•Feeling• #25

104 21 31
                                    

Sepandai-pandainya orang menyembunyikan sesuatu, kelak akan terungkap pula.

⛄⛄⛄

.: Selembar Foto Lama :.

14 TAHUN LALU...

ALASAN konyol. Roni tidak pernah menyangka akan se-nekad ini, hanya karena perasaan iba-nya, Roni pergi mendatangi ‘orang yang tidak bertanggung jawab’ itu dengan amarah yang ia coba untuk tahan.

Sehari sebelumnya, Roni mendatangi Panti Asuhan Harapan yang diasuh Diana, hanya sekadar untuk melihat-lihat bagaimana situasi di sana. Roni datang dengan senyuman yang cerah untuk melihat Diana yang mengasuh dua anak kecil di panti yang diresmikan dua tahun yang lalu.

Namun sayangnya saat Roni tiba di sana, Roni melihat Diana yang menangis tersedu-sedu. Roni yang sedang membawa beberapa buah pun langsung terjatuh di jalan karena melihat Diana yang memeluk anak laki-laki sembari menangis di kepala anak laki-laki itu.

Roni mengira ia akan disambut dengan hangat, namun sayangnya Diana malah melampiaskan amarahnya pada Roni yang baru tiba di depan panti. Roni mengerti kalau Diana terlalu lelah mengurus dua anak kecil sendirian, tapi itu pilihan Diana sendiri, Diana bahkan tidak mengizinkan Roni untuk membantu mengurus anak laki-laki itu. Sampai Diana menyuruh Roni untuk pergi dari hadapannya, karena tidak ingin masa lalu kelam Diana terbongkar karena kehadiran dan perasaan Roni yang mudah iba.

Padahal, dulu Roni dan Diana sangat dekat. Bahkan, lebih dari kata dekat.

Esok paginya Diana meminta maaf, karena melampiaskan amarahnya pada Roni. Alasannya karena Panti Asuhan itu kekurangan dana. Diana tidak punya cukup uang untuk membiayai anak-anak itu.

Jadilah hari ini Roni pergi ke tempat si ‘brengsek’. Berdasarkan alamat di kartu nama, inilah tempat orang itu berada.

Roni menengadah usai turun dari taksi dan melihat pemandangan yang ada di depannya. Perusahaan besar. Gedung pencakar langitnya mengalihkan pandangan setiap orang yang melewati jalan di sini. Roni tak percaya kalau perusahaan ini milik si ‘brengsek’ itu. Karena itu, Roni mencoba mendatangi dia dan meminta bantuan.

Usai memantapkan hatinya, Roni melangkahkan kakinya untuk masuk ke gedung perusahaan yang ada di depannya. Banyak sekali orang dengan setelan jas mewah keluar masuk di perusahaan ini. Mereka semua tampak sibuk dengan kertas yang digenggamnya dan juga ponsel di telinganya.

“Ada yang bisa kami bantu?”

Roni terkejut, ia tidak sadar kalau ternyata kakinya sudah membawanya ke depan meja resepsionis. Roni pun berdeham sebelum membuka suaranya.

“Saya mau ketemu pemilik perusahaan ini.”

Perempuan cantik yang ada di depan Roni langsung mengerti. “Maaf, Pak. Sudah membuat janji dengan beliau?”

Roni menggeleng. “Enggak.”

Perempuan itu tidak menjawab perkataan Roni, tapi perempuan itu langsung sibuk dengan telephone seluler berwarna putih di depannya, dan entah dengan siapa perempuan itu berbicara di telepon, tapi yang pasti perempuan itu bangkit dari kursinya lalu memperbolehkan Roni bertemu dengan pemilik perusahaan ini.

“Mari saya antar, beliau berada di lantai 34.” Ucap perempuan itu dengan ramah dan mengantarkan Roni ke depan pintu lift.

Pintu lift itu langsung terbuka selang tiga menit, Roni pun langsung masuk ke dalam dan disusul dengan perempuan bersetelan jas merah maroon. Saat mata Roni melihat ke arah deretan lantai di dalam lift, Roni langsung terkejut. Karena di sana tidak ada lantai 34. Tombol itu langsung berhenti di angka 33.

Ruang rahasia ya. Pikirnya.

Lebih anehnya lagi, perempuan resepsionis itu tidak menekan satu tombol apapun di dalam lift sana, tetapi perempuan itu malah mengeluarkan ID card nya dan ditempelkan di atas tombol lantai di dalam lift.

Roni tidak peduli, asalkan hari ini ia bertemu dengan dia.

Tenyata untuk pergi ke lantai 34 itu tidak memakan waktu yang cukup lama, pintu lift itu langsung terbuka dan perempuan itu mempersilakan Roni untuk masuk di salah satu pintu yang sangat-sangat besar di depannya.

“Silakan, beliau sudah menunggu di dalam.” Kata perempuan itu sembair menunjuk pintu cokelat yang sangat besar.

Di sebelah pintu cokelat yang sangat besar itu diapit oleh kedua orang lelaki tinggi dan bertubuh kekar dengan setelan jas hitam-putih. Begitu Roni berdiri di depan pintu, salah satu lelaki itu membukakan pintu cokelat itu.

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang