Chapter 13: Beautiful Kidnapper

10.3K 763 38
                                    

Scorpius dan aku berdiri di sebuah gang sempit—mirip Diagon Alley, kurasa. Aku yang masih bingung ditarik oleh Scorpius menyusuri gang sempit ini.

“Dimana kita?” tanyaku.

“Volterra,”

Aku melangkah menjauh darinya. “Kau membawaku ke Italia? Untuk apa?”

“Aku harus membawamu ke suatu tempat,” Scorpius mengacak-acak rambutnya. Dia terlihat frustasi, bahkan melebihi aku sendiri. “Berjanjilah, kau akan menurut.”

Scorpius menggandengku melintasi kota. Jika dia tidak menyeretku, aku mungkin dapat menikmati keadaan disekitarku. Volterra adalah kota yang indah, terletak diatas bukit sehingga aku dapat melihat hamparan padang rumput yang luas di bawah.

Kami berhenti di depan sebuah air mancur yang berada di depan menara jam. Kebingunganku bertambah. Pertanyaan-pertanyaan membanjiri kepalaku.

Lalu Scorpius membawaku ke sebuah kastil yang sangat megah. Kastil itu indah, tapi jelas sudah dibuat berabad-abad lalu. Hal tersebut tampak jelas dari bangunannya yang sudah tampak kuno. Namun, fitur yang paling mencolok dari kastil ini adalah menaranya. Terdapat menara yang menjulang dia atas bangunan-bangunan lainnya.

Kastil.

Firasatku mulai tidak enak. Aku tidak seharusnya berada di sini. Tapi mengapa?

Seketika ingatanku berputar kepada mimpi mengenai ibuku. Kau harus berhati-hati ketika berada di kastil selain Hogwarts, hidupmu sedang terancam. Itulah yang dikatakan ibuku dalam mimpiku. Sudah pasti, firasatku ini tak mungkin salah.

Aku melepaskan tanganku dari genggaman Scorpius. Kemudian dia menatapku dengan tatapan garangnya.

“Ada apa?” tanyanya dengan kasar.

“Kau harus menjelaskan apa tujuanmu membawaku kemari?” tanyaku dengan kasar, berniat untuk membalasnya.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan,” jawabnya. Kali ini dia sungguh-sungguh menarik pergelangan tanganku hingga terasa sakit. Dan aku tidak bisa melepaskannya. Aku tahu ini tidak akan berjalan baik.

Ternyata bukan hanya kami yang mengunjungi kastil itu. Banyak turis-turis lain yang juga datang berkunjung. Namun jelas sekali aku dann Scorpius datang kesini bukan untuk berwisata.

Kami mengikuti rombongan turis memasuki kastil tersebut. Tur itu dipimpin oleh seseorang berambut sewarna mahoni dan beriris mata warna violet, cukup cantik menurutku. Dia memperkenalkan dirinya pada kami, namanya Heidi. Entah mengapa, daya tarik orang ini sangatlah tinggi. Sulit rasanya untuk berpikir macam-macam saat Heidi bicara.

Heidi membawa kami menuju terowongan kuno yang sangat indah. Terowongan ini membawa kami semakin dalam ke kastil. Kami melewati area penerimaan tamu, dan akhirnya langsung mengarah ke menara.

Heidi dan para turis terus berjalan semakin jauh. Namun, seorang pria berpakaian seba hitam dan mengenakan kalung yang berbandul mirip huruf “V” mengajak Scorpius dan aku masuk ke ruangan lain. Aneh, pria ini bermata merah. Sangat tidak lazim.

Pria itu membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Lututku langsung lemas ketika melihat tiga orang pria berkulit pucat yang mengenakan jubah hitam sedang duduk di kursi besar yang mirip singgasana. Dan mereka semua bermata merah, termasuk dua orang lain yang berdiri di belakang kami.

Aku baru sadar. Kita sedang berada di Volterra. Maka sudah pasti ini Volturi, apapun yang dimaksud ayahku. Maka sudah pasti mereka satu spesies dengan ayahku.

Vampir.

Oke ini mengerikan. Bahkan Scorpius pun tampak kaku seperti patung. Sudah jelas ia sangat ketakutan. Dia masih tidak melepaskan tanganku.

Shadow (old ver)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora