Mulai

1.4K 215 7
                                    

Hallo sayang-sayangnya emak hehe.
Ini udah part 29 aja ternyata.
Mau bilang gak kerasa tapi emak updatenya lambat banget ye kan hehe.

Happy reading.









***

Sore hari, di dekat sungai Han. Haechan menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sebentar untuk menghilangkan penatnya yang selalu melihat ruang latihan di gedung agensi. Jadwalnya beberapa minggu lalu sangat padat, berpindah dari NCT 127 dan NCT Dream lalu berpindah lagi membuatnya kelelahan. Ia tahu yang lelah bukan hanya dirinya, karena Mark juga sama sepertinya. Hanya rasa penat dan cara menghilangkannya saja yang berbeda. Jika Haechan akan lebih memilih berjalan-jalan sendiri atau mencari makanan enak. Maka Mark berbeda. Ya setiap orang tentu memiliki caranya masing-masing untuk menikmati waktu santainya.

Dan saat ini, Haechan memilih duduk dengan beberapa jenis makanan yang menemaninya. Saat makanannya hampir habis. Haechan merasa ada yang menepuk pelan bahunya. Dengan waspada ia menoleh dan mendapati seorang gadis yang sedang tersenyum menatapnya.

"Aaaa, maaf aku kaget. Ada apa nona?"

Gadis Itu refleks menggerakan tangannya dan memberikan sebuah dompet. Haechan yang awalnya diam karena tidak mengerti akhirnya memahami apa yang ingin gadis di depannya sampaikan. "Owhhh, dompetku. Apa ini terjatuh."

Gadis di depannya mengangguk dan menunjuk bawah kursi yang Haechan duduki. "Gomawo, ahhh apa kau ingin sesuatu? Traktir dariku karena nona telah memberitahu dompet ku yang jatuh."

Ia menggeleng tapi membuka tasnya. Mengambil sebuah skatebook dan bolpoin lalu menyerahkannya pada Haechan. Ia mengerakan tangannya secara sederhana agar dapat dipahami oleh Haechan.

"Ingin tanda tangan?" Mendapat sebuah anggukan akhirnya Haechan tersenyum lantas menorehkan garis bolpoin pada skatebook itu. Membubuhkan tanda tangannya dan beberapa kata yang ingin ia sampaikan.

"Ini, jangan sampai hilang ya." Gadis itu tersenyum manis. "Oh iya, siapa namamu?"

Gadis itu membuka lembaran skatebooknya. Memperlihatkan bagian depan dengan identitas nama pemilik di pojok kanan. "Yeon Na Ra? Nama yang bagus. Sekali lagi terimakasih untuk dompet ku, maaf aku harus pergi sekarang karena ada beberapa hal yang harus kulakukan." NaRa mengangguk, Haechan pergi setelah melambaikan tangannya dan Nara masih di sana. Memandang punggung idolanya yang menjauh dengan tangan yang memeluk skatebooknya erat. Senyumnya terukir manis dan ia berjalan pulang dari sana.


Dan hingga beberapa waktu berlalu, NaRa akan menyempatkan dirinya kesana setelah pulang sekolah. Berharap bertemu lagi dengan idolanya.



***


Lucas kebingungan sekarang, ia sudah memanggil dokter juga, tapi Haechan masih menolak makanan. Infus masih menempel pada punggung tangan anak itu.

"Noona, bagaimana ini?"

"Entahlah, Noona juga bingung. Apa mungkin Haechan ada trauma dengan makanan?"

Lucas terdiam, ia ingat saat mendobrak tempat itu, di nakas samping tempat tidur ada makanan yang sudah basi. Apa mungkin karena itu?

"Noona, aku akan membujuknya sekali lagi."

"Cobalah, tapi hati-hati ya, jangan dipaksa." Lucas mengangguk dan kembali ke kamar Haechan. Anak itu masih berbaring tanpa tenaga.

"Haechan-ah..." Yang dipanggil menoleh. "Hyeong ingin bertanya padamu boleh?"

Haechan mengangguk, perlahan Lucas mendudukan tubuhnya di sisi ranjang. Posisinya tak terlalu dekat, masih ada jarak diantara mereka.

"Kau benar-benar tak ingin makan?" Haechan menggeleng. "Kau tahu, makanan Noona sangat enak, bahannya juga bagus, wanginya benar-benar menggiurkan. Aku bahkan selalu ingin menghabiskan semuanya."

Haechan terdiam, Lucas masih menjabarkan betapa enaknya masakan nyonya rumah ini, bahkan perutnya sekarang malah berbunyi karena membayangkan makanan yang banyak di meja makan.

"Jadi, ayo. Aku akan menemanimu. Jangan menyiksa dirimu sendiri, aku tahu dia memperlakukan mu dengan tidak baik. Tapi kau harus menyayangi tubuhmu juga, apa kau tak ingin menangkapnya?"

"Aku... Aku ingin membuatnya sendiri."

"Kau yakin? Saat tubuhmu belum bisa tegap kau ingin menyiapkannya sendiri?" Mendapat anggukan dari Haechan akhirnya Lucas ikut mengangguk menyetujui permintaan anak ini. Lucas membantu memapah tubuh Haechan yang bahkan sepenuhnya bersandar pada tubuh besar Lucas. "Ku gendong saja ya," tawar Lucas saat mereka baru saja sampai di ambang pintu kamar.

Haechan melihat tubuhnya, kakinya bahkan seperti tak ada tenaganya, akhirnya ia mengangguk.

"Noona..." Yang dipanggil menoleh, wanita itu sedang bermain dengan dua anaknya di depan televisi. "Loh, ini kenapa?"

Lucas tersenyum. "Aku akan membawanya ke meja makan Noona."

"Kalian lebih baik menunggu di sana, Noona saja yang membawanya ke sini ya."

"Ja-jangan, aku... Aku bisa membuatnya sendiri."

"Kau yakin?"

"Aku akan membantunya Noona, jangan khawatir."

"Baiklah, kalau perlu bantuan panggil Noona atau bibi yang mungkin ada di halaman belakang."

Keduanya mengangguk, Lucas membawa Haechan ke ruang makan, mendudukannya di kursi dan tiang infus—yang memang dibawanya juga tadi dari atas— di samping tubuh Haechan yang bersandar.

"Ingin makan yang mana?"

Makanan masih banyak di meja makan, sengaja tak segera disimpan karena permintaan Lucas.

"Apa ada roti?"

"Roti? Kau yakin hanya ingin roti?"

"Aku tidak bisa memasak sekarang."

"Kau tak mau yang ini?" Lucas menunjuk makanan-makanan yang ada di meja, "kalau tak mau, biar aku yang masak ya. Kau butuh lebih dari sekedar roti."

Dengan cepat Haechan menggeleng. "Aku gak mau, aku hanya ingin itu. Aku gak mau tidur lagi..." Suaranya mengecil diakhir, tapi Lucas masih mendengarnya.

"Baiklah, ini roti mu. Masih disegel, dan ini ada selai yang kau suka. Air?"

"Air biasa saja Hyeong." Lucas mengangguk, Haechan terus memperhatikan kegiatan Lucas.

Ia tahu Lucas bukan orang jahat, bahkan orang-orang di rumah ini juga. Tapi entah kenapa kewaspadaan dan rasa takutnya gak bisa ia kalahkan kali ini. Ia tak bisa mempercayai satu orang pun sekarang.












***






"Dia tak ada di rumahnya."

"Tidak ada?"

"Benar, tetangga disekitarnya bilang Yeon Dae Woo sudah tak tinggal disana sejak beberapa bulan lalu."

"Datang ke rumah Jong Dae, tanyai Lucas info tentang DaeWoo. Kita harus menangkapnya segera."

"Baik Sajangnim."




***

Masih seru kan?

Komen sebanyak-banyaknya ya hehe, kalo anak emak tidurnya cepet mungkin mak bakal bisa double up. Kalo enggak, berarti jadinya besok😁

Makasih😘💚

AMNESIA ✔Where stories live. Discover now