•Feeling• #24

95 20 31
                                    

Buat apa cari yang sempurna, kalau yang sederhana bisa bikin bahagia.

⛄⛄⛄

.: Di Balik Rahasia :.

MANUSIA sebagai makhluk yang berpikir dan dibekali rasa ingin tahu yang berlebih, karena itulah hari ini Kevin mulai mencari orang yang bernama Roni itu. Untungnya ia mendengar dengan jelas saat Bunda Ana menelepon menenai alamat orang itu.

Tadinya Kevin ingin pergi sendiri mencari Roni, tapi Airish bersikeras untuk membantunya. Dan kini mereka berdua berada di Jl. Kenari nomor 83. Kevin mengira bahwa rumah Roni seperti rumah pada umumnya, tapi ternyata tidak seperti yang Kevin kira.

Tepat di depan matanya, Kevin melihat sebuah rumah yang seluruh permukaannya terbuat dari kayu. Rumah tersebut tidaklah besar dan juga tidak terlalu kecil. Jarak antara rumah ke rumah sangatlah jauh.

Kesan pertama kali saat melihat rumah Roni yaitu begitu menyeramkan. Daun-daun kering berguguran dan bertebaran di aspal jalanan, yang semakin membuat suasana rumah Roni terlihat seperti tak berpenghuni. Banyak sekali makam yang berada di sebelah rumah Roni, dengan pohon beringin yang besar berada di sebelah rumahnya pula.

Singkatnya, rumah Roni seperti tempat untuk uji nyali. Apalagi melihat banyaknya pohon bambu saat berada di Jl. Kenari tadi.

Padahal hari ini matahari masih berada di puncak kepala, tapi saat berada di depan pagar kayu yang runcing ini terasa menakutkan.

Lampu di dalam rumah Roni menyala, lalu di balik gorden putih itu terlihat siluet-siluet orang yang sedang berjalan. Kursi putih yang berada di teras depan rumah Roni langsung bergerak saat ada angin kecil yang menerpa barusan.

Kevin tidak takut, tapi gadis yang berada di sebelahnya sangat ketakutan sembari menggenggam hoodie-nya dengan kuat-kuat, sesekali menyembunyikan kepalanya di balik punggung besar Kevin.

“Beneran ini rumahnya?” tanya Airish gemetar.

Kevin terkekeh melihat reaksi Airish yang telihat ketakutan seperti itu. “Kalau takut tunggu di sini aja.”

Tiba-tiba, Airish langsung membulatkan matanya. “Ogah banget. Mending aku ikut ke dalam sana daripada nunggu di sini. Ih, serem.”

Airish jujur, ia lebih baik ikut Kevin untuk masuk ke dalam rumah yang ada di depannya itu daripada harus menungu di sini. Setidaknya kalau ia berada di samping Kevin ia merasa aman dibanding sendirian di tengah-tengah pohon bambu yang menyeramkan.

Bukannya takut dengan makhluk ghaib, Airish lebih takut dengan manusia yang tiba-tiba menodongkan benda tajam seperti pisau dan membunuhnya diam-diam secara tragis.

“Yaudah, kalau gitu—“

Kriiiiieeeeet.

Tiba-tiba pintu kayu dari rumah Roni terbuka, kemudian disusul dengan sosok laki-laki berbadan kurus dengan rambut yang dikuncir dan di cat dengan warna cokelat pudar. Di wajahnya tumbuh bulu-bulu halus di sekitar dagu dan juga kumisnya yang lebat.

Kevin bingung, lelaki itu terlihat seperti mayat hidup. Tubuh kurusnya yang menampilkan tulang rahangnya yang menonjol serta lingkaran hitam yang berada di bawah matanya.

“Kamu yakin dia yang bawa kamu ke panti?” tanya Airish kebingungan saat melihat sosok lelaki kurus yang muncul dari dalam rumah. “Dia bukan yang culik kamu?”

Menurut  Airish, lelaki yang baru saja keluar dari dalam rumah itu tidak terlihat seperti orang yang memiliki jiwa kemanusiaan, lelaki itu lebih cowok disebut sebagai penculik.

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang