Tujuh Sekawan dan Para Pemburu

2 0 0
                                    

Pagi yang baru lagi di Raventyr. Para wanita bangun lebih dahulu, menyiapkan sarapan dan mulai menggodok air untuk mandi. Anak-anak laki-laki yang baru saja terbangun langsung berlari-lari, menolak sarapan, mengikuti seekor kumbang kayu. Sementara anak-anak perempuan masih tampak bermalas-malasan. Salah satunya anak perempuan bernama Thora, putri kecil keluarga Finnegan. Ia bersandar di dinding dapur dengan kepala terkulai, mata yang setengah terpejam, dan raut muka cemberut. Sebagai seorang gadis yang beranjak remaja, dia mulai memiliki tanggung jawab yang besar. Begitulah kebiasaan di Raventyr. Ibunya tidak peduli seberapa mengantuknya dia, menyuruhnya memotong kubis untuk dijadikan sup. Dengan enggan, Thora mengambil pisau lalu memotong kubis kecil-kecil. Dia menguap lebih dari sepuluh kali.

Seekor burung berbulu kuning hinggap di ranting pohon terdekat, berkicau riang. Malcolm Gardner membetulkan letak penutup matanya sambil melemaskan tubuh. Dia bersiap-siap membersihkan salju tebal yang menutupi jalan depan rumahnya. Tentu saja dia tidak akan lupa bahwa hari ini adalah hari yang penting. Semalam, setelah pesta, para kepala keluarga Raventyr berdiskusi tentang agenda mereka esok hari. Selain menyelesaikan proyek pipa air, mereka merencanakan sebuah pemilihan kepala desa. Mereka sudah berpuluh-puluh tahun dikurung oleh Ravenholm sehingga mereka sama sekali tidak memiliki seorang kepala desa. Hari itu cukup cerah, meskipun salju menumpuk, sehingga waktunya tepat.

Di tenda wanita, Rosie Pepperwhite bangun lebih cepat. Dia menggeliat dalam selimutnya, kemudian turun dari tempat tidur dengan perasaan segar. Mantra itu bekerja, batinnya. Dia mencium sampul almanaknya dengan sayang. Puddlepot masih mendengkur di sebelahnya. Rosie membelai lembut kepala kelinci itu. Dia terlihat imut sekali kalau sedang terlelap, pikirnya sambil tersenyum. Soalnya kalau dia sudah bangun, dia akan kembali pada sifatnya yang menyebalkan.

Ethel sudah bangun pagi-pagi sebelum Anneliese dan Gillian, karena dia adalah 'ketua' para wanita. Dia sudah mencuci muka, memeriksa jemuran, dan kini menyiapkan sarapan seperti wanita lainnya. Anneliese bangun beberapa menit setelahnya. Dia kini turut membersihkan salju di jalanan, bergabung dengan para pria. Anneliese memang lembut dalam kesehariannya, tetapi dia lebih suka mengobrol dengan para ayah dibandingkan para ibu. Saat Rosie berjalan ke dapur, bau masakan Ethel membuatnya melonjak-lonjak di tempat karena lapar.

"Halo, Nak," sapa Ethel. "Kau tidur nyenyak semalam?"

"Yah, begitulah," jawab Rosie sambil nyengir. Untuk selanjutnya, dia harus berterima kasih pada mantra penidur itu.

"Well, hari yang indah, bukan?" Ethel mengumumkan. "Hari ini akan diadakan pemilihan kepala desa. Begitulah yang dikatakan para lelaki. Mereka akan berkumpul di lonceng pukul sebelas." Lonceng adalah sebutan warga Raventyr untuk bundaran di mana biasanya diadakan pertemuan. Di sana terpancang sebuah lonceng kuningan yang dibunyikan supaya para warga berkumpul atau tanda bahaya. Saat terjadi serangan serigala, lonceng itu tidak dibunyikan karena para warga sudah terlalu panik.

"Aku akan mengunjungi Bilbo," kata Rosie pada Ethel sembari menggigit sebutir apel di meja. Ia menyambar mantel saljunya, lalu mengenakan sepatu di luar tenda. Setelah serangan para serigala, Bilbo jadi lebih banyak makan. Jared, si pengurus, mengatakan bahwa mereka butuh lebih banyak rumput liar daripada sebelumnya.

"Dia tak mau berhenti makan," katanya pada Rosie pagi itu. "Makin gemuk artinya makin sehat. Tapi makin gemuk juga bisa berarti makin cepat mati, karena aku harus bolak-balik mencarikan rumput liar. Lama-lama aku bisa mati kecapekan."

"Kau sangat rajin, Jared," kata Rosie geli. "William akan senang mendengarnya."

Bilbo meringkik keras seolah menertawakan Jared. Maksudnya mungkin, "Sudahlah, jangan mengeluh terus. Kuda juga makhluk hidup, tahu. Itu sebabnya aku butuh makan."

MAHKOTA BERDURIWhere stories live. Discover now