Berkenalan

6.4K 567 0
                                    

Mengetahui apa yang telah terjadi, kini member NCT berbondong-bondong ke rumah sakit untuk melihat matahari mereka yang kini sedang redup.

Disana, diatas ranjang rumah sakit. Haechan yang sedang memeluk ibunya bagai anak kelas empat SD itu menatap mereka yang masuk dengan bingung serta sedikit takut akan hal itu. Ia tak mengenal orang-orang itu.

"Shhhht, jangan takut. Mereka hyung-mu."

Haechan mendongak pada ibunya dan menatap member NCT bergantian. "Hyung? Mereka hyung ku?" Sang ibu mengangguk perlahan, "iya, mereka Hyungmu di agensi."

"Agensi apa?"

"SM entertainment."

"SM? Bukannya SM itu Agensi para idol itu ya eomma?" Sang ibu mengangguk perlahan, ia harus sabar untuk memberi tahu anaknya.

Sedangkan para member yang mendengar percakapan antara ibu dan anak itu hanya bisa diam dengan hati mereka yang sakit karena mereka ikut terlupakan dari dalam memori ingatan Haechan. Taeyong berjalan kesamping Ibu Haechan dan meminta izin untuk memberi mereka waktu sedikit berbincang. Ibu Haechan mengerti dengan apa yang diucapkan Taeyong dan segera pamit untuk keluar sebentar walaupun awalnya Haechan tak ingin lepas darinya.

"Haechan-ie."

"Y-ya?"

"Maaf, maaf hyung tak bisa membantumu waktu itu. Maaf karena aku membiarkanmu didalam sana sendirian." Taeyong menggenggam tangan Haechan perlahan, kedua matanya kini berkaca-kaca saat mengingat hari itu. "Maaf..."

Haechan yang melihat itu, tak tega dibuatnya. Ia membalas genggaman hangat Taeyong dan berucap, "aku tak apa-apa. Jangan menangis, aku sungguh tak apa-apa."

"Sekali lagi maafkan aku." Haechan hanya mengangguk pelan. Dibelakang Taeyong, Dream sudah berjajar dengan mata yang berkaca-kaca, bahkan Jisung si maknae sudah tak bisa menahan air matanya.

"Haechan-nie, kau benar-benar tak ingat aku? Kami?"

Haechan menggeleng. "Maaf hyung, aku tak ingat." ucap Haechan pada Chenle yang tadi bertanya. Chenle yang mendengar itu kini tak bisa lagi menahan air matanya. "Jangan panggil aku Hyung, yang hyung diantara kita itu dirimu."

"Ah... M-maaf."

"Jangan meminta maaf terus, ini bukan salahmu. Kami mengerti kamu perlu waktu untuk mengingat semuanya," ucap Douyong dari belakang sana. Ia sedih, temannya ribut dan bertengkar itu kini malah seperti ini.

Jisung yang sedari tadi diam sambil menangis kini beranjak memeluk Haechan. "Kami akan membantumu untuk mengingat semuanya, Hyung. Kau jangan khawatir."

Jeno pun mengiyakan ucapan Jisung diikuti yang lainnya.

"Kalau begitu, ayo berkenalan kembali." Jaemin mengusulkan dan semuanya setuju.

***

Setelah mengenalkan nama masing-masing, Haechan terdiam. Ia berusaha menerapkan semua nama itu ke dalam otaknya tapi entah kenapa rasanya begitu sulit.

"Chan..."

"Y-ya?"

"Kamu gak papa?"

Haechan menggeleng pelan. "Hanya sedikit pusing."

"Kamu masih bingung?" tanya Taeil yang diangguki Haechan. "Nama Hyung dan yang lain susah ku ingat, kepalaku jadi pusing," jawab Haechan jujur.

"Tak apa, pelan-pelan saja. Jangan terlalu dipaksakan." Yang lain mengangguki ucapan Yuta dan mengatakan hal yang sama.

"Maaf ya semua."

"Tak apa, ini bukan salah mu."

"Jangan memaksakan diri, nanti kepalamu akan sakit." Haechan hanya mengangguk. Tak lama, sang ibu datang dengan beberapa kantung kresek besar yang langsung dibantu beberapa member yang dekat dengan pintu. "Makanlah, ini untuk kalian semua."

"Terima kasih, Eomma. Kami akan memakannya." ucap Taeil mewakili semuanya.

"Eomma..." rengekan Haechan mengalihkan pandangan semua orang, sang ibu yang dipanggil pun segera mendekat.

"Ada apa, Nak?"

"Kapan aku pulaaaang? Aku bosan disini."

"Nanti ya, tunggu dokter dulu."

"Walaupun ingatannya hilang, tapi sifatnya masih sama. Tidak betah diam walau sebentar." Taeyong mengangguki ucapan Jaehyun. "Ya, dia bilang anak ayah tapi selalu merengek dan mengadu pada ibunya."

***

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang