Chapter 8: Meet The Potters

13.7K 938 83
                                    



Pemain Quiditch Hogwarts 1970 - Sekarang.

Begitulah cara kami menemukan ayahku secara detail. Ternyata ayahku dulunya bermain quiditch. Salah satu pemain yang handal pula. Jadi kami tidak begitu sulit untuk melacaknya berhubung Buku Tahunan tahun 1978 tidak ada di perpustakaan.

Buku itu menyimpan data diri setiap orang yang pernah menjadi bagian dari tim quiditch. Ditambah lagi, buku itu tersihir dengan ampuh karena setiap data dapat berubah sendiri. Setiap orang yang berganti nama belakang atau alamat, data yang baru akan tercantum pada buku secara otomatis. Keren.

Pada buku tersebut tertulis bahwa ayahku tinggal di suatu tempat di London. Aku berniat untuk mengunjunginya saat liburan nanti. Aku punya seribu pertanyaan yang harus dia jawab. Aku tidak yakin apa dia masih hidup atau tidak, karena tidak ada penjelasan semacam itu didalam buku jadi kami harus mencari tahu sendiri.

Omong-omong tentang quiditch, aku dan Scorpius juga bergabung dalam tim. Mengendarai sapu terbang sambil membawa bola sebernarnya tidak terlalu sulit. Rosie dan orang tuanya pernah mengajakku pergi berselancar beberapa kali, rasanya mirip-mirip seperti itulah. Di SIP aku juga pernah bergabung dengan tim basket, voli dan softball itu juga sebelum para pelatih mengeluarkan aku gara-gara aku selalu membuat ulah. Aku menyalahkan GPPH-ku untuk yang satu itu, padahal aku sangat menyukai olahraga.

Beberapa hari setelah mencari informasi tentang ayahku di perpustakaan, aku berusaha menjalankan hari-hariku senormal mungkin-tanpa ada pikiran tentang bagaimana Charlie Roberts adalah ayahku sekaligus vampir. Aku berniat untuk tidak memberitahukan hal ini kepada guru-guru di Hogwarts, cukup aku dan teman-temanku saja yang tahu.

Usahaku untuk menjalankan hidup normal ternyata cukup berhasil. Dengan bantuan teman-temanku tentunya. Aku dapat selamat dari lima bulan masa sekolah. Namun aku masih tidak bisa menerima kenyataan. Anak-anak lain tentunya akan senang apabila mereka bertemu dengan ayah mereka yang belum pernah mereka jumpai. Tetapi karena ayahku adalah seorang vampir, aku tidak terlalu bahagia.

Saat liburan Natal nanti, aku, Rose, Albus dan Scorpius berencana akan mengunjungi ayahku di London. Ketiga sahabatku ini tidak memiliki rencana untuk liburan kali ini, jadi aku senang mereka mau menemaniku untuk bertemu Charlie. Aku tahu ini sangat beresiko-dampaknya padaku dan teman-temanku-namun aku butuh jawaban.

Saat ini kami sedang makan malam. Aku duduk di meja Slytherin bersama teman-teman baruku di sisi kanan. Sedangkan Scorpius duduk bersama dengan teman-temannya di sisi kiri. Meja makan di Hogwarts sangatlah panjang, alhasil kami tidak dapat berbincang.

Beberapa dari kami mendapat kiriman dari keluarga dan teman-teman dekat mereka sebagai kado natal. Namun aku tidak mendapatkan apa-apa. Maklum, bertemu dengan keluargaku saja belum pernah. Aku tidak dapat mengharapkan Bu Abel untuk mengirimkanku hadiah. Tidak ada kenalanku di Paris yang tahu bahwa sekarang aku sekolah di Hogwarts, kecuali Darren. Mungkin Bu Abel mengirimkan hadiahku ke SIP tapi itu tahun lalu. Aku tidak bisa berharap tinggi-tinggi, atau aku akan jatuh dengan keras.

Hari libur akan dimulai dua hari lagi. Aku mulai membereskan barang-barangku malam ini. Lucetta menceritakan rute liburannya sembari membereskan barang-barangnya di dekatku. Namun berhubung pikiranku sedang kacau, aku hanya merespon dengan 'lalu', 'oh', dan 'wow'.

Keesokan harinya aku menghadiri kelas astronomi, ramuan, dan kelas tanaman. Tidak terlalu buruk untuk hari terakhir sekolah.

Malamnya aku berusaha untuk tidur nyenyak. Tetapi upayaku itu gagal. Aku terus memikirkan seperti apa ayahku sekarang-bagaimana reaksinya ketika dia melihatku. Bagaimana reaksinya jika dia sedang lapar dan dihadapannya ada empat anak kecil dengan darah segar. Ah, sudahlah. Yang akan terjadi, biarkan saja.

Shadow (old ver)Where stories live. Discover now