Part 15

819 103 6
                                    

Happy reading 😊

Dengan riang Natasha mengayunkan kedua tangannya yang di genggam oleh orangtuanya. Beberapa kali Natasha melompat kecil untuk mengungkapkan kegembiraannya, karena bisa menghabiskan waktu dengan kedua orangtuanya.

Ketiganya baru saja selesai mengikuti acara peringatan hari Ibu di sekolah Natasha yang bertepatan dengan weekend. Berjalan-jalan di taman menjadi pilihan ketiganya untuk menghabiskan waktu selepas acara sekolah Natasha.

"Mama, Papa. Ayo kesana." Natasha menarik tangan kedua orangtuanya menuju bangku taman yang berada di bawah pohon.

Dengan lembut Marvin mengusap keringat di kening Natasha. Akira pun tak mau kalah, ia membenahi anak rambut Natasha yang menempel di kening dan pelipis.

"Semangat sekali anak Papa ini," Marvin tersenyum tipis.

Natasha tersenyum hingga giginya terlihat. Ia terlihat begitu bahagia hingga tidak bisa menjawabnya selain dengan senyuman.

Natasha lalu menoleh kearah sang Mama yang sedari tadi menatapnya. "Mama terima kasih. Karena Mama, hari ini Nat-Nat bisa merayakan hari Ibu." Natasha memeluk Akira dengan erat. Natasha yang sejak dulu tidak pernah mengenal perempuan yang melahirkannya, merayakan hari Ibu hanya bersama dengan sang Nenek. Ia hanya bisa mengucapkan 'selamat hari Ibu' pada Nenek yang telah melahirkan sang Papa.

Akira bergeming dengan ekspresi datarnya, namun tangannya dengan lembut mengusap surai kecoklatan putrinya itu.

Melihat itu hati Marvin menghangat, jantungnya turut berdebar melihat perlakuan Akira pada Natasha. Walaupun wajah Akira hanya menampakkan ekspresi datar, namun Marvin tahu dibalik itu sang istri menyayangi putrinya.

Mata abu-abu Marvin yang masih setia menatap Akira dan putrinya, tanpa sengaja justru bersinggungan dengan netra hitam sang istri. Jantung Marvin semakin berpacu cepat, ia seketika merasa gugup. Marvin berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan kegugupannya, dengan cara menunjukkan senyum tipisnya pada Akira.

Namun nahasnya bukannya tersenyum tipis, di mata Akira senyum Marvin lebih terlihat seperti orang yang sedang menahan buang air.

"Kau mulas?" Tanya Akira. Mendengarnya Natasha langsung memperhatikan ekspresi wajah sang Papa.

Mendengarnya Marvin tersedak liurnya sendiri, ia langsung berdehem untuk menenangkan dirinya. "Tidak. Aku baik-baik saja."

"Telinga Papa merah." Natasha menunjuk telinga Marvin yang tampak merah. Akira juga ikut memperhatikan telinga Marvin dengan ekspresi datarnya.

Marvin memegang telinganya dengan senyum canggung. "Papa hanya kepanasan," kilah Marvin. "Kamu mau main? Lihat tuh banyak anak seusia kamu di arena bermain." Marvin berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, sambil menunjuk arena bermain yang penuh dengan anak-anak.

Natasha mengangguk antusias, setelah mendapatkan anggukan setuju dari sang Mama, ia langsung berlari menuju arena bermain yang terletak tak jauh dari tempat mereka istirahat.

Akira dan Marvin tenggelam dalam keheningan untuk sesaat. Akira memandangi wajah Marvin sebelum akhirnya membuka suara, "Nat-Nat tidak pernah mengenal Ibunya?" Tanya Akira.

"Tidak," ucap Marvin tanpa mengalihkan pandangannya dari Natasha yang sedang bermain.

"Ibunya Nat-Nat perempuan yang seperti apa? Sampai kau tidak mau mengenalkannya pada Nat-Nat?"

Ekspresi wajah Marvin yang tadinya terlihat begitu hangat seketika berubah menjadi begitu dingin. Bahkan sekarang, ekspresi wajah Marvin tidak beda jauh dengan Akira, namun dengan aura yang lebih gelap. Secara perlahan, Marvin menoleh kearah Akira tanpa merubah ekspresinya.

Weird GirlWhere stories live. Discover now