•Feeling• #26

96 12 21
                                    

Dia yang kamu percayai, ternyata tidak seperti yang kamu kira.

⛄⛄⛄

.: Lari Dari Masalah :.

KAMU yakin?”

Sejujurnya Kevin tidak percaya apa yang Airish ucapkan. Kevin memang mengetahui bahwa bunda Ana dan Roni itu pernah kenal, sebatas teman, tapi ia tidak pernah mengira bahwa mereka berdua benar-benar pernah berpacaran.

“Iya! Bunda Ana dulu itu cantik, Om kurus itu juga ganteng.” Kata Airish dengan antusias.

Yang membuat Kevin bingung ialah, mengapa mereka berdua seolah-olah tidak pernah mengenal satu sama lain? Apalagi sikap bunda Ana yang menyembunyikan identitas Roni itu dari Kevin. Kevin menjadi penasaran, apa sebabnya mereka seperti ini?

Kalau dilihat dari keduanya, bunda Ana terlihat seperti menyembunyikan Roni, namun Roni sepertinya lelah terus menerus di sembunyikan. Informasi yang masuk begitu banyak, Kevin sulit mencerna semuanya.

Tapi yang pasti, kepingan puzzle itu akan segera berkumpul. Kevin yakin akan hal itu. Ternyata mencari tahu asal usulnya lebih rumit dari yang ia kira. Semakin dicari maka semakin menarik pula kisahnya, Kevin tidak pernah menyangka kalau mencari tahu masa lalunya jauh lebih sulit dibanding memecahkan soal fisika.

“Kamu liat foto itu ada di mana?”

Airish berpikir, ia memasukan bibirnya ke dalam sehingga membuat satu garis lurus di bibirnya. “Itu sih gampang. Kamu tinggal cari bingkai foto yang paling besar, tapi kaca bingkainya itu menghadap ke belakang.”

“Menghadap ke belakang?”

“Iya, malah tadinya bingkai itu jatuh. Karena penasaran aja aku lihat. Awalnya di sana ada satu foto, kamu bisa langsung kenal kalau lihat langsung. Hm. Foto itu juga keliatan kayak kesiram air, tekstur fotonya nggak mulus tapi orang yang ada di dalamnya terlihat jelas.”

Sebisa mungkin Airish memberikan penjelasan yang ia lihat saat melihat-lihat koleksi foto di rumah Roni. Karena begitu banyak koleksi foto lama yang di simpan Roni, Airish menemukan foto yang tidak asing, ya itu foto Roni dan Bunda Ana.

“Ah iya, antisipasi karena banyaknya foto di sana, kamu bisa lihat foto yang tadi itu ada di rak cokelat, tempatnya nomor dua dari atas, udah gitu ukiran bingkainya unik. Aku nggak bisa jelasin uniknya itu kayak apa, tapi bingkai itu kayak istimewa dari yang lainnya. Itu sih kalau si Om belum pindahin bingkainya.”

Kevin terdiam, dia tidak membalas perkataan Airish. Airish merasa kalau ia berbicara sendirian, padahal malam ini sangat sunyi yang semakin membuat Airish merasa sendirian.

Suara jangkrik begitu keras dan menggema di sepanjang jalanan ini, hawa dingin yang seperti menusuk tulang belulang sangat terasa, awan mendung sepanjang perjalanan tak kunjung hilang, padahal tadi bulan purnama terlihat jelas. Pohon-pohon pun ikut bergoyang saat angin menerpa dedaunan itu, tidak hanya itu daerah ini sangat sepi, bahkan sedari tadi kendaraan yang berlalu-lalang bisa dihitung dengan jari.

“Sepi banget.”

Airish tahu kalau Kevin sedang tidak ingin mengobrol, karena pasti cowok itu sedang memikirkan tentang dua lembar foto lama yang tadi dibicarakan. Tapi, di jalanan ini sangat sepi, hanya ada beberapa kendaraan motor yang berpaspasan dengan mereka. Jadi, akan lebih sepi kalau Airish tidak mengajaknya bicara.

“Nggak heran sih, tadi siang ke sini aja udah sepi, apalagi malam kayak begini.” Airish mengusap kedua bahunya untuk mencari kehangatan disela-sela hawa dingin yang menusuk tulangnya, ia juga mengapitkan kedua pahanya kuat-kuat di badan motor Kevin.

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang