Nightmare

3.1K 326 29
                                    

Kaget gak belom seminggu emak udah update lagi? Hehe.






***








Haechan dan member NCT 127 lainnya tiba di dorm saat gelap malam sudah melingkupi. Kondisi yang tiba-tiba saja terjadi siang hari tadi membuat semua member panik. Haechan segera dibawa para hyeongnya ke rumah sakit. Takut terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Beruntung memang fisiknya tidak ada apa-apa, tapi mungkin ingatan di kepalanya menjadi penyebab semua itu terjadi.

Dokter mengatakan bahwa mungkin saja ingatannya akan segera kembali. Pasalnya sudah hampir dua bulan setelah kejadian tempo hari Haechan memang belum ada mengingat apapun.

Tapi entah kejadian apa yang terjadi hari ini hingga memancing ingatan lamanya. 

Saat sampai ke dorm, Haechan segera dibawa ke kamar untuk istirahat. Member yang lain segera mengangkut barang belanjaan mereka tadi siang.  Membereskannya sesuai pada tempatnya dan ikut serta istirahat.

Johnny yang menjadi roomate Haechan menatap anak itu yang sudah terlelap dengan selimut membungkus tubuhnya. Johnny ikut membaringkan tubuh besarnya setelah mengusap kepala Haechan sayang. "Selamat tidur Channie... Semoga mimpi indah."

Tapi, mimpi indah sedang pergi, yang menghampiri Haechan kini adalah mimpi buruk.

*

*

*


"Apa lagi yang harus aku beli ya?" Haechan berjalan-jalan sendiri. Menatap kantung belanjaan yang berisi makanan ringan.

"Emmm sepertinya membeli itu akan terasa enak," ucapnya saat melihat food court di seberang jalan yang berjejer. 

Dengan hati-hati ia menyebrang, setelah berhasil sampai. Ia segera memilih apa yang ia inginkan. Berjalan ke bangku kosong dan mendudukinya sembari memakan beberapa ttokpoki dan fishcake yang masih hangat. Mulutnya mengunyah dengan cepat.

"Permisi..."

Haechan menoleh dengan mulut penuhnya membuat pipi nya menggembung lucu.

"Ya..." Haechan melihat ada 4 gadis remaja yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Haechan oppa, kami fans NCT."

"Ahhh, benarkah?" Haechan teersenyum ceria. Gadis-gadis itu tersenyum riang sambil mengangguk. "Terima kasih," ucap tulus Haechan.

Salah satu gadis berbicara ragu kemudian. "Boleh kami minta berfoto, oppa." 

Haechan melihat sekelilingnya, terlihat sepi jadi ia mengiyakan. Lagi pula ia senang bertemu dengan fans nya saat sedang berjalan-jalan seperti ini. "Tentu." Kemudian ia minum terlebih dahulu dan berdiri di tengah-tengah mereka. 

Tapi tiba-tiba, keadaan berubah. Suasana berubah ramai. Suara teriakan orang-orang terasa memekakan telinga. Ke empat remaja yang meminta foto dengannya sudah tak ada. Haechan kebingungan.

Pandangannya mengedar, dan melihat kearah kerumunan yang ada di tengah jalan. Haechan merasa kakinya tiba-tiba lemas, ia terjatuh begitu saja tapi tak ada orang yang menghampirinya. Tiba-tiba kakinya sakit, Haechan menunduk, baju yang ia kenakan tiba-tiba banyak darah. "A-aapa ini?" 

"Tu-tuan... Nyonya..." Haechan berusaha menggapai orang-orang yang melewatinya begitu saja.

"HAECHAN."

Haechan segera menoleh kesana-kemari, ia mendengar suara salah satu hyeongnya.

"CHANNN!"

"Hyeong? Hyeong dimana?" Haechan tak melihat keberadaan Hyeong nya dimana pun.

"HAECHAAAAAN!"

*

*

*

Tersentak kaget, Haechan melihat sekitarnya. Ia ada di dalam kamar dengan Mark yang ada di depannya.

BRAAAAK

"Ada apa, ada apa?" Para Hyeongnya tiba-tiba bermunculan di depan pintu.

"Aaaah, ini Hyeong. Aku membangunkan Haechan."

"Lalu, kenapa sampai teriak-teriak?"

"Dia menangis sambil tidur, aku membangunkannya dari tadi tapi Haechan tak bangun-bangun. Aku hanya takut terjadi apa-apa padanya."

Taeyong berjalan mendekat, menghampiri Haechan yang masih di kasur. Terlihat linglung dengan keadaan.

"Kau kenapa? Mimpi buruk?" Taeyong mengusap pelan kepala Haechan yang membuat anak itu akhirnya bisa memfokuskan pikirannya.

"Aaaa... Hah? Apa Hyeong?"

"Kau mimpi buruk?" Ulangnya lagi. Haecha  terdiam, dipikirannya terputar kembali apa yang terjadi.

Banyak orang, tengah jalan, tak bisa bergerak dan darah.

Haechan melihat tubuhnya sendiri lalu menggerakan kakinya membuat para Hyeongnya bingung.

"Kakiku baik-baik saja?"

Johnny mengeryit, "kaki mu memang baik-baik saja Channie."

Haechan mendongak, "ah ya, aku baik-baik saja."

"Ada apa denganmu Haechan-ah?"

Haechan menggeleng. "Kakiku sakit... A-ada darah..."

"Sudah-sudah, mungkin kamu mimpi buruk. Jangan terlalu dipikirkan, sekarang ayo kita sarapan." Taeil menengahi, ia tahu Haechan masih bingung. Dari pada membuat Haechan semakin kesulitan untuk menjelaskan mimpinya saat ia sendiri masih bingung. Lebih baik ia mengalihkan semua orang. Dan ya, itu berhasil.

"Haechan-ah, kamu cuci muka dulu. Perlu hyeong antar?" Tawar Taeyong, ia takut terjadi sesuatu pada Haechan.

"Tak perlu hyeong, aku bisa sendiri."

Akhirnya Haechan pergi kw kamar mandi dan para hyeong nya keluar dari kamar Johnny dan Haechan.

Haechan di dalam kamar mandi mengusap wajahnya yang basah, ia melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Kaos putih yang ia kenakan masih putih bersih, tak ada noda sedikitpun.

"Apa itu benar hanya mimpi? Tapi kenapa terasa sangat nyata."

***

Mumpung bocah lagi "agak anteng" jadi mak bisa nulis.

Maaf kalo banyak typo dan makasih udah baca.
Luv u💚

AMNESIA ✔On viuen les histories. Descobreix ara