Part 35

640 75 8
                                    

Maap lama hehe 😀

Happy reading 😊

Sebuah teriakan nyaring menggemparkan rumah Ana pada pagi hari ini, pelakunya tak lain adalah si pemilik rumah itu sendiri.

"Kau ini siapa?! Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?!" Ia berteriak pada sosok pelayan yang tengah menunduk di depannya.

"Saya ini kan pelayan pengganti, Nona. Bu-bukankah Nona sudah tahu?"

Ana terdiam sambil memperhatikan wajah pelayan itu. Setelah otaknya berhasil berfikir jernih, ia langsung mengibaskan tangannya. "Sudah sana pergi! Bawa kembali juga makanan yang kau bawa!"

Pelayan itu mengangguk, lalu pergi setelah membereskan makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.

Ana mencengkram rambutnya, ia merasa lelah dengan rasa takut yang terus menghantuinya setiap hari, ia benar-benar jadi sosok paranoid setelah mendapatkan ancaman dari Marvin. Bahkan dirinya terus-terusan mengganti pelayan karena berfikir mereka sudah bekerja sama dengan Marvin sehingga memiliki kemungkinan untuk mencelakainya.

Ana menghembuskan nafas panjang, sudah hampir 1 Minggu ia tidak makan dengan benar karena takut makanannya sudah di racun, bahkan ia terus mengurung diri di rumah agar senantiasa merasa aman, walaupun sudah melakukan semua itu, rasa takut di hatinya tidak kunjung menghilang. Ia terus-menerus dilanda kecemasan.

"Ti-tinggal satu Minggu lagi. Setelah itu semua akan baik-baik saja." Ana mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Ana berteriak dengan keras dan langsung melemparkan tempat lilin yang ada di tengah meja. "Marvin kau kejam sekali!" Ana menangis terisak-isak.

*
*

Sambil mengayunkan tangannya yang di genggam oleh Akira, Natasha tampak begitu bersemangat jalan pagi bersama sang Ibu. Ini adalah salah satu aktifitas rutin Akira yang sudah di lakukannya sejak kehamilannya memasuki bulan ke 3.

"Nat-Nat, aku sudah mulai lelah. Ayo kita masuk," ajak Akira.

Natasha mengangguk cepat, mengiyakannya.

Namun belum sempat mereka sampai ke dalam mansion, Akira sudah sangat kelelahan hingga tak sanggup lagi untuk berjalan.

Natasha yang menyadari itu, langsung membawa Akira untuk duduk di kursi taman.

"Mama tunggu disini, Nat-Nat akan panggilkan Papa."

Akira mengelus pipi Natasha, lalu mengangguk. "Terimakasih ya."

Dengan senyum sumringahnya, Natasha mengangguk pelan. Ia dengan cepat berlari menuju mansion untuk memanggil Papanya.

Beberapa saat setelah Natasha pergi, suara langkah kaki yang bergesekan dengan rumput terdengar masuk ke telinga Akira.

Saat Akira menoleh, ia mendapati laki-laki yang wajahnya mirip dengan suaminya sedang tersenyum cerah ke arahnya. Ya, itu adalah Marc, sepupu Marvin.

"Yo! Akira. Kenapa sendirian disini?" Tanpa izin, Marc langsung duduk di sebelah Akira. Untungnya kursi taman itu panjang, jika tidak mungkin Akira sudah mendorong pria itu karena merasa tak nyaman.

"Aku kelelahan." Walaupun tinggal dalam satu atap cukup lama, itu tidak membuat hubungan Akira dan Marc menjadi dekat, karena Akira tidak terlalu suka tipe orang seperti Marc. Yaitu orang yang terlalu banyak bicara.

Weird GirlWhere stories live. Discover now