Rumah

5.6K 442 7
                                    


Setelah beberapa hari di rumah sakit, Haechan bisa pulang. Ibunya sudah menyewa sebuah rumah untuk ditinggali keduanya di Seoul. Haechan senang bisa keluar dari rumah sakit, ia bisa pulang tapi tetap saja ia masih bingung dengan keadaannya. Ia masih belum bisa beradaptasi dengan apa yang terjadi padanya.

"Eomma, kita tinggal di sini?"

"Ne, kita akan tinggal disini untuk sementara. Kenapa, apa kau tak menyukainya?"

"Aku suka kok." Haechan terdiam sebentar, pertanyaan yang selalu muncul dalam kepalanya ini selalu terngiang tapi belum bisa ia ucapkan. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk itu. "Eomma, aku ingin bertanya."

"Tanya apa? Ayo masuk dulu baru tanyakan apa yang ingin kau tanyakan."

Haechan menurutinya dan duduk di sofa abu-abu yang sudah tersedia. "Eummm, bagaimana ya... Eomma jangan tertawa ya."

"Apa? Kenapa pula eomma akan tertawa?"

"Apa... Apa... Eumm, apa aku terkenal waktu jadi idol?" ucapannya melirih diakhir kalimat.

Sang ibu tersenyum hangat. Senyum yang menandakan kebanggan pada anaknya. "Menurutmu bagaimana?"

"Eummm, mungkin? Aku tak tahu."

"Mereka sudah menjelaskannya pada mu kan? Para hyeong mu?" Haechan mengangguk, "tapi aku tak yakin. Bagaimana saat aku menjadi idol eomma? Bagaimana diriku dulu, perilaku ku, teman-temanku, atau mungkin para hyeongku?"

"Mau menonton acara yang ada dirimu di dalamnya?"

Haechan mengangguk antusias. "Ya ya yaaaaa, aku ingin tahu."

"Ayo sini, kita menonton semuanya jika kau mau. Kita nonton bersama."

Sang ibu membuka youtube yang menampilkan acara idola mingguan.

"Apa itu aku?"

"Ya itu kamu, lihat muka renjun saat kau melakukan itu."

"Hahaha, kenapa aku seperti itu ya."

Baru sampai pertengahan, kepala Haechan tiba-tiba terasa sangat pusing.

"Haechan, kenapa nak?"

"Kepalaku pusing, penglihatanku juga jadi tiba-tiba buram. Ahhh rasanya seperti berputar-putar."

"Yasudah, ayo ke kamar. Kamu butuh istirahat. Nanti eomma bangunkan saat makan malam."

Haechan berjalan dengan dipegangi oleh ibunya. Kepalanya yang tadi hanya terasa pusing, kini terasa sakit seperti ditusuk puluhan jarum.

"Arghhh, sakit eomma."

Untunglah Haechan sudah masuk ke area kamar yang akan ia tempati, sang ibu segera pergi ke dapur dan membawa air juga obat.

Haechan sudah tak lagi mengerang kesakitan tapi tangannya masih di kepala, pusing itu masih ada. Dunia serasa berputar dalam kepala nya.

"Ini, minum obat dulu."

Haechan membuka mulutnya dan menelan obat itu, tubuh nya terasa lemas, keringat bercucuran membuat sang ibu khawatir dengan keadaannya.

"Sudah lebih baik, Chan-nie~.?

Haechan hanya mengangguk perlahan dengan mata tertutup. "Istirahat ya." Haechan mengangguk dan membaringkan tubuh nya dengan benar dibantu oleh ibunya. Tak butuh waktu lama ia terlelap, sang ibu menitikan air matanya saat itu juga. "Kenapa hal ini harus terjadi padamu, Channie? Cepat sembuh anak eomma." Lalu ia mengecup kening anaknya dengan begitu sayang.

Perlahan, ia keluar dari kamar itu. Beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Tak lama dari itu, bel berbunyi. Ia segera beranjak dan melihat siapa yang datang dari interkom. Ya, ia tak akan gegabah untuk sembarangan membuka pintu rumah.

Dari interkom, terlihat beberapa orang berpakaian tertutup dan langsung membuka masker saat mendengar suara dari layar interkom di sebelahnya.

"Sore Eomma ini kami."

Setelahnya, terdengar suara pintu yang terbuka. "Ayo cepat masuk."

Empat orang itu segera masuk, setelah pintu tertutup rapat mereka membuka masker dan topinya. "Maaf kami datang tiba-tiba. Tapi mereka memaksaku untuk mengantar kesini."

Ibu dari Haechan itu tersenyum, ia mengerti. Pasti mereka khawatir pada keadaan anaknya, apalagi Haechan kini jauh dari pantauan mereka. "Tak apa, mari duduk. Sebentar ya, Eomma memeriksa dapur dulu karena tadi sedang memasak."

"Baik Eomma." Mereka berempat duduk di sofa, memperhatikan interior rumah yang cukup menenangkan dengan gaya vintage nya. Rumah ini cukup jauh dari pusat kota Seoul, sengaja karena dokter menyarankan ketenangan untuk Haechan. Awalnya Haechan akan dibawa pulang ke kampung halamannya, tapi karena satu dan lain hal. Itu tak bisa terjadi. Banyak urusan yang harus mereka selesaikan.

"Manajer Hyeong, setelah ini. Apa yang akan di lakukan agensi?" Bertepatan dengan pertanyaan dari Jhonny, ibu Haechan datang sambil membawa beberapa minuman.  Beliau ikut duduk untuk mendengarkannya.

"Agensi akan melihat terlebih dahulu kondisi Haechan, berkonsultasi pada dokter ahli untuk apa yang akan dilakukan selanjutnya. Mengingat amnesia yang haechan alami, mungkin agensi akan melatih Haechan kembali jika kondisinya sudah baik."

"Belum ada media yang tahu kan tentang amnesianya?"

"Belum, agensi sengaja merahasiakannya terlebih dahulu karena takut jika ada orang yang memanfaatkan keadaan ini dan akan memperburuk suasana."

"Aaaa, Eomma. Boleh kami melihat keadaan Haechan?"

"Tentu, kamarnya ada di sebelah sana." Taeyong melihat arah telunjuk dan mengangguk, mengajak dua lainnya untuk beranjak.

"Terimakasih eomma." Jhonny dan Jaehyun mengikuti Taeyong. Mereka membuka pintu dengan perlahan dan melihat Haechan sedang tertidur.

"Pudu, cepatlah sembuh." ujar Jhonny yang tak tega melihat Haechan yang bisanya begitu aktif kini terbaring seperti ini.

Jaehyun memegang pundak Taeyong, menepuk nya beberapa kali. Ia tahu, Taeyong masih merasa bersalah atas kejadian tempo hari. "Jangan terus menyalahkan dirimu Hyeong." Taeyong mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari Haechan.

"Cepat sembuh, Chan-nie."

***

Kalian udah liat weekly idolnya dream yang kemaren belom? Coba tonton deh, aku gak bisa berenti ketawa gara-gara mereka. Moodbooster banget buat yang lagi suntuk ☺

Byebye, sampai ketemu di chapter selanjutnya💚

AMNESIA ✔Where stories live. Discover now