timur, rombongan bersiap-siap berangkat. Rosie merasa sangat segar. Dia masih ingat isi mimpinya semalam, tapi berusaha agar tidak mengungkit-ungkitnya di hadapan para pemburu maupun William. Puddlepot berkoar-koar bahwa tanpa bantuannya, Rosie tidak dapat tidur nyenyak kembali. Seperti yang kita tahu, dialah yang memberikan selimutnya untuk Rosie.

Mereka sarapan secukupnya. Tabib MacDonald bilang mereka beruntung warga Raventyr memberi bekal yang banyak, tapi Rowlish bilang hal itu menyurutkan naluri mereka sebagai seorang pemburu. Little Kirke tidak setuju. Dia bilang warga Raventyr adalah warga desa paling ramah yang pernah dia jumpai. Mereka bercanda dan tertawa bersama. Rosie tidak banyak terlibat. Dia asyik membuka-buka almanaknya dan menghafal mantra-mantra baru. Dia berhasil membuat api dengan mantra 'Inflammarí' dan menyuruh selimutnya melipat sendiri. Tapi dia belum bisa membuat kuda-kudaan Little Kirke bergerak, sayang sekali.

Rowlish—meskipun penggerutu dan suka ceplas-ceplos—adalah rekan yang baik dan bisa diandalkan di alam liar. Selama perjalanan, dia memberitahu Rosie bahwa angin itu seperti pembisik rahasia. Baginya, angin dapat membantu memperkirakan keadaan cuaca. Dia juga mengajarkan Rosie membaca jejak seperti lumut, kayu yang patah, dan letak batu. Melalui Tabib MacDonald tua, Rosie belajar mengenai tanaman-tanaman yang cocok dijadikan obat. Bau mereka selalu berbeda, begitu katanya. Rosie juga baru tahu bahwa humus bisa dijadikan sebagai penghangat tubuh sewaktu musim dingin menyerang. Itulah kenapa para pemburu mampu bertahan hidup di mana saja mereka berada. Marzavi banyak bercerita soal petualangannya bersama sang ayah sewaktu masih kecil. Ayahnya dulu suka mengajaknya berlayar ke negeri-negeri di seberang lautan. Marzavi pernah pergi ke Isle of Namor yang menurut legenda dihuni oleh monster-monster dan raksasa. 

Little Kirke tidak banyak bicara, tapi dia memperlihatkan cara membuat kerajinan dari kayu dengan rapi. Perjalanan itu tidak terasa melelahkan lagi, malah Rosie berharap mereka tidak segera sampai di Wye Dungeon. Tapi Rosie tahu, setelah William dipulangkan, dia bisa melanjutkan petualangannya. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi nanti, tapi dia berharap bisa mengunjungi Reruntuhan Buckhall, sisa-sisa kejayaan Camelot yang—menurut Marzavi—adalah pelarian Raja Arthur Yang Agung sewaktu diserang bangsa Pleannor dari Elgamoth.

Sesampainya di Fords of Tengalen, mereka turun dari kuda untuk menyeberang. Benar kata Marzavi, batu-batu di seberangnya sangat licin. Tapi Puddlepot tidak mengalami kesulitan, karena dia bisa melompat di atas batu-batu tanpa takut terpeleset dengan kakinya yang lebar. Dataran sungai itu dinamakan Broadstones Bank, karena batu-batuan yang menyusunnya berbentuk bundar dan pipih. Selanjutnya, jalan ke Wye Dungeon cukup menanjak. Mereka hanya perlu naik kuda dan mengikuti jalan setapak.

Waktu yang menunjukkan tengah hari terasa masih seperti pagi karena udara yang sejuk. Tidak terlalu dingin, seperti kata Tabib MacDonald. Sehingga, mereka tidak mengalami kesulitan dalam perjalanan hari itu. Mereka sesekali beristirahat di dataran yang tidak terlalu curam, meluruskan kaki. Saat menatap sekeliling, mereka hanya melihat semak-semak hitam atau hutan pinus yang jarang. Tidak ada yang menarik. Hal lain yang tidak menghibur adalah hilangnya jalan setapak disebabkan tebalnya sisa-sisa salju semalam. Kabar gembira yang mereka terima pada akhirnya datang dari William, yang berkata bahwa mereka sudah mendekati Capital Town, sebuah kota kecil di kaki bukit di mana Dungeon berdiri.

"Itu bagus," kata Rowlish. "Aku sudah tidak sabar. Ingin rasanya melihat manusia lain kecuali kalian berlima. Uhm, kau tidak dihitung dalam hal ini, Master Huffleport."

"Puddlepot!" koreksi si kelinci. "Namaku hanya terdiri dari dua kata, Master Rowlish. Puddle (kubangan) dan pot (periuk)."

Capital Town tinggal beberapa kilometer lagi di depan. Little Kirke yang bertugas mengintai turun dari kudanya, lalu naik ke atas batu besar. Kota kecil itu tampak jelas di bawah bukit. Dibentengi tembok berwarna krem. Little Kirke mengabarkan hal ini dengan gembira. Para pemburu bersorak. Sebaliknya, William yang menuntun Bilbo di belakang Rosie terlihat kurang bersemangat.

MAHKOTA BERDURIDär berättelser lever. Upptäck nu