Batu Biru

2.2K 259 19
                                    


Update tengah malem😁

***



























"Kamu yang buat dia dapatkan kembali hidupnya, tapi kamu juga yang merenggut semuanya. Bahkan merenggut satu-satunya kebahagiaanku!"

Tangan itu mengerat, menatap nyalang pada saat buah foto yang tertempel di dinding kamar. Menusuknya dengan gunting secara brutal hingga tak berbentuk lagi.

"Ku kira kau sudah tak akan terlihat lagi, tapi ternyata aku salah. Kau masih hidup dan tertawa dengan bebas."

"Tunggu kehancuranmu!!" Ia berjalan keluar dari kamar yang berwarna baby blue penuh hiasan itu. Menutup kencang pintu dan bergegas mengambil hoodienya yang tergeletak di sofa. Menatap dirinya sendiri di cermin dan merubah raut wajahnya.

"Ne sajangnim, Terima kasih kau telah memudahkanku," ujarnya sambil tersenyum riang.

***

Malam-malam berlalu, NCT Dream berlatih dengan keras. Memantapkan koreo yang berulang kali dilatih untuk terlihat sempurna.

"BAGUS SEMUANYA... KITA AKHIRI SAMPAI DISINI DAN SELAMAT BERISTIRAHAT." seru pelatih saat musik sudah di akhir.

"Ndeee, selamat beristirahat juga. Terima kasih" Hanya itu balasan yang bisa anak dream ucapkan. Nafas mereka masih tak beraturan, keringat mengucur deras dan mereka memilih menidurkan tubuh mereka di lantai alih-alih mengambil minum ke sudut ruangan.

"Ini, minumlah." Seseorang membagikan minuman dingin pada mereka yang bergelimpangan.

"Ahhh, terima kasih."

Setelahnya, anak Dream hanya terdiam untuk beberapa saat sebelum memilih pulang ke dorm.

"Aku lelah sekali." Jisung mengusap matanya yang seperti sudah mengantuk berat. Bahkan jalannya dituntun oleh Jaemin agar anak itu tidak oleng karena jalan sambil menutup mata.

"Bukalah dulu matamu itu, Hyeong tahu kau lelah, tapi jalan dengan menutup mata itu bahaya." Mark yang tiba-tiba ada di samping Jisung menegur adiknya itu, mengelus kepala si bungsu yang lebih tinggi darinya.

"Itu benar Jisungie, buka dulu matamu sampai ke parkiran. Baru kau bisa tidur di mobil nanti." Jaemin ikut menyahuti ucapan Mark.

"Yakkk, Jisung ahhhh. Kau seperti bayi!" Ejek Chenle. Jisung langsung berbalik. "Tidak ya, aku bukan bayi!"

"Bayi tetap akan menjadi bayi."

"Yaaaaa, aku bukan bayi."

"Bayi!"

"Bukan!"

"Baaaaaayi!"

"Bu..."

"Aish, kalian ini diamlah. Jangan bertengkar di sini. Kalian tahu aku juga lelah, kalau kalian bertengkar lagi. Kalian berdua pulang sendiri!" ujar Renjun mengancam lalu berjalan cepat sembari menarik Haechan yang di samping Chenle. "Ayo Channie, kita tinggalkan saja mereka berdua."

Haechan hanya pasrah saja ditarik seperti itu. Sedangkam Chenle dan Jisung segera mengejar keduanya. Lain lagi dengan tiga yang tersisa. "Ayo kita pulang." Jeno mengandeng Mark dan Jaemin di kiri dan kanan nya. Terlihat lucu dengan senyum bulan sabitnya.













Sampai di dorm, mereka segera beristirahat. Haechan yang baru selesai mandi tentu segera membaringkan tubuhnya di kasur. Walaupun rambutnya masih lembab, tapi ia tak perduli.

Ia mencoba meraih tas yang ada di kursi game dan hap, ia mendapatkannya. Merogoh ke dalamnya dan mendapatkan kotak kecil yang dari awal memang membuatnya penasaran. Ia sendiri tak tahu sejak kapan benda itu ada di tas nya, karena jujur itu bukan miliknya.

Dan saat membukanya, sungguh mengejutkan. Terlihat indah benda di dalamnya tapi juga mengerikan.

"A-apa ini?" Haechan yang tadi refleks melemparnya kini meraih kotak itu kembali.

Terdapat kalung dengan liontin sebuah batuan biru yang indah, tapi mengerikan dengan percikan darah yang sudah mengering.

Dengan cepat, Haechan menutupnya dan memasukan kotak itu ke dalam laci nakas yang ada di sampingnya.

"Apa itu benar-benar darah?"

"Tapi kenapa benda itu ada di tas ku."

Tling

Handphone nya berbunyi, sebuah pesan dengan nomor tak di kenal.

010xxxx
Kau sudah menerimanya? Indah bukan?

***

"Ini terasa lebih mengasyikkan dari pada aku menghajarnya seperti dulu." Menatap tanda terbaca yang menandakan bahwa pesannya sudah di baca.

"Tapi aku merindukan jeritannya..." Pandangannya beralih pada sarung tangan hitam yang tergeletak di meja kerjanya.

"Suaranya ternyata memang merdua, kau tidak salah sayang. Hanya versi kita yang berbeda." Kini netra itu beralih pandang pada bingkai yang tersiram cahaya lampu tidur. Terlihat indah bukan?

***

Ini baru awal kayaknya...

Mak sebenernya kebangun, dan mau tidur lagi tapi agak males hehe. Jadi nulis aja lah kan. Hasil pemikiran tengah malem yang tiba-tiba lewat.

Memang tengah malem itu bikin otak mak berjalan kayaknya😂

Oh iya, maaf chapter ini pendek ya sayang💚
Luv u, makasih udah baca💚💚💚

AMNESIA ✔Where stories live. Discover now