Chapter 25: Thirst of Blood

6.5K 547 17
                                    

“Well, hari yang indah untuk melakukan pertandingan,” Aro berkata dengan dingin dan senyum mengerikan di wajahnya. “Bukan begitu, anak-anak?”

Tatapan kebingungan langsung muncul dari semua yang ada di area permainan juga bangku penonton. Tentu saja mereka bingung, karena aku hanya memberitahukan hal ini pada Albus, Rose, dan Lucetta yang tidak sengaja mengetahuinya. Aku tahu, memang sudah seharusnya memberitahukan hal ini pada semuanya sejak awal. Namun aku masih berharap bahwa peringatan Rosalie Hale itu tidak akan terjadi. Sekarang, Volturi sudah datang, dan kami tidak siap dengan apapun yang akan mereka lakukan.

Aku menurunkan sapu terbangku hingga aku berjarak sekitar dua puluh meter dari tempatnya berdiri. Aku tahu vampir dapat melompati gedung pencakar langit, jadi aku harus hati-hati. “Apa yang kau inginkan?”

“Kau tahu apa yang aku inginkan, Nak,” suaranya tipis dan lemah.

Murid-murid yang berada diatas sapu terbang mereka diam di tempat. Takut, kaget, tidak tahu harus berbuat apa. Tentu mereka tahu apa itu werewolf dan cara menghabisinya, tetapi mereka tidak tahu cara menghabisi vampir. Memang sih, insiden sekolah terbakar yang disebabkan oleh ayah Emily itu tidak lazim, berhubung api keluar dari tangannya, tetapi para penyihir tidak menyimpulkan bahwa Charlie adalah vampir. Heck, mereka bahkan menganggap vampir itu hanya dongeng sebelum tidur.

Dari tempatku melayang, aku dapat melihat Lucetta duduk lesu dengan tatapan kosong di wajahnya. Begitu juga dengan Rose dan Albus. Dan semua orang di kursi penonton. Duduk lesu tanpa ekspresi di wajah mereka seperti zombie. Volturi tidak mungkin membunuh mereka semua. Iya, kan?

Aro masih memasang senyum mengerikan itu, tetapi Caius yang berdiri disebelahnya mulai terlihat tidak sabaran karena tidak ada seorang pun yang berani angkat bicara. “Dimana Miss Roberts?”

“Dia tidak disini,” kapten tim Slytherin, Jack, berucap dari suatu tempat di belakangku. “Kau bisa lihat sendiri. Dia salah satu pemain di timku, namun aku tidak pernah melihat batang hidungnya lagi.”

Caius yang telah bergabung dengan Aro dan vampir pengawal lainnya di dekat pengeras suara di podium menyipitkan matanya, begitu juga dengan Aro. Aku rasa mereka berharap untuk menemukan Emily disini dan langsung membunuhnya di tempat, bukannya datang ke Hogwarts dan menemukan bahwa Emily tidak lagi berada disini.

“Kalau begitu, biarkan aku menghukum orang yang bertanggung jawab. Sungguh, Nak, kau tidak ingin bermain-main dengan Volturi,” kata vampir kuno berambut pirang nyaris putih itu—hampir sama dengan warna rambutku.

“Tidak ada yang melanggar hukum disini. Dan tidak ada yang bertanggung jawab atas absennya Emily pada musim sekolah ini. Tidak ada yang melihatnya kembali sejak musim panas lalu,” kataku dengan tenang sambil berharap bahwa kebohonganku terdengar nyata. Emily menghabiskan musim panas di London bersama aku, Albus dan Rose. Aku adalah orang terakhir yang melihatnya pergi ke tempat khusus demigod itu. Jika Volturi mengetahui bahwa aku telah memalsukan informasi tentang Emily, aku bisa mati. Untung aku sudah menulis surat untuk Emily.

 “Jangan lakukan itu,” desis Caius. “Kau hanya berusaha untuk melindunginya. Kau menutupi sesuatu dari kami. Katakan apa itu dan kami mungkin akan membiarkanmu hidup.”

“Aku tidak tahu dimana dia. Aku—”

“Kami melihat kalian kabur dari penjara kami,” geram Caius. “Emily dan kau. Jangan perlakukan kami seperti orang tolol, Malfoy. Kau menjanjikan hadiah kami, kemudian kau malah membantunya melarikan diri. Kau berkhianat.”

Killing her was not the part of our deal!” jeritku. “Kau hanya memintaku—tidak, menghipnotisku untuk membawanya padamu dan—”

Caius langsung memotong ucapanku. “Siapa bilang kami akan membunuhnya? Jika dia cukup berpotensi sebagai vampir, dia akan tetap hidup. Itu sebabnya mengapa kami menahan kalian di penjara. Tapi sayangnya kalian malah kabur. Terpaksa kami harus membunuhnya dan jika beruntung, kau juga.”

Shadow (old ver)Onde histórias criam vida. Descubra agora