Chapter 39: Haunted Mind

7.1K 497 31
                                    

Aku keluar dari kamarku dengan pakaian musim panas lengkap; short overalls warna hitam, crop top putih, dan sepatu Vans merah, kemudian langsung turun ke dapur. Ron, Rose, Albus, dan Scorpius sedang duduk di meja makan, menyantap setumpuk pancakes coklat. Sementara Hermione sedang membuat beberapa pancakes lagi.

"Emily! Ayo, sarapan dulu," kata Hermione sambil meletakkan sepiring pancakes di tempat kosong diantara Scorpius dan Rose.

Begitu aku duduk, teman-temanku memberi ucapan selamat ulang tahun lagi kepadaku. Kami memakan pancakes buatan Hermione sambil tertawa-tawa. Albus dan Scorpius terus-terusan melemparkan lelucon-lelucon yang membuat perutku jadi sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Oh, aku hampir lupa!" ujar Hermione, kemudian dia pergi dari meja makan dan kembali dengan sebuah amplop ditangannya.

Hermione meletakkan amplop itu ditanganku dan berbisik, "Hadiah dari orang tua Scorpius, untukmu dan Scorpius,"

Pipiku langsung berubah semerah tomat dan Hermione tertawa kecil.

"Apa isinya?" tanya Albus.

Perlahan, aku merobek pinggiran dari amplop tersebut dan menarik dua lembar kertas yang cukup tebal—tiket pesawat.

"Ini tiket pesawat," kataku. "Tiket ke... Venesia?"

"Menurut orang tuaku, kau butuh hiburan sedikit lebih banyak," ujar Scorpius. "Jadi mereka membelikanmu tiket pesawat ke Italia, berlaku sampai awal September nanti. Aku tidak tahu pastinya tanggal berapa, nanti akan aku tanyakan."

Italia. Ada suatu hal yang seharusnya aku ketahui tentang negara itu, tetapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku rasa aku pernah kesana, berdua dengan Scorpius, tetapi aku tidak tahu kapan atau mengapa kami ada disana.

"Wow, aku tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih," ujarku.

"Nah, kalau begitu, kita siap pergi ke Wet 'N' Wild di North Shields!" seru Albus.

Aku menggerang perlahan. "Water park lagi?"

Disebelahku, Scorpius tertawa. "Kau tidak akan berulang tahun ke 15 dua kali, Emily." Kemudian dia beranjak dari kursinya dan berlari ke atas.

"Musim panas tidak akan berlangsung selamanya!" teriak Scorpius dari atas.

This is gonna be something.

Lamunanku buyar oleh suara gebrakan meja di sebelahku. Rose memandangku dengan tatapan menyipit. "Segera habiskan sarapanmu dan cobalah untuk tidak memakai baju terbuka—maksudku bikini," dia masih menatapku intens.

"Aku salah apa memang jika memakai bikini? Lagipula apa asetku yang bisa dibanggakan coba?"

"Em, tolong jangan merendah untuk meroket, oke? Kau itu pusat perhatian, tapi sayangnya kau terlalu cuek untuk menanggapi mereka-mereka itu." Rose kembali memakan sarapannya. Aku sedikit termenung karena ucapan Rose tersebut. Memang sih, tinggiku lebih dari Rose tapi hanya terpaut 5 cm. Dia 160 dan aku 165. Bahkan Albus 168 dan Scorpius 170. Tapi untuk di negara kami, tinggi 165 itu normal. Aku malah terkadang iri dengan Rose bisa se-mini itu. Dia itu berperawakan kecil dengan tubuh langsing dan rambut merah. Pipinya tembem dan sering menunjukan warna merah lucu yang menyebabkan dia seperti seorang pemalu. Sedangkan aku, hanya seorang gadis normal dengan tinggi yang normal pula dan tubuh yang terkesan kurus. Tulang pipi tinggi, garis rahang jelas, dan bibir penuh. Badanku yang kurus tidak bisa diharapkan lagi. Satu-satunya bagian tubuhku yang kusuka hanya paha dan betisku yang kurus ala-ala model papan atas. Dan satu lagi, Rose itu suka berdandan sedangkan aku bahakan tidak tahu apa itu yang namanya maskara.

Shadow (old ver)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant