Part 3

1.3K 129 2
                                    


Happy reading 😊

Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun murid 11 IPS 1 masih berada di kelas. Mereka menunggu, hasil ulangan yang akan di bagikan.

Satu persatu nama siswa di panggil oleh si guru perempuan, lalu diberikan kertas jawaban mereka yang telah dinilai.

Hingga pada satu lembar jawaban, si guru tampak berhenti sebentar. Ia menutup wajahnya dengan sebelah tangan, dan mulai terisak pelan, para murid seketika menoleh kearah Akira.

Guru matematika mereka, adalah perempuan yang lembut, juga mudah menangis, dan alasan yang paling sering membuat guru itu menangis adalah nilai matematika Akira. Guru itu merasa gagal, itulah kenapa ia selalu menangis jika sudah menyangkut nilai matematika Akira.

"A-Akira." Isaknya pelan. Akira langsung berdiri dan mengambil lembar Jawabannya. "Maafkan Bu guru ya Akira. Bu guru belum berhasil mengajarimu."

Akira menatap lembar jawabannya, disana tertulis nilai 0.01 dengan tinta merah pada pojok atas kertas.

"Itu yang 1 sebagai bentuk apresiasi Ibu, karena kamu bisa menulis ulang semua soal matematika yang Ibu berikan, dengan sangat detail. Tapi nilainya akan jauh lebih bagus, kalau bukan hanya soalnya yang ditulis, tapi jawabannya juga."

Akira mengangguk sekali dengan ekspresi datarnya, "Terimakasih Bu." Guru itu tersenyum dan mengangguk.

Saat itu, Akira bisa saja menjawab soalnya, karena Marwah sudah menawarkan jawaban pada Akira. Namun Akira tidak mau. Ia tidak mau mendapatkan nilai yang bukan berasal dari usahanya sendiri

Setelah menyelesaikan pembagian lembar jawaban, guru itu memberikan sebuah pengumuman.

"Anak-anak ini adalah ulangan terakhir kalian dengan Ibu. Karena besok, Ibu akan dipindah tugaskan." Semuanya tampak terkejut, tidak terkecuali Akira, walaupun ekspresi datarnya menutupi itu.

Mereka tampak sedih, karena guru itu adalah guru yang paling sabar dalam mengajarkan matematika disekolah ini. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Walaupun gurunya berbeda, kalian semua harus tetap rajin belajar ya? Lama kelamaan kalian juga akan merasa nyaman dengan guru baru itu," nasihat sang guru.

"Iya Bu."

Setelah selesai, satu persatu murid mulai menyalami guru perempuan itu, sebelum pergi meninggalkan kelas. Saat Akira menyalaminya, guru itu tersenyum tipis. "Akira yang semangat belajarnya. Semoga guru baru ini, bisa berhasil membuat Akira setidaknya mengerti mengenai materi pelajaran."

Akira mengangguk satu kali dengan ekspresi datar "Aamiin." Guru itu memeluk Akira dengan hangat.

Setelah selesai, Akira berjalan meninggalkan kelas. Sesekali kepala Akira ditolehkan kearah gurunya, perempuan yang sudah begitu sabar mengajarinya. Ia berharap, guru baru itu sama sabarnya dengan gurunya yang satu ini.

**

Suasana kelas yang berisik, tidak membuat perempuan bersurai hitam yang duduk di dekat jendela, merasa terganggu. Matanya terus menatap kusen jendela tanpa berkedip, memperhatikan semut-semut yang tengah berbaris dengan membawa beban masing-masing.

"Galau ya Neng?" Celetuk Marwah asal, mana bisa ia membedakan Akira sedang galau atau tidak, dari ekspresi datarnya itu.

Akira menoleh dan mengangguk, ia merasa galau karena kepergian guru matematikanya.

Marwah terkesiap, karena ternyata tebakannya benar. Sepertinya ia mulai berhasil menjadi pawangnya Akira! batin gadis manis itu.

"Daripada galau. Nih gua kasih tahu, berita yang menghebohkan. Mau?!" Marwah tampak tak sabaran untuk menceritakannya.

Weird GirlWhere stories live. Discover now