•Feeling• #5

947 241 150
                                    

Mari berdoa
Ya Tuhan, tolong buat cinta kami seperti semen tiga roda, sangat kokoh dan sulit dihancurkan

⛄⛄⛄

.: Dia Cantik :.

DUA bola mata Airish masih terbuka lebar setelah Kevin menyelesaikan kalimatnya. Dengan perlahan-lahan Airish mencerna semua kata-kata dari Bunda Ana, dengan mulut yang menganga.

"Kamu pernah tinggal di sini?"

Kevin mengangguk. "Hmmh. Apa ada yang aneh?"

"Jelas aneh." Ujarnya. "Kamu tinggal di panti tapi motor anehmu itu bisa di bawa ke sekolah?"

Airish menunjuk ke arah motor itu terparkir, motor aneh yang bisa dibilang kelewat mahal dari motor pada umumnya. Meski dilihat dari jauh pun, orang-orang akan tahu bahwa motornya itu motor sport mahal.

"Kamu bawa motor itu ke sekolah?" Bunda Ana bertanya dengan nada yang terkejut dan sedikit marah.

"Nggak, kok."

"Aku titip di bengkel Jay. Dia anter pas pulang sekolah." Tambahnya.

Setiap Airish menatap motor aneh itu, Airish merasa bingung. Maksudnya, bagaimana bisa bocah berusia 16 tahun sudah bisa membawa motor yang aneh itu. Ditambah dengan kondisi dia yang tinggal di panti. Erm, maksudnya, motor itu terlihat mahal. Tapi, bagaimana bisa Kevin memilikinya.

"Bunda udah sering bilang pakai motor yang lain kalau ke sekolah. Motor itu seharusnya kamu simpan."

"Cuma itu satu-satunya."

"Yaudah jual, beli yang murah, sisa uangnya bisa kamu tabung."

What? Di jual? Kevin tidak bisa menjual motor kesayangannya. Satu-satunya benda yang menemaninya kemanapun dia pergi.

"Aku nggak bisa jual itu."

"Kamu naik angkutan umum aja."

Jadi begini, buat apa susah payah menunggu dan berdempetan dengan naik angkutan umum atau transportasi lainnya jika dia memiliki satu transportasi nganggur. Itu sama saja membuang fungsi kendaraan bermotor.

Kalau Kevin harus menaiki trasnportasi umum, bagaimana dengan Airish? Rumah mereka berlawanan. Kevin tidak ingin Airish di goda seperti waktu itu.

"Jay nggak masalah kalau aku titip di bengkelnya."

Bunda Ana berdiri dan membawakan gelas-gelas kotor bekas jus jeruk yang tadi mereka minum. Airish berinisiatif untuk membawakannya, lalu Bunda Ana tersenyum.

"Jangan repot-repot ya Airish, kamu duduk aja di sana temenin Kevin." Sahut Bunda Ana dengan raman, lalu mata Bunda Ana langsung teralihkan ke arah Kevin. "Jangan setiap hari titip di bengkel. Jay itu sibuk."

"Aku cuma mau bantu aja kok, Bun."

Pasrah, Akhirnya Bunda Ana menyerahkan gelas-gelas yang di pegangnya dan memindahkannya ke arah Airish dengan perlahan-lahan.

"Aku nggak bisa kalau harus naik kendaraan umum."

"Loh kenapa?" Bunda Ana bertanya, sedangkan Airish pergi menuju ke dapur.

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang