Chapter 37: Back on Track

5.9K 473 15
                                    

We're so sorry for typos

Sekarang kira-kira sudah hampir tiga bulan semenjak Emily kembali ke Hogwarts dan semuanya berjalan sesuai yang aku harapkan—tidak ada Volturi atau hal-hal aneh lainnya. Lapangan quidditch sudah selesai diperbaiki dengan bantuan Emily dan teman-teman lainnya. Mereka sempat menanyakan kenapa lapangan ini sampai bisa terbakar dan selama sesaat, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku.

"Sudahlah," jawab Emily. "Mungkin ada badai atau semacamnya beberapa minggu lalu. Bisa jadi sambaran petirnya yang membakar lapangan ini."

Syukurlah ada Emily, kalau tidak, terbongkarlah segala hal yang seharusnya tidak diketahui oleh anak-anak dan guru-guru.

Alarm disamping tempat tidurku membuatku terbangun. 6:00. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan melesat ke kamar mandi. Ada latihan quidditch pagi ini sebelum kelas dimulai dan aku tidak mau disuruh berkelana di Hutan Terlarang hanya karena aku terlambat.

Begitu aku keluar dari kamar mandi dengan seragam quidditch-ku, aku cepat-cepat turun ke common room dan mendapati Emily sudah menungguku.

"Hey, ini dia keeper baru tim quidditch Slytherin," katanya sambil tertawa kecil. Gosh, I'll do anything to hear that laugh again. "Kau terlambat."

"Aku tidak terlambat," aku menyangkal.

Emily menggelengkan kepalanya. "Kau berjanji akan menemuiku disini jam 6:15 dan sekarang jam 6:16."

"Yang benar saja!" Aku mengangkat kedua tanganku. "Kau tahu? Lupakan sajalah. Ayo, kita harus pergi."

Emily dan aku berlomba menuju lapangan quidditch dengan menggunakan sapu terbang kami yang berakhir dengan kemenangan gadis itu. Dan tidak—aku tidak membiarkan dia menang. She won fair and square. Ternyata Emily masih memiliki skill yang bagus sebagai seeker, berhubung dia tidak latihan semenjak awal liburan musim panas, dan itu sudah lebih dari lima bulan yang lalu.

Ketika kami sampai di lapangan, para pemain dari tim Slytherin sudah menunggu.

"Hei, akhirnya sang kapten memutuskan untuk datang ke latihan pagi ini!" kata salah satu chaser, Damian.

"Kapten?" tanyaku dengan penuh kebingungan.

"Iya, kapten," jawab Francesca. "Kami semua sudah setuju untuk menjadikanmu kapten, berhubung Jack menghilang ditelan bumi."

Kalau saja kau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jack, Francesca.

"Tetapi kenapa harus aku?" tanyaku lagi. "Maksudku, ada pemain yang lebih berpengalaman daripada aku. Jeremy dan Joshua contohnya. Aku baru bergabung dalam tim sebagai pengganti Emily karena dia sedang sakit pada bulan Juli lalu."

"Untuk seorang keeper yang baru berlatih selama lima bulan, kau bermain dengan sangat baik," ujar Natalie, ­chaser lainnya. "Kau pantas menjadi kapten."

Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat. "Mengapa kalian tidak meminta Emily untuk menjadi kapten?"

"Jujur, Scorpius, mereka sudah memintaku untuk menjadi kapten," jawab Emily disampingku. "Tetapi aku menolaknya."

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Karena aku tahu bahwa kau akan menjadi kapten yang lebih baik daripada aku." Emily meraih tanganku dan mengamitnya. Scorpius, keep your cool.

"Oke, baiklah. You guys get what you wish. Aku akan jadi kapten kalian."

Kemudian teman-teman setimku bersorak dan bertepuk tangan kecuali Emily. Dia langsung melepaskan tanganku dan memelukku erat.

Shadow (old ver)Where stories live. Discover now