Chapter 14: Bittersweet

9.4K 756 49
                                    

Scorpius menggelengkan kepalanya, sama bingungnya dengan aku. Kurasa dia tidak mengenal gadis itu tetapi dari mana dia tahu nama Scorpius?

Instingku berkata untuk lari. Dan itulah yang aku lakukan. Scorpius mengekor di belakangku. Aku tidak tahu kemana aku pergi namun aku tetap berlari. Scorpius menarik tanganku kearah gang kecil dan kami terus berlari. Tidakkah cukup kami berlari sehari ini?

Scorpius berlari di belakangku—tongkat sihirnya siaga ditangannya. Andaikan aku membawa tongkat sihirku, aku dapat menolongnya. Tiba-tiba tanah dibawah kakiku habis.

“Scorpius! Tolong aku!” aku berpegangan pada akar pohon yang mencuat dari dinding tebing. Kakiku bergerak-gerak mencari pijakan.

“Emily!” Scorpius mengulurkan tangannya. “Raih tanganku,”

Dengan susah payah aku menggapai uluran tangannya, tetapi tidak bisa. “Scorpius tolong aku!”

“Emily! Bertahanlah!” Scorpius tengkurap sambil mengulurkan tangannnya. Badannya lebih condong kebawah. Kali ini, aku dapat meraih tangannya.

Aku memijakan kakiku ke akar pohon dan berusaha memanjat keatas. Scorpius menarikku keatas, namun aku hanya berhasil naik beberapa senti.

“Ems kau harus melepaskan akar itu!” teriak Scorpius.

Aku menggelengkan kepalaku cepat-cepat. Kini, air mata sudah mengalir ke pipiku.

“Aku akan menarikmu, Em. Aku janji,” ujar Scorpius berusaha untuk tenang.

“Bagaimana jika aku terjatuh?” tanyaku masih tidak bisa membendung air mataku.

“Scorpius Malfoy!” dua orang gadis berteriak. Salah satunya pasti adalah gadis yang tadi.

“Em, cepatlah! Sekarang ia membawa temannya!” teriak Scorpius yang sudah jelas bingung sekaligus panik. Namun aku masih butuh waktu untuk meyakinkan diriku bahwa Scorpius akan kuat menarikku ke atas.

Tanganku mulai mati rasa akibat menahan berat badanku sendiri. Dan suara dua gasid itu terdengar semakin dekat.

Krek

Suara yang paling aku takutkan saat ini terdengar. Akar pohon tersebut sudah tidak kuat menahan beban tubuhku.

“Emily, ayolah! Akar itu akan patah!” teriak Scorpius semakin panik. Dia berhasil meraih tanganku tetapi belum dapat menarikku keatas.

Kedua gadis itu sekarang berada tepat di belakang Scorpius. Pada saat yang bersamaan, akar pohon yang kupegang juga patah. Alhasil aku dan Scorpius sama-sama terjatuh ke bawah meninggalkan kedua gadis misterius itu.

Beruntungnya, Scorpius masih memegang tongkat sihirnya. Kami pun dapat selamat secara fisik setelah jatuh dari ketinggian kurang lebih 30 meter, walaupun jantungku berdetak sangat cepat—terlalu cepat bahkan—saking takutnya. Kami mendarat di semacam teater batu outdoor di bagian bawah kota.

Scorpius terkapar di tanah dan aku berada didadanya. Ketika aku berusaha untuk bangun, aku melihat kedua gadis itu jatuh dari tebing diatasku dan mendarat di kaki mereka secara harafiah. Siapa yang bisa selamat dari jatuh setinggi itu tanpa sihir? Scorpius terlihat sama kagetnya denganku, dia langsung berdiri di sampingku seperti yang dia lakukan di kastil Volturi.

Salah satu gadis itu memiliki rambut pirang dan mata biru sedingin es. Sementara gadis yang lain memiliki rambut gelap keriting. Namun hal yang menurutku paling ganjil adalah mereka mengenakan seragam pemandu sorak dengan tulisan ‘Goode’ yang sudah pudar. Pada seragam si pirang, tertulis nama Tammi dan pada seragam si keriting, tertulis nama Kelli.

Shadow (old ver)Where stories live. Discover now