•Feeling• #28

65 10 36
                                    

Aku bukan malaikat yang tercipta tanpa adanya celah kesalahan, aku juga bukan manusia yang tak luput dari lubang hitam dosa.
-Kevin.

⛄⛄⛄

.: Obat Luka :.

GELAP, sunyi, dan suram. Sesseorang hanya bisa terbaring tidak berdaya di atas aspal jalanan yang  kini sudah tak lagi di lewati orang. Meratapi kenyataan bahwa orang yang dulu pernah bertanding dengannya meninggal karenanya, lebih tepatnya karena indra telinganya yang membawa petaka. 

Andai saja saat itu Kevin tidak mengalami rasa sakit yang luar biasa pada indra telinganya, andai saja ia memiliki pendengaran yang normal seperti manusia pada umumnya, mungkin  saja Alex masih hidup sampai saat ini dan mungkin saat ini masih balapan di Ertex bersama Rigel dan teman-temannya, dan mungkin Kevin juga tidak akan dikeluarkan dari sekolah.

Kevin datang ke rumah sakit di tempat Alex di rawat. Sangat jauh dari rumahnya karena rumah sakit biasa tidak bisa menangani pasien yang memiliki luka parah itu, Alex dirujuk di rumah sakit pusat untuk mendapatkan perawatan yang lebih lengkap.

Sayangnya usaha Kevin untuk meminta maaf sampai bertekuk lutut untuk meminta maaf pada Alex sia-sia. Alex masih bungkam karena terlalu terkejut jatuh pada ketinggian yang cukup tinggi. Lalu, Alex di diagnosa mengalami amnesia ringan.

Sebagai laki-laki sejati, Kevin meminta maaf berulang-ulang kali, tetapi yang ia dapatkan bukanlah penerimaan minta maaf, tetapi pukulan di ulu hatinya dari Rigel. Padahal, Kevin sudah menjelaskan kalau insiden Alex terjadi karena indra pendengaran Kevin yang terlalu tajam, tetapi mereka tidak percaya.

Wajar, mereka tidak merasakannya. Tetapi Kevin sempat mengalami keheningan selama dua hari karena indranya langsung dihantam suara yang sangat keras. Anak-anak di bengkel lah yang membantunya, karena selama dua hari itu Kevin benar-benar tidak bisa mendengar apapun.

Ia tidak pernah menyangka kalau Alex akan senekad itu bunuh diri lompat dari gedung rumah sakit, sungguh tragis sekali. Pantas saja Rigel memukulnya jauh lebih kuat dibanding saat di rumah sakit itu.

Suara jangkrik semakin membuat suasana di sini semakin sunyi, tubuh Kevin benar-benar lemah sampai-sampai ia tidak bisa terbangun untuk duduk. Ia juga sesekali mendengar suara gemuruh, sepertinya malam ini akan turun hujan.

Tangan kanannya berusaha untuk mengusap wajahnya, tulang hidungnya patah, ia yakin kalau saat ini wajahnya benar-benar lebam. Tidak hanya itu, ulu hatinya juga sangat sakit, Kevin pun terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Kondisinya benar-benar parah.

Tapi ia masih bersyukur setidaknya Rigel tidak membuatnya mati di tempat ini, karna ia menganalisis gelombang suara milik Rigel yang benar-benar memiliki niat membunuhnya. Rigel memang se sadis itu.

Omong-omong, entah mengapa wajah Airish langsung terlintas di pikirannya. Sepertinya ia akan merasa jauh lebih sakit daripada luka yang ia alami saat ini. Sudah pasti setelah kejadian ini Airish tidak ingin berada di dekat seorang pembunuh, apalagi melihat reaksi Airish yang seperti itu.

Perasaan jijik melihatnya.

Ingin rasanya Kevin mundur pada perasaannya, karena pasti akan sulit menjelaskan secara merinci pada Airish yang lebih percaya pada ucapan Rigel.

Tes.

Tes.

Tes.

Air hujan langsung turun dari langit yang segelap pelita, tidak ada bintang maupun bulan yang satu-satunya menjadi cahaya dikala kegelapan. Wajah Kevin langsung dihantam air hujan yang tidak begitu deras, sesekali memejamkan matanya, mengingat seseorang yang saat ini terlintas di kepalanya.

HSS [2] - FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang